Share

Bab 8 : Begitu Menyedihkan

Penulis: Sintadevi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-29 11:11:52

Angga menyambar  jas yang tergantung di kursi. Memakainya dengan cepat. Sembari berjalan menuju parkiran. Langkahnya tergesa. Dengan cepat diraihnya kunci mobil yang ada di saku celana. 

Setelah masuk, segera saja Angga menyalakan mobil. Dan melaju meninggalkan area perusahaannya. Menekan pedal gas dengan kuat. Tatapannya tajam dan serius. Seolah siap menerkam siapa saja yang menganggunya. 

Tak terasa matahari telah berganti dengan rembulan malam. Bintang bertebaran di angkasa. Suasana malam yang semakin sunyi. Tak menyurutkan ambisi Aluna. Untuk terbebas dari belenggu yang diciptakan oleh sang ayah. 

"Akhirnya aku bisa terbebas juga dari rumah terkutuk itu. Aku harus segera pergi sejauh mungkin dari sini," monolog Aluna pada dirinya sendiri. 

Akan tetapi, kesenangannya tak berlangsung lama. Semakin jauh mobil yang dikendarai. Semakin dalam juga Aluna terjebak di daerah yang sepi. Didominasi oleh pepohonan rindang yang ada di samping kanan dan kiri. Tanpa satupun rumah lagi yang didapati. 

Aluna terhenyak kaget saat mendengar suara guntur di langit. Pertanda hujan akan segera turun. Membasahi bumi yang gelap. Tanpa sedikitpun cahaya rembulan menelusup masuk. Sebab tertutup oleh awan hitam dilangit malam.

Aluna segera tersadar. Bahwa saat ini dirinya telah tersesat. Saking terlenanya oleh kebebasan yang baru diraih. Sampai melupakan jalan mana yang harus diambil. 

Kaki putihnya segera menginjak rem. Seketika mobil berhenti tepat di jalan sunyi. Tanpa satupun aktifitas mobil yang lewat. Kini, Aluna benar-benar sendirian. Di tempat antah-berantah.

"Ini dimana ya. Duh kenapa aku bodoh banget sih. Malah lupa jalan," gerutu Aluna pada dirinya sendiri.

Aluna yang tengah dilanda kepanikan. Mencoba memencet layar dashboard mobil. Dia sangat bingung. Karena mobil tersebut bukan mobil biasa. Melainkan mobil yang sudah didesain dengan canggih.

"Ini gimana sih cara pake GPS-nya. Kok ribet banget," ucap Aluna yang kesal.

Aluna putus asa. Namun tetap kembali melajukan mobil. Guntur semakin kuat beradu dilangit. Kanan kiri hanyalah terdapat kegelapan. Tanpa ada satupun tanda-tanda kehidupan. Aluna baru menyadari. Telah masuk ke kawasan hutan. 

Aluna sekarang benar-benar merasa sendirian. Dilanda rasa takut yang mulai datang menyerang. Namun dengan tekad yang kuat, Aluna berusaha menemukan jalan keluar. 

Saat Aluna membelok ke arah kiri, tanpa diduga ada mobil berlawanan arah yang melaju dengan kencang. Rasa panik membuat Aluna membanting setir. Hingga mobil hilang kendali dan berakhir menabrak tumpukan kardus di pinggir jalan. Dengan cepat Aluna segera menginjak rem. Hingga decitan ban terdengar nyaring. 

Sementara Angga terus melajukan mobilnya. Mengikuti arah GPS dari mobil yang dibawa oleh Aluna. Namun dahinya mengerut saat mobil tersebut tiba-tiba berhenti di zona tidak aman. 

Angga segera menancapkan pedal gas lebih dalam lagi. Rasa khawatir mulai menyelimuti. 

Aluna memegang sisi kepalanya yang terhantuk setir mobil. Denyutan di kepala mulai terasa. Rasa pusing mulai menyerang Aluna. Membuat pandangannya menjadi buram. 

Perlahan rasa sakