Share

Keluarga Cakra

Setiap pagi Nayra selalu membantu Maya memasak. Pagi ini dua perempuan itu sibuk memasak di dapur.

Maya membuatkan kopi untuk suami dan anak mantunya, Hendrawan dan Cakra sedang berbincang di teras.

"Hari ini, kamu harus ikut sama suami kamu ke rumahnya, walaupun kamu tidak menyukai pernikahan ini, tapi sekarang dia adalah suamimu dan kamu harus patuh sama dia," jelas Maya dengan berat hati mengatakanitu.

"Tapi Ma, ini tuh ga bener, keluarga dia ga mungkin menerima semua ini gitu aja, pernikahan ini ga wajar Ma. Dari pihak Mas Cakra pun ga ada pas pernikahan, gimana tiba-tiba dia pulang bawa Nayra sebagai istrinya?"

"Nanti kan Papa kamu juga ikut ke sana buat jelasin semuanya–"

"Iya Ma, tapi ini tetap saja salah, semua orang pasti akan berpikir kalau kita memanfaatkan dia karena Ezhra ga dateng buat nikahin Nayra," ucap Nayra dengan berat hati juga karena masalah ini.

"Pernikahan ini aja udah bikin semua orang nunggu hampir satu jam, belum lagi orang-orang harus tanya kenapa mempelai laki-lakinya beda lah apa lah, terus Nayra juga harus ngadepin keluarga dia nanti gimana Ma?" tanya Nayra semakin ciut.

"Ga ada yang tanya gitu ah, orang kemarin baik-baik aja ga ada yang peduli kok. Yang akan jadi masalah itu kalau kamu batal nikah."

Maya menenangkan putri kesayangannya bahwa semua akan baik-baik saja.

Dia yang awalnya tidak setuju Hendrawan menikahkan Nayra dengan Cakra karena Ezhra tidak datang, sekarang akhirnya Maya berusaha menerima bahwa Cakra lah menantunya, bukan Ezhra yang tega meninggalkan putrinya di hari pernikahannya.

Setelah orang tua Nayra menyuruh Cakra pulang dan membawa Nayra sebagai istrinya ke rumah Cakra, laki-laki itu merasa bebas dan lega.

Dia pikir dirinya akan segera bebas dari pernikahan yang salah ini.

"Lihat aja, ga akan ada yang bakal nerima kamu sebagai istri saya di rumah. Yang ada kita akan segera berpisah dan kamu akan jadi janda setelah ini, bay bay istriku adalah jodoh yang salah karena pernikahan ini juga salah," ucap Cakra saat masuk ke kamar Nayra dan melihat Nayra mengemasi barang-barangnya.

"Ga usah bawa barang banyak-banyak, jangan mimpi bakal diterima di rumah saya," peringat Cakra namun Nayra lebih memilih diam.

Cakra berpikir kalau setelah ini dia harus bisa meyakinkan orang tuanya kalau dia dipaksa menikahi Nayra karena calon suami wanita itu tidak datang, dia sudah berencana akan mengatakan kalau Hendrawan memanfaatkan dirinya untuk menikahi putrinya.

"Pasti nanti akan ada drama yang heboh, liat aja, bakalan gue bales kamu," bisik Cakra tidak henti-hentinya merasa senang dan akan bebas dari semua masalahnya.

Sesampainya di rumah Cakra, Nayra tidak menyangka kalau rumah orang tua Cakra sangat besar dan mewah.

Mereka pun disambut oleh sepasang suami istri yang pasti adalah orang tua Cakra, dan ada seorang laki-laki yang seumuran dengan Cakra.

Hendrawan menjelaskan semuanya pada keluarga Cakra. Orang tua Cakra tentu terkejut dengan semua ini.

"Cakraa, kamu ini emang bener-bener bikin malu tau ga?" ucap seorang lelaki yang seumuran dengan Hendrawan, dia adalah Pramudyantoro, ayah Cakra Yudhistira.

"Pah dengerin Cakra Pa, Om ini manfaatin Cakra buat nikahin anak dia Pa, Cakra hanya ga sengaja masuk ke kamar Nayra karena dikejar-kejar penjahat waktu itu, dia yang gagal nikah, terus Cakra disuruh gantiin? Gila ga sih Pa?"

"Cakra, kamu kok ngomongnya gitu sih?" tanya Kania, mamanya Cakra.

"Terlepas kamu bener atau ga mama sama papa ga tau, tapi yang jelas sekarang Mama bersyukur bisa dapat menantu yang baik, daripada kamu sama Verlisa," ucap Kania dengan senang hati.

