Share

Bab 5 : Apa Yang Terjadi?

Author: Sintadevi
last update Huling Na-update: 2025-04-16 08:44:31

Setelah dua jam berlalu, akhirnya mobil milik Angga tiba di pusat kota London.

"Sudah sampai," ucap Angga singkat, tanpa menoleh ke belakang.

Kedua alis Angga tampak mengerut keheranan. Sebab tidak terdengar jawaban dari mulut Aluna. Rasa penasaran yang tinggi, membuat Angga memalingkan wajahnya ke belakang. Matanya membelalak saat melihat wajah damai Aluna yang tertidur, hingga tercipta dengkuran halus. 

"Hei! Sudah sampai. Apakah kau tidak ingin turun?" ucap Angga, sedikit mengeraskan suaranya. Berharap Aluna terjaga dari tidurnya.

Tampaknya Aluna tertidur sangat pulas. Hingga tidak mendengar sama sekali suara bariton Angga yang bergema didalam mobil. 

Melihat Aluna yang tidak kunjung bangun, membuat Angga mendengus kesal. Angga bergegas turun dari mobil dan ingin membangunkannya secara paksa. 

Saat membuka pintu belakang mobil tempat Aluna berada, Angga terlonjak. Pasalnya Aluna tertidur bersandar pada jendela mobil. Hingga membuatnya lansung terjatuh saat Angga membukanya. 

Namun dengan sigap Angga menopang kepala dan tubuh Aluna agar tidak terjatuh ke bawah. Angga bingung melihat Aluna tertidur seperti sedang pingsan. 

Tangannya terulur, berinisiatif memegang kening Aluna. Sontak saja Angga terkejut, saat mendapati suhu tubuh Aluna yang memanas. 

"Sepertinya dia terserang demam tinggi," gumam Angga pelan. 

 Angga meletakkan tubuh Aluna perlahan agar bersandar pada kursi. Dia mengurungkan niatnya untuk membangunkan Aluna yang tengah sakit. 

Angga kembali mengemudi mobilnya. Menuju suatu tempat yang sudah diperkirakan. Tanpa sadar, satu sudut bibirnya terangkat. Sorot matanya menatap lurus penuh arti. 

****

Mobil yang dikendarai Angga akhirnya berhenti dikediamannya. Angga memutuskan untuk membawa Aluna pulang. 

Perlahan namun pasti, Angga membopong tubuh ramping Aluna, dan meletakkannya dikasur yang ada dikamar tamu. 

"Gadis ini cukup menarik. Tapi tingkahnya benar-benar konyol," gumam Angga pelan, sembari tersenyum simpul.

Setelah memandang Aluna beberapa saat, Angga memutuskan untuk keluar dan memberikan perintah kepada pelayan wanita, untuk menukar baju Aluna agar lebih nyaman. 

Saat Angga keluar dari kamar tamu, mendadak langkahnya terhenti. Sebab ponsel yang berada didalam sakunya berdering. 

Angga melihat layar ponselnya, tertera nama Leon—asisten pribadi yang saat ini tengah menelponnya. 

 "Halo, Ada apa?" tanya Angga datar.

 "Kau dirampok calon istrimu? Apakah kau baik-baik saja bos?" tanya Leon penuh kecemasan.

 "Tentu saja aku baik. Bahkan saat ini aku yang telah berhasil merampoknya," jawab Angga dengan sinis.

Leon dari seberang telepon, cukup terperangah mendengar jawaban bosnya yang sangat memuaskan.

"Anda hebat bos. Tetapi, masalahnya acara pernikahan telah dihancurkan oleh calon istri Anda. Dan Tuan Kusuma sangat marah besar," ucap Leon penuh kekhawatiran. 

Angga terdiam sesaat. Memikirkan langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya untuk meredam kemarahan sang ayah, yang terkenal kejam. 

 "Aku akan segera mengatasinya," balas Angga singkat, dan segera mengakhiri panggilannya. 

 Angga meremas ponselnya cukup kuat. Hingga buku-bukunya memutih. Rasanya enggan untuk berhubungan dengan sang ayah. Namun, masalah ini cukup besar untuknya. 

Angga memutuskan untuk menemui sang ayah. Namun, baru satu langkah dia berjalan, ponselnya kembali berdering. Kali ini sang ayah yang menghubunginya.

  "Halo ayah, ada apa menelpon ku?" tanya Angga datar.

  "Datang temui aku di ruanganku sekarang," ucap Tuan Kusuma tak terbantahkan.  

  "Baiklah. Aku akan segera kesana."

  ****

Dikediaman super mewah bak istana milik keluarga Kusuma, terlihat Angga sedang berjalan menuju pintu masuk. Para penjaga rumah besar tersebut tampak menundukkan kepala saat Angga melewatinya. 

Langkah Angga kian mengecil saat mendekati sebuah pintu ruangan kerja milik Kusuma yang tertutup. 

Sejenak Angga terhenti tepat didepan pintu. Menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Tangannya terulur mengetuk pintu. 

Terdengar suara berat, berasal dari dalam ruangan yang menyuruhnya masuk. 

 Saat pintu terbuka, netra Angga langsung tertuju kepada sang ayah yang sedang duduk sambil menghisap cerutu. Wajahnya terlihat angkuh. 

  "Duduk!" perintah Tuan Kusuma. Sembari menurunkan kedua kakinya yang berada diatas meja. 

Tanpa menunggu lama, Angga langsung bergerak menarik kursi yang berada tepat dihadapan Kusuma. Hanya meja yang menjadi penghalang mereka saat ini. 

Ayah dan anak itu saling menatap tajam. Tanpa berniat untuk membuka suara. 

  "Kemana kau pergi. Kenapa tak kunjung tiba di acara pernikahanmu?" tanya Kusuma langsung.

"Ada sedikit pekerjaan yang tak bisa ku tinggalkan di kantor," jawab Angga asal.

 "Alasan! Kau tahu tidak bahwa calon istrimu telah kabur meninggalkan acara pernikahan. Semuanya jadi kacau," hardik Kusuma, sembari menggebrak meja. Hingga menimbulkan getaran.

  "Aku tahu itu. Dan aku telah berhasil mendapatkannya kembali. Saat ini dia berada di rumahku. Ayah, bisakah kau berhenti untuk menjodohkan ku?" protes Angga, memberanikan diri melawan kehendak sang ayah. 

"Apa maksud perkataanmu Angga! Apa kau menolak perjodohan ini? Apa kau ingin menjadi pembangkang seperti kakakmu itu?" geram Kusuma. 

Kilatan amarah terlihat jelas dikedua bola matanya, saat Angga mulai berani menentangnya. Tangannya mengepal, hingga buku-bukunya memutih. 

"Awalnya iya. Tapi kau tenang saja ayah. Aku akan tetap melanjutkan perjodohan ini. Dengan satu syarat, beri aku waktu untuk membuat calon istriku menerima pernikahannya tanpa paksaan," ucap Angga dengan mantap.

Seketika raut wajah Kusuma berubah menjadi bersahabat. Senyuman lebar yang tampak menakutkan bagi orang lain, tercetak jelas diwajahnya. 

  "Bagus sekali Angga. Itu baru anakku. Baiklah, aku akan memberikanmu kesempatan untuk meluluhkan gadis itu terlebih dahulu. Ayah tunggu kabar baiknya secepatnya," ucap Kusuma seraya tersenyum penuh arti. 

  ****

 Aluna mengedipkan matanya berulang kali. Sebab kepalanya masih terasa pusing. Aluna mencoba bangkit dari tidurnya. Saat kesadarannya telah pulih, netranya melebar. 

"Dimana aku? Rumah siapa ini! Bukannya aku tadi masih didalam mobil. Apa Tuan Wijaya membawaku kerumahnya? Tapi mengapa aku tidak terbangun sama sekali? Apa jangan-jangan tadi aku pingsan?" gumam Aluna bertanya-tanya. 

Aluna mencoba mengingat berbagai peristiwa yang baru saja dialami. Aluna semakin yakin, bahwa saat ini dirinya sedang berada dikediaman Wijaya. 

Tiba-tiba Aluna tersadar bahwa gaun pengantin yang dikenakannya, telah berganti menjadi gaun tidur berbahan satin. 

"Astaga, apa yang terjadi? Kemana baju pengantinku? Kenapa aku sudah berganti saja. Atau jangan-jangan Tuan Kusuma telah menodai ku!" terka Aluna. 

Aluna menggelengkan kepala berulang kali. Dia tidak yakin bahwa Angga yang mengaku Wijaya tersebut telah menodainya. Aluna sangat percaya bahwa Wijaya adalah orang yang baik. 

Saat Aluna tengah dilanda rasa bingung, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka lebar. Membuat Aluna mengalihkan pandangannya mengarah ke pintu.

Aluna terbelalak kaget, saat melihat siapa gerangan yang telah masuk ke dalam kamar saat ini. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 56 : Tidak Pernah Memberitahuku

    Di malam yang tenang, langit tampak kelam dengan taburan bintang yang hanya sedikit menampakkan diri. Di lantai atas sebuah gedung pencakar langit yang menjadi markas besar perusahaan teknologi ternama, sebuah ruangan berlabel CEO menyala terang meski jarum jam telah menunjuk pukul sembilan malam.Angga duduk di balik meja kerjanya yang besar, bersandar lelah dengan memijat pelipis. Matanya sembab, tak hanya karena lelah, tapi juga karena pikiran yang tak kunjung usai. Tumpukan dokumen menanti untuk ditandatangani, laporan finansial perlu dianalisis, dan rapat dewan direksi masih menunggu.Di tengah heningnya ruangan, pintu terbuka perlahan. Leon, asisten pribadi sekaligus tangan kanan kepercayaannya, masuk dengan secangkir teh hangat yang mengepul lembut.“Bos,” ucap Leon sambil mendekat, nada suaranya penuh khawatir. “Jangan terlalu memaksakan diri kalau memang sedang tidak enak badan.”Angga mengangkat kepalanya, menatap Leon dengan pandangan k

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 55 : Mencuri Kamu

    Tak terasa, hari telah merangkak perlahan meninggalkan senja yang muram dan berubah menjadi malam yang dingin. Cahaya lampu kota mulai menyala satu per satu, menghiasi cakrawala dengan kelap-kelip bagaikan bintang yang turun ke bumi.Di lantai atas sebuah apartemen mewah, di salah satu kamar bernuansa hangat dan elegan, berdiri seorang wanita muda di tepi balkon. Angin malam yang lembut memainkan helaian rambut panjangnya yang tergerai, sesekali menyingkap sebagian wajahnya yang dipoles riasan tipis, menonjolkan kecantikannya yang tenang dan anggun.Tatapan matanya menerawang jauh menembus gelapnya langit malam. Ada kesedihan samar di sana. Ada rindu yang tidak terucapkan. Wajahnya begitu tenang, namun menyimpan kegelisahan yang tidak bisa disembunyikan. Siapa pun yang melihatnya akan berpikir bahwa dia adalah Aluna. Tapi tidak. Wanita itu adalah Alana—kembaran identik Aluna.Meski terlahir dari rahim yang sama, jalan hidup keduanya begitu berbeda. Aluna t

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 54 : Kamu Tidak Sendiri

    Daniel mengajak Aluna ke sebuah tempat makan sederhana yang terletak agak jauh dari pusat kota. Bukan restoran mewah yang biasa mereka datangi untuk urusan bisnis. Hari ini, Daniel ingin membicarakan sesuatu yang lebih pribadi, lebih dalam. Ia merasa ada hal-hal penting yang tak bisa dibahas di balik meja kerja atau suasana restoran yang terlalu formal. Kadang, tempat yang sederhana justru menghadirkan kenyamanan dan ketulusan yang sulit ditemukan di tempat bergengsi sekalipun.Café kecil itu berada di pinggiran kota London, tersembunyi di antara deretan toko-toko buku tua dan toko bunga klasik. Aromanya khas: campuran kopi hangat, kayu tua, dan kue kayu manis yang baru saja keluar dari oven. Aluna duduk di sudut ruangan, di balik jendela kaca yang menghadap ke jalan, menanti Daniel dengan secangkir cokelat hangat di tangan. Matanya sesekali melirik keluar, mengamati lalu lalang orang-orang yang berjalan cepat menantang angin musim gugur.Beberapa menit kemudian, Daniel muncul di depa

