Share

Kepulangan Nia

Author: Fefe
last update Last Updated: 2022-04-10 11:06:17

Nia pov

Setelah keluar dari rumah itu, aku dan Nana langsung ke rumah sakit. Karena keadaan Nana cukup membuatku khawatir. 

"Nyonya tidak perlu cemas, si cantik ini baik-baik saja. Dalam satu minggu, pembekuan darah di matanya akan hilang dengan sendirinya." Jelas dokter spesialis anak tersebut. 

Aku tersenyum lega sembari memeluk Nana, karena aku masih tidak menyangka jika bisa keluar dari rumah itu. 

"Terimakasih, Dokter, " ucapku ramah.

"Sama-sama, Nyonya." setelah membalas, dokter itu berlalu. Karena penanganan Nana sudah selesai, aku berinisiatif mencari telepon umum, mengingat ponselku disita oleh mas Bayu selama tinggal di rumahnya, dia selalu berdalih agar aku fokus bekerja. 

Meski ragu, akhirnya dengan berat hati ku hubungi mbak Ema dan mas Anton untuk menjemput ku, karena tidak ada lagi orang yang kupercaya dan ku punya selain mereka. 

"Kamu kemana saja, Nia. Apa kami tahu jika kami mencari kalian kemana-mana, kami khawatir dengan kalian. "Marah mbak Ema, setelah aku dan Nana sampai di rumah, akibat kecerobohan ku, terlebih saat melihat keadaan Nana yang mengalami luka fisik, aku tahu ini memang kesalahan ku dan aku mengakui itu. Karena selama ini aku dan Nana menghilang seperti ditelan bumi, tidak ada kabar. Bahkan kami pergi tanpa pamit terlebih dahulu pada mereka

"Maafkan aku, mbak …,"ucapku tertunduk, karena omelan mbak Ema tidak hanya di sini tapi sepanjang jalan saat mereka menjemput kami, aku tahu dia tidak marah. Mbak Ema hanya menumpahkan kekesalan dan kecewanya terhadap kuku, atas apa yang aku lakukan ini. 

Aku sendiri bingung harus mengatakan apa dan memulai dari mana, karena bagiku semuanya sudah selesai. 

"Maaf katamu! Apa kau tahu kami seperti orang gila mencari kalian! Apa kau mengerti, hah … Lalu apa yang terjadi hingga Nana seperti ini! " 

Mendengar cecaran mbak Ema, aku semakin tersudut. Tidak mungkin aku menjelaskan apa yang terjadi pada Nana saat ini. 

Sementara Nana berpangku manis pada mas Anton, setelah kami tiba, karena mereka memang selalu memanjakan Nana. 

"Kenapa kamu hanya diam saja, Nia!" segah mbak Ema kesal, karena aku hanya diam tidak berani meloloskan satu jawaban atas pertanyaannya. 

"Ooo ... Jangan katakan jika kamu bertemu dengannya."

Aku terkejut, hingga aku menatapnya. 

"Kenapa, kau kaget! Jika aku tahu Bayu sudah kembali, hah! "

Lidahku benar-benar kelu untuk sekedar jujur, karena aku sadar Mas Anton pasti mengetahui semuanya, mengingat dia juga orang sukses di kota ini. 

"Nana dan Mama tinggal bersama Papa selama ini, ibu."Jujur Nana, aku semakin tidak bisa berkutik. Karena kini yang menatapku dengan tajam tidak hanya mbak Ema tapi juga Mas Anton yang awalnya diam tidak berkomentar apa-apa, ternyata aduan Nana sukses membuat mereka marah besar. 

"Sudah kuduga ini pasti terjadi." Mbak Ema berkata sinis sembari menatapku. 

"Hiks … tapi Papa jahat, Ibu. Papa selalu marah pada Mama, Papa selalu berkata dan bersikap kasar pada Mama. Bahkan Papa membentak Nana, kemarin malam saja Papa marah dan meminta Mama untuk menggugurkan dede bayi, dan istri Papa Nyonya Mona memukul Nana hanya karena air putih yang tertumpah di bajunya. "

Aku pasrah, percuma membela diri, karena aku tahu Mbak Ema selalu percaya pada Nana, sebab apa yang Nana katakan memang benar dan semua itu memang terjadi pada kami selama tinggal di rumah Mas Bayu. 

"Tidak ku sangka, kau hamil dan dia bersikap kasar padamu! " Cecar mbak Ema emosi. 

Aku yang mendengar hanya mengangguk, karena tidak mungkin untuk mengelak. Semuanya sudah terbongkar. 

"Jadi itu yang terjadi selama kalian tinggal dengannya?"Ulang mbak Ema menyegah kesal. 

" Cukup sayang, jangan seperti ini." Mas Anton yang lama diam dan mendengarkan kemarahan istrinya akhirnya turut bersuara. 

Jujur aku benar-benar tidak nyaman dengan keadaan ini, mereka pasti berdebat hanya karena aku. 

"Hentikan! Kau lihat apa yang telah terjadi?" Kesal mbak Ema, tapi dari mas Anton hanya terlihat gelengan kecil agar dia berhenti. 

