Share

2. Tears

last update Last Updated: 2021-04-19 13:00:00

Seperti yang sudah Ares katakan pada Raisa, jika ia akan mengajak jalan-jalan kekasihnya itu sebelum dirinya pergi selama 2 pekan ke Singapura. “Bunganya sangat indah, terima kasih, sayang.” Raisa tersenyum lebar, memberikan kecupan manis di sudut bibir Ares. “Membelinya di toko Rere?” tanya Raisa menebak.

Ares mengangguk singkat, hanya tidak ingin merusak momen mereka. “Pergi sekarang?” tanyanya mengalihkan.

Raisa mengangguk, masih dengan memeluk bunga aster pemberian Ares. “Ayo!”

Ares membukakan pintu mobil untuk Raisa, tidak lupa memasangkan sabuk pengaman. Hal-hal kecil yang selalu Ares perhatikan, tentu mampu membuat Raisa semakin jatuh hati padanya dan sulit untuk melepaskan. Maka dari itu, saat Ares mempertahankan hubungan mereka dan meyakinkan Raisa jika Ares sangat mencintainya, di detik itu juga Raisa berjanji tidak akan lagi melepaskan dan merelakan Ares untuk wanita lain. Sekalipun dia adalah Rere, istri pria itu.

“Bagaimana sebelum ke pantai, kita mampir makan dulu? Aku lapar,” ujar Raisa tersenyum lebar hingga memperlihatkan giginya.

Ares mengacak-acak rambut Rere gemas, padahal sebelum mereka berangkat, kekasihnya itu sudah menyempatkan untuk makan terlebih dulu. “Lapar lagi?” tanyanya terkekeh.

Raisa mengangguk cepat. “Ke Saint Resto ya, aku ingin makan steak.”

Ares terdiam sejenak, Saint Resto adalah restoran sederhana bergaya klasik yang sudah terkenal dengan steaknya yang lezat. Namun, bukan soal rasa steaknya yang enak, melainkan lokasi restoran itu berada. Di mana lokasinya terletak tepat di seberang toko bunga milik Rere. Sebenarnya, Ares tidak masalah dengan itu. Lagipula, ia juga tidak peduli bagaimana pandangan Rere tentangnya sejak dulu. Hanya saja, sejak kejadian kemarin siang, di mana Rere memintanya untuk menyentuhnya membuat ada jarak di antara mereka dan sedikit canggung karena Ares sama sekali tidak menjawab pertanyaan Rere. Setelah mendengar permintaan Rere, ia langsung pergi meninggalkan gadis itu.

“Kamu keberatan?” tanya Raisa menaikkan sebelah alisnya. “Ah, apa karena lokasinya berseberangan dengan toko bunga milik Rere?”

“Tidak, sayang. Ayo kita ke sana,” ujar Ares tersenyum hangat. Lalu memberikan kecupan singkat pada pelipis Rere, sebelum akhirnya melajukan mobilnya.

Sesampainya di lokasi tujuan, Ares segera keluar dari mobil, berniat membukakan pintu untuk kekasihnya itu. Ia melirik ke arah toko bunga milik Rere yang sedang ramai. Dari kejauhan, Ares dapat melihat Rere yang kewalahan melayani pelanggan, tetapi gadis itu tetap tersenyum ramah. Sesekali terlihat tertawa dengan pelanggan. Dalam hati ia berucap syukur, karena dengan itu, Rere tidak menyadari kehadirannya meskipun terlihat dari jauh.

Mereka masuk ke dalam restoran dengan Rere yang memilih untuk duduk di dekat kaca. Sedangkan Ares hanya menurutinya saja. Setelah pesanan datang dan mereka menikmatinya, tidak terasa steak seharga 499.000 satu porsinya itu habis tidak tersisa. Tanpa membuang waktu, mereka langsung bergegas pergi karena tidak ingin melewatkan momen matahari terbenam di pantai yang akan mereka kunjungi.

“Sayang .....” Panggil Raisa membuat langkah Ares terhenti.

“Kenapa, sayang?” tanya Ares. “Ada yang kamu butuhkan lagi?”

Raisa mengangguk santai. “Tiba-tiba aku ingin membeli bunga lagi.”

“Tapi aku sudah memberimu aster, sayang. Apakah itu kurang?”

“Aku ingin bunga lavender. Lihatlah bunga lavender itu di toko Rere, terlihat sangat cantik.” Raisa berujar sembari menunjuk ke arah toko Rere yang ada di seberang.

“Baiklah, ayo kita ke sana.” Ares memilih untuk mengalah dan menuruti kekasihnya itu, daripada tidak sama sekali. Baginya, membahagiakan Raisa adalah prioritas utama.

Sebuah prioritas utama yang secara tidak langsung akan menyakiti Rere.

ᥫ᭡

Rere duduk di kursi, sembari menyandarkan punggungnya. Ia merasa lelah, karena pelanggan hari ini berdatangan tidak ada hentinya sejak pagi. Tidak seperti biasanya, hari ini lebih ramai. Sepertinya juga karena bersamaan dengan hari kelulusan sekolah. Maka dari itu, banyak yang datang ke tokonya untuk membeli bunga sebagai hadiah.

Membicarakan soal hadiah, Rere jadi teringat dengan Ares. Kemarin, saat ia meminta pada Ares untuk menghamilinya, pria itu langsung pergi sepatah kata. Tentu membuat Rere kecewa. Ia merasa dicampakkan. Rere hanya berpikir, jika Ares tidak menyetujui, setidaknya pria itu bisa menolak dengan halus, bukannya malah pergi tanpa sepatah kata pun.

Rasanya begitu menyakitkan. Rere juga merasa seperti mengemis pada Ares. Itu juga untuk pertama kalinya dalam 7 tahun, Rere memberanikan diri untuk mengungkapkan keinginannya. Ia juga menginginkan sosok bayi yang hadir di antara mereka. Padahal sebenarnya, Rere juga memiliki hak sepenuhnya atas Ares, begitupun sebaliknya. Rere begitu tersiksa berada di hubungan menyakitkan ini. Meskipun mencintai Ares, tapi semua terasa percuma karena pria itu tidak menjadi miliknya. Rere ingin merebut Ares dari Raisa. Namun, ia selalu ragu dan takut. Apakah bisa, ia membuat Ares menatap ke arahnya, menganggapnya sebagai seorang wanita, mencintainya dengan segenap hati dan jiwa pria itu?

Rere dengan segala rasa pesimisnya terhadap perasaannya sendiri. Merasakan pipinya yang basah, Rere tidak menyadari jika ternyata air mata memaksa untuk keluar dari sudut matanya. Ia segera membuka mata dan mengusap pipinya. Rere juga tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat ternyata 2 sosok yang dikenalnya sudah berdiri di hadapannya. “Kak Ares, Raisa?”

Rere langsung bangun dari duduknya dan tersenyum hangat. “Ada yang perlu dibantu?”

“Aku ingin membeli bunga lavender,” ujar Raisa yang juga memperlihatkan senyumannya. “Sembilan tangkai, karena hari ini adalah anniversary kita yang ke sembilan. Iya, kan, sayang?”

Ares diam di tempatnya, memperhatikan Rere sejak gadis itu duduk di kursi sembari memejamkan mata, lalu sudut matanya yang mengeluarkan air mata hingga bangun dan menyambut mereka dengan profesional seakan-akan tidak ada yang terjadi sebelumnya. Bahkan senyum gadis itu ... membuat Ares entah kenapa merasakan nyeri di dadanya.

“Sayang?” Suara Raisa menyadarkan Ares, membuat pria itu mengerjap.

“E-eh, iya, sayang,” balas Ares seadanya. Meskipun ia tidak tau apa yang sudah Raisa katakan sebelumnya yang tidak ia dengar.

Rere yang mendengar kalimat Raisa hanya mengangguk, masih dengan senyumannya yang hangat. “Ditunggu sebentar. Silakan duduk terlebih dulu.”

Anniversary ya? Bahkan kemarin juga anniversary pernikahannya dengan Ares yang ke-7.

“Sayang, berikan kunci mobilnya padaku,” ujar Raisa tiba-tiba.

“Untuk apa, sayang?”

“Ternyata ponselku berada di mobil, aku ingin mengambilnya.”

Tanpa menanggapi lebih lanjut, Ares langsung saja memberikan kunci mobilnya pada Raisa. Setelah itu, Raisa beranjak dari posisinya. Sedangkan Ares, kembali menatap Rere yang sibuk menata buket bunga yang diinginkan Raisa. “Re .....” Panggil Ares memecahkan keheningan.