"Mending kamu sama gadis ini, siapa nama kamu sayang?" tanya Kania pada Nayra yang duduk di sebelah Maya.

"Saya Nayra Tante," jawab Nayra ragu-ragu.

"Loooh, jangan Tante dong sayang, panggil Mama aja," ucap Kania dengan tulus.

Melihat semua ini Cakra seperti jantungan saja, dia pikir orang tuanya tidak akan terima dengan semua ini tapi nyatanya, mamanya malah dekat dengan Nayra.

"Pah, ini udah ga bener Pa, Cakra ga mau nikah sama dia Pa, tolongin Cakra dong Pa," bujuk Cakra pada ayahnya.

"Ga mau gimana? Sekarang kamu udah nikah kan? Terima aja, lagian–"

"Ya ga bisa gitu dong Pa, ini Cakra udah salah jodohnya, Cakra ga cinta sama dia Pa, Cakra dipaksa, jodoh Cakra bukan dia."

"Udahlah Cakra, Papa sama Mama juga udah muak sama kelakuan kamu selama ini, sekarang terima saja kalau kamu memang sudah menikah dan memiliki seorang istri, lagipula pak Hendrawan ini ga salah kok, kamu harusnya berterimakasih sama dia, karena dia kamu jadi berjodoh sama Nayra."

Baik Cakra ataupun Nayra benar-benar sangat terkejut dengan penjelasan dari Paramudyantoro, mereka tidak menyangka kalau orang tua Cakra akan setuju saja seperti ini.

'Mampus aku, terus sekarang aku harus minta pertolongan sama siapa?' tanya Cakra dalam hati.

'Berjodoh apanya? Jodoh kok dipaksa? Ini namanya salah jodoh. Jodoh Cakra tuh Verlisa bukan Nayra idih,' batin Cakra putus asa.

"Pokoknya mba Maya tenang aja, saya bisa menerima Nayra sebagai menantu saya kok, dan maafin Cakra juga udah keterlaluan sama Nayra," kata Kania saat hendak berpamitan dengan orang tua Nayra.

"Mama apa-apaan sih? Semua itu hanya salah paham," kata Cakra tidak terima.

"Udah mba, ga usah di dengerin, Cakra emang dasarnya agak bandel, emm, apa perlu setelah ini kita gelar pesta pernikahan sekali lagi? Kemarin kan saya ga tau karena saya juga baru pulang dari luar negeri hari ini," jelas Kania.

"Oh kalau itu bisa dipikir lagi nanti Mba Kania, saya terimakasih banyak, titip anak saya Nayra ya," ucap Maya.

Nayra benar-benar tidak menyangka keluarga Cakra akan menerimanya seperti ini padahal dia sudah memikirkan apa yang Cakra katakan kalau keluarganya pasti tidak akan menerimanya.

Setelah dijelaskan semua oleh Hendrawan orang tua Cakra bahkan menyukai Nayra menjadi menantunya.

"Sekarang masalah kamu sudah selesai, mertua kamu sudah menerima kamu baik-baik, suka atau tidak kamu harus menjalankan tugas kamu sebagai istrinya Cakra, karena itulah kenyataannya. Mungkin saja Cakra memang jodoh kamu yang dikirim Tuhan dengan cara seperti itu," jelas Maya pada Nayra sebelum Maya pulang.

Nayra hanya menunjukkan wajah memelasnya supaya tidak berada di posisi seperti ini.

"Nayra pasti kamu pernah dengar kan? Kata pak ustadz, menikah dengan yang dicintai itu impian, tapi mencintai yang dinikahi itu kewajiban. Kamu harus bersikap baik sama suami kamu," ucap Hendrawan ikut menasehati Nayra.

"Ya tapi ga gitu juga Pa, sholat subuh aja dia ga mau kalau ga disuruh. Gimana dia bisa jadi imam yang baik?" gerutu Nayra karena sikap Cakra.

Laki-laki itu hanya mendelikkan mata ke arah Nayra yang mengatakan seperti itu.

"Siapa juga yang mau jadi imam kamu, saya juga ogah, apes banget jadi suamimu," ujar Cakra pelan.

"Kalau memang seperti itu, berarti itu tugas kamu supaya kamu bisa membimbing dia menjadi lebih baik," pesan Maya pada anak kesayangannya.

'Merubah apanya Ma? Pernikahan ini udah ga bener, gimana Nayra bisa menjalaninya? Lagipula dimana-mana dan apa-apa itu imam yang membimbing makmumnya bukan sebaliknya,' gerutu Nayra dalam hati.

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status