"Maafkan aku mbak, mas. Aku tahu aku salah, aku sangat egois, hanya karena mementingkan keinginanku, maafkan aku karena telah membuat Nana seperti ini, seharusnya aku menjaganya. Aku memang jahat mbak, maafkan aku." Sesal ku serak, hanya ini yang bisa aku katakan, semua tidak akan kembali seperti dulu meski aku mengungkapkan semuanya. 

Mbak Ema menghela nafas dalam, lalu menghampiriku. Mungkin dia memahami keadaan ku memang tidak baik-baik saja, aku tertekan, aku shock, aku kecewa atas apa yang terjadi, untuk saat ini aku hanya ingin sendiri. 

"Sudahlah, lupakan apa yang telah terjadi, Nia. Kamu harus ingat, kami selalu menyayangi kalian. " Sembari mbak Ema memelukku.

Sudah lama aku tidak merasakan pelukan setulus ini, dan aku sangat membutuhkannya, ku tumpahkan semua laraku di sana dalam tangis pilu ku. 

"Hiks ... Terimakasih mbak, maafkan aku. " Isaku tergugu, mbak Ema mengusap punggungku dengan perlahan dan sangat lembut. 

 "Berjanjilah, ini yang terakhir, Nia. Jangan pernah menyakiti hatimu lagi. Jika memang cinta itu tidak pantas untukmu atau dia yang menganggapmu tidak pantas, cukup mengharapkannya. Ini sudah lebih dari cukup kau merasakan sakit dan berjuang." 

Hanya anggukan yang bisa aku lakukan, karena tidak ada kata yang harus aku ungkapkan, sebab semua yang dikatakan mbak Ema benar. Cinta Mas Bayu tidak pantas untuk ku, sudah cukup aku memperjuangkannya. 

"Bagus sekarang berhentilah menangis. Kau harus kuat. Disini Nana dan dede bayi membutuhkanmu. Kau harus bisa menjalani semuanya. Ingat jangan menganggap dirimu sendiri, Nia. Karena kami selalu ada untukmu. " 

Aku benar-benar terharu, sembari membalas pelukan mbak Ema, aku tidak menyangka jika mereka masih menyayangi ku setelah apa yang aku lakukan dan membuat mereka kecewa. 

"Mbak antar ke kamar, ya. Kamu harus istirahat, Nia. "Dengan sabar mbak Ema menuntunku ke kamar dan membantu ku istirahat, hari ini adalah ujian terbesar ku, di mana orang yang aku percaya dan kucintai justru menyakiti anakku. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Pembantu Maduku   Tentang Nila

    Nila pov) Cukup lama aku aku mencoba memejamkan mata, tapi mata ini enggan untuk terlelap, jangankan untuk terlelap, rasa kantuk pun enggan hinggap padahal jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, tapi mata ini tetap tidak mau terpejam dan tidur setelah kejadian tadi. Aahh… dia memang selalu membuat ku ingin gila. Batin ku bersua jika mengingat semua kejadian demi kejadian bersangkutan dengannya. Kriit!Pintu terbuka, orang yang aku pikirkan sejak tadi kini masuk dan menghampiri ku. "Kenapa kau tidak tidur? " tegurnya basa basi. Ku tatap mata hitamnya dengan lekat, apa dia tidak sedang mengigau? Kenapa malam-malam seperti ini kemari. "Kau sendiri? Kenapa kesini? " balas ku cuek, aku sengaja bersikap seperti ini karena aku tidak ingin dia menganggapku mudah terpengaruh, mengingat dia tahu siapa aku ini, dan aku juga memang ingin berubah menjadi yang lebih baik demi ibuku. "Apa salahnya? " balasannya merasa tidak bersalah. "Bay, apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan? " tany

  • Menjadi Pembantu Maduku   Rasa yang sama

    (Pov Bayu) Aku semakin merasa serbasalah, karena setelah kejadian tadi siang, Nila tidak bertegur sapa dengan ku, jangankan bertegur sapa, saat makan malam bersama Nila tidak adanya percakapan di antara mereka begitu juga Nana, gadisku seolah-olah sengaja mendiamkan aku setelah kejadian tadi. Setelah makan malam mereka berdua berlalu begitu saja kembali ke kamar, aku semakin bingung harus melakukan apa, karena aku tahu semua ini adalah kesalahan ku, semua berawal dari diriku. Andaikan aku tidak membawa masuk Mona ke dalam keluarga ini, semuanya tidak akan pernah terjadi. "Hahhh…." Kuhela nafas dalam sembari menatap langit langit ruang makan setelah aku sendirian di sini. "Lebih baik, bapak susul nak Nila. "Aku menoleh di mana bi Ijah berdiri di sampingku, karena ia tengah membereskan makan malam yang sudah usai. "Saya takut bi, " lirih ku jujur, karena aku memang sedikit takut saat melihat reaksi Nila saat membalas perlakuan Mona. "Saya yakin Tuan, nak Nila tidak seperti itu, d