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 53 : Kenapa Dia Menolakku

    Setelah menyelesaikan urusannya di dalam ruangan Daniel, Aluna segera melangkah keluar dari restoran Tanpopo’s. Namun langkahnya terhenti secara mendadak.Tepat di depan pintu keluar, berdiri seseorang dengan tubuh tegap dan wajah penuh keyakinan. Angga. Pria yang sebelumnya mengaku bernama Wijaya itu kini berdiri dengan tangan terlipat di dada, menatap Aluna dengan sorot mata penuh perhitungan.Saking kagetnya, Aluna tanpa sengaja menabraknya. Tubuh mungilnya sedikit terpental ke belakang. Ia hampir jatuh, namun segera menegakkan tubuh dan menatap pria itu dengan mata membulat.“Ya Tuhan… kau?” ucap Aluna, setengah terkejut dan setengah kesal.Angga hanya menaikkan sebelah alisnya. “Kau hendak pergi ke mana? Biar aku antar,” katanya datar, seolah tidak ada kejadian berarti barusan.Namun bukannya terharu, Aluna justru memandangnya tajam. Napasnya terdengar berat, seperti menahan amarah.“Kenapa kamu ada di sini? Jangan bilang kamu menguntitku,” katanya penuh curiga.“Kalau aku bilan

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 52 : Selalu Terbuka

    Setelah selesai sarapan pagi, Aluna segera bersiap. Hari itu cuaca cukup cerah, langit tampak bersih dengan semburat jingga yang belum sepenuhnya menghilang.Ia menarik napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan.“Ini yang terbaik, Aluna… Demi semua orang,” gumamnya pelan, seolah berusaha meyakinkan dirinya sendiri.Tak berapa lama, taksi yang ia pesan lewat aplikasi pun tiba. Dengan langkah ringan namun hati berat, Aluna masuk ke dalam mobil tersebut. Sepanjang perjalanan menuju restoran milik Daniel, pikirannya melayang-layang. Ia menatap keluar jendela, memandangi pepohonan dan orang-orang yang berlalu lalang di pinggir jalan. Semua tampak berjalan seperti biasa, seolah dunia tak peduli dengan konflik kecil yang tengah berkecamuk di hatinya.'Kalau aku tetap bekerja di sana, mungkin semuanya akan jadi rumit. Aku tidak ingin membuat masalah baru untuk orang lain,' batinnya.Sesampainya di depan restoran, taksi berhenti perlahan. Aluna

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 51 : Melupakan Sesuatu

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap malu-malu di balik tirai jendela kamar Aluna. Udara terasa segar, langit tampak biru cerah, seolah hari menjanjikan kebahagiaan. Namun, tidak bagi Aluna. Pagi yang biasanya ia sambut dengan semangat dan senyuman lebar, kali ini terasa hambar. Wajahnya kusut, matanya sembab, bibirnya mengerucut dalam diam.Ia duduk di tepi ranjang cukup lama, menatap nanar lantai kamar yang dingin. Tak ada suara, hanya detik jam dinding yang berdetak pelan seiring waktu yang terus berjalan.Biasanya, pagi adalah momen yang paling ia nantikan. Ia akan bersiap-siap pergi ke restoran Tanpopo’s, tempat ia bekerja sekaligus tempat hatinya berlabuh diam-diam. Daniel, pemilik restoran itu, bukan hanya sahabat masa kecilnya, tapi juga seseorang yang selama ini diam-diam mengisi ruang hati Aluna.Namun, malam tadi telah mengubah semuanya.Saat James mendadak masuk ke kamarnya hanya untuk mengantar black card dari Angga. Aluna masih ingat jelas bagaimana James, dengan ekspres

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status