Rere yang sibuk dengan buketnya, kini mendongak. Ia beralih menatap ke arah Ares ya g kini juga sedang menatap ke arahnya. “Iya, kak Ares?”

“Soal kemarin ... aku tidak bermak—” Tanpa mendengarkan lebih lanjut kalimat Ares, Rere langsung memotongnya. Rere hanya tidak ingin membahas kejadian kemarin dan ia sudah menganggap tidak ada yang terjadi.

“Kak, tidak perlu dijelaskan. Aku memahami maksudmu. Jadi, kita lupakan saja, ya?” tanya Rere dengan menatap sendu ke arah Ares. “Aku berjanji tidak akan meminta hal konyol lagi padamu.”

“Sungguh .....” Lanjut Rere dengan suara yang terdengar bergetar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Pelakor Suami Sendiri    Ekstra Part: IV - Happily Ever After

    "Ayahhh!" Si kecil Amy berlari menghampiri Ares yang baru saja memasuki rumah.Satu minggu tidak berjumpa, membuat gadis kecil itu merindukan ayahnya. Begitu juga dengan Ares yang sudah rindu akan suasana rumah dan ocehan-ocehan kedua anaknya."Anak ayah!" Ares langsung menggendong tubuh mungil Amy. Rasa lelah hilang begitu saja saat melihat putri kecilnya, lalu disusul dengan kehadiran Rere yang tersenyum lebar. Wanita itu langsung menghambur di pelukan suaminya. Tentu saja ia juga merasa rindu. "Ugh, sayangku. Rindu sekali, satu minggu terasa seperti satu tahun," ujar Ares membalas pelukan Rere. "Rama mau ikutan!" Bocah laki-laki yang entah dari mana itu tiba-tiba saja terlihat. Ia berlari kecil dan memeluk kaki Ares, ikut bergabung ke dalam pelukan. Jika begini, sudah terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia.“Jagoan papa!" ujar Ares berjongkok, saat pelukannya pada Rere sudah terlepas. Kini, ia mengangkat tubuh bocah laki-laki itu hingga membuatnya menggendong si kembar. “O

  • Menjadi Pelakor Suami Sendiri    Ekstra Part: III - Baby Twins

    Hari yang paling ditunggu-tunggu pun tiba. Di mana Rere akan melahirkan. Dokter juga sudah mengatakan saat kandungan Rere berusia 7 bulan, jika bayi mereka kembar. Tentu itu membuat kebahagiaan hadir berkali-kali lipat. Rasa syukur terus Ares ungkapkan, begitupun dengan Rere. Saat ini, Rere sudah berada di ruang bersalin. Dua jam yang lalu saat dokter memeriksa, wanita itu sudah bukaan ke-8. Berulang kali juga Rere sudah merasakan kontraksi dan mules. Di sisi lain, Ares dengan setia menunggu istrinya itu. Sesekali memberi kecupan hangat dan mengusap pelipisnya yang basah karena bulir keringat. Keluarga besar Ares juga masih dalam perjalanan. Tetapi untuk Tania dan Tio sudah menyusul begitu Rere dibawa ke rumah sakit tadi pagi akibat merasakan kontraksi yang begitu hebat. “Nanti waktu lahiran, mau ditemenin aku atau Mama?” tanya Ares. Ia bertanya seperti itu sebab, dirinya sendiri tidak tega untuk melihat proses lahiran secara langsung dan siapa tau saja jika Rere ingin ditemani ole

  • Menjadi Pelakor Suami Sendiri    Ekstra Part: II - Baby by Me

    Two years agoSaat ini, Ares dan Rere sedang menikmati waktu berliburnya. Mereka memutuskan untuk menempati penginapan yang dekat dengan pantai. Selama 1 minggu di sini, baik Ares maupun Rere belum melakukan sentuhan fisik secara intens satu sama lain. Bukannya Ares tidak menginginkan, ia hanya mau melakukannya saat Rere juga ingin. Ia tidak ingin memaksa istrinya itu.Hingga tadi, saat Ares tidak tahan melihat Rere yang hanya berbalut bikini sedang berenang di kolam renang. Ares sedikit melancarkan aksinya dengan memancing istrinya itu. Sempat mereka akan melakukannya dan berhasil, tetapi tiba-tiba saja Rere bergerak menjauh dan pergi meninggalkan Ares dengan kejantanannya yang sudah menegang ingin segera disentuh.Dan sekarang, Ares melihat Rere sudah memakai kemeja miliknya dengan kancing yang dibiarkan terbuka hingga memperlihatkan tubuhnya yang mengenakan sebuah bikini berwarna kuning. Entah kenapa itu terlihat seksi di matanya. Lalu siapa yang tidak semakin tergoda? Pria normal

  • Menjadi Pelakor Suami Sendiri    Ekstra Part: I - The Sunset Is Beautiful Isn't It?

    “Aku teringat, saat kita pergi ke pantai. Untuk pertama kalinya kita pergi bersama setelah dua tahun pernikahan.” Ares mulai membuka obrolan. Sudah bertahun-tahun lamanya, Ares tidak menyinggung hal ini. “Matahari terbenam begitu cantik saat itu. Lalu kamu mengatakan, the sunset is beautiful isn't it? Aku baru menyadarinya maknanya setelah beberapa tahun berlalu.”“Kiasan bahasa inggris yang kamu katakan memiliki maksud jika, itu adalah sebuah ungkapan yang memiliki kaitan tentang perpisahan dengan orang yang dicintai.” Lanjut Ares membuat Rere diam, mendengarkannya. “Apakah itu memiliki maksud jika pada saat itu kamu memang ingin pergi dariku atau hanya bertanya jika sunsetnya memang bagus padaku?”“Sudah lama sekali. Kukira kamu sudah melupakannya, tapi ternyata kalimat itu masih tersimpan di hatimu,” balas Rere bergumam. Ia tersenyum simpul. Hanya merasa tidak menyangka saja.Rere menarik napasnya dalam, lalu menghembuskannya perlahan sebelum menjawab pertanyaan suaminya itu. “Sebe

  • Menjadi Pelakor Suami Sendiri    60. Quality Time (21+)

    Perut yang semakin besar, membuat Ares flashback saat masa-masa kehamilan Rere sebelumnya. Bukannya belum mengikhlaskan, terkadang Ares masih suka berpikir bagaimana jika dia benar-benar lahir ke dunia. Namun, meskipun begitu, ia tetap bersyukur dan sangat berterima kasih karena Rere sudah siap untuk hamil kembali. Pasti juga tidak mudah bagi istrinya itu setelah kejadian yang menimpanya. Ares sangat memaklumi dan menghargai apa pun keputusan Rere. Toh, jika memang Rere belum siap seperti pada saat itu, Ares tidak akan menuntutnya. Baginya kebahagiaan dan kewarasan Rere adalah yang utama. Berdua dengan Rere saja sudah sangat membahagiakan dan sangat ia syukuri, apalagi jika diberi lebih dengan hadirnya malaikat kecil di antara mereka. Maka, Ares tidak akan pernah berhenti untuk berterima kasih kepada Tuhan dan Rere tentunya. “Sangat tidak sabar menunggunya terlahir ke dunia.” Ares mengusap-usap lembut perut Rere yang buncit.Kata dokter, Rere akan melahirkan pada tanggal 5 Juni yang

  • Menjadi Pelakor Suami Sendiri    59. Hurtful

    Kehamilan Rere adalah hal yang paling dinantikan semua orang. Termasuk Ares yang begitu bahagia saat mendengar perkataan Rere jika istrinya itu hamil. Apalagi saat Rere menunjukkan sebuah test pack dengan garis 2 yang menunjukkan jika benar-benar positif hamil. "Aku bahagia, Re. Terima kasih karena sudah siap untuk mengandung lagi."Rere tersenyum hangat. Melihat respon Ares yang sangat bahagia dengan binar di matanya, membuat ia semakin yakin untuk perlahan menghilangkan traumanya. Karena tidak mudah bagi dirinya, setelah mengalami banyak hal kejadian di hidup.Rere banyak belajar di kehidupannya bersama Ares, baik dulu maupun sekarang. Dari rumah tangganya, ia belajar menjadi istri sebagaimana mestinya, meskipun Ares selalu menyakiti. Rere yang menggaris bawahi, bahwasannya sejak awal pernikahan mereka memang Ares tidak pernah mencintai dirinya. Pernikahan mereka terjadi karena perjodohan. Ada paksaan secara tidak langsung, yang membuat Ares sulit menolaknya. Rere juga tidak membena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status