  • Menjadi Pembantu Maduku   Nila murka, Mona merana

    Hari semakin sore, Nana mulai merasa jenuh di kamar, karena ia hanya menghabiskan waktu untuk menggambar dan belajar bersama Nila. "Ma… Nana bosan. "Nila yang tengah mengganti pokok Hafiz menatap wajah memelas Nana lalu tersenyum gemas. "Oooh… bosan? "Nana mengangguk membenarkan lalu menutup buku gambarnya. "Baiklah, sekarang Nana turun ke bawah saja, ya. Nanti Mama susul, adik Hafiz lapar, setelah urusan Mama selesai, Mama akan susul Nana di bawah. "Nana mengangguk lalu dengan senang memungut satu boneka kesayangannya dan membawanya lebih dulu ke lantai bawah. Dengan langkah riang Nana menuruni tangga, sembari bernyanyi-nyanyi, karena memang jam seperti ini semua pembantu yang bekerja di rumah itu sedang sibuk melakukan tugas mereka, Nana melangkah dengan hati-hati hingga ia sampai di lantai bawah dan disana tatapannya tidak sengaja tertuju pada seorang wanita yang selama ini pergi dari rumah, wanita itu kini tengah menyeret koper besar di tangannya dengan omelan dan ocehan se

  • Menjadi Pembantu Maduku   Candaan membawa kebahagiaan

    Suara riuh di ruang makan pasti terjadi di pagi hari, saat Nana menolak babysitter menyuapi nya sarapan, karena Nana hanya ingin makan satupun sarapan bersama Nila, wanita yang mirip dengan ibunya. Tapi karena kesibukan Nila mengurus Hafiz, dengan terpaksa ia mengabaikan Nana terlebih dahulu, karena Hafiz pagi ini juga tidak mau bersama babysitter. "Bersama, nenek saja, ya. Bukan kah Nana harus segera ke sekolah. " Bujuk bi Ijah mengambil alih piring sarapan Nana dari babysitter. "Tidak mau, Nana maunya sama, mama… . "Rengek Nana memalas,karena Nila masih di kamar belum bergabung dengan mereka di meja makan sarapan. " Tapi, sayang. Mama sedang menjaga adik Hafiz, Nana sama nenek dulu, ya. "Nana menggeleng cepat menolak, bi Ijah menghela nafas dalam karena selama ini memang Nana dan Hafiz sangat sulit dikendalikan jika tidak bersama Nila. "Pokoknya, Nana mau mama, Nana mau makan bersama Mama saja, titik. " Sentak Nana sembari menghentakkan kakinya ke lantai. Bayu yang baru bergab

  • Menjadi Pembantu Maduku   Mimpi

    Sementara di kamar lain Bayu menangis sejadi-jadinya saat ingatannya terus tertuju pada Nia, karena rasa bersalah dan sesal semakin bertambah setelah kejadian tadi, ia kembali melakukan pengkhianatan untuk kesekian kalinya pada Nia istrinya, padahal Bayu telah berjanji pada dirinya sendiri, ia akan berubah dan memulainya dari awal agar menjadi diri dan pribadi yang lebih baik lagi untuk anak-anak mereka, meski sosok yang harus dirinya perjuangkan tidak lagi bersamanya, tapi Bayu sudah bertekad untuk terus menembus semua dengan caranya selalu setia pada Nia. Akan tetapi malam ini ia kembali mengulang kesalahan yang sama, kesalahan yang seharusnya tidak ia lakukan, yang lebih parahnya lagi dirinya tidak bisa membedakan Nia dan orang lain. "Hiks… Maaf sayang, hiks... Maafkan aku. Hiks... " Isak Bayu dalam penyesalan terdalamnya sembari meringkuk di atas tempat tidur. "Aku, hiks… tidak mengerti, hiks… apa yang sebenarnya terjadi. Hiks... Dan rencana apa ini, hiks... Kenapa dia begitu mi

  • Menjadi Pembantu Maduku   Perasaan Nila

    Minggu-minggu berganti begitu cepat, Nila sangat menikmati hari-harinya setelah bekerja menjadi babysitter Nana dan Hafiz, bahkan ia selalu sukses menggoda Bayu saat mereka sedang berdua, meski sejujurnya Nila melakukan semua itu tidak lebih agar bisa membuat perasaan bersalah Bayu sedikit berkurang, karena dari iris mata duda tampan itu setiap memandangnya menyiratkan penyesalan yang mendalam dan kesedihan. Itu sebabnya Nila selalu melancarkan aksinya menggoda majikannya itu, meski ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri, jika dirinya cukup tertarik dengan duda beranak dua itu.Akan tetapi Nila memiliki batasan, dirinya sadar jika semua itu tabu untuknya terus melangkah, itu sebabnya Nila memilih menikmati keadaan yang tercipta setiap kali ia menggoda Bayu. Seperti malam ini, Bayu menemani Nana sebentar di kamar mereka, karena Nila tengah menyusui Hafiz, Bayu tidak ingin membuat membuat Nila kelelahan menjaga kedua anaknya, itu sebabnya ia turun tangan langsung mengurus Nana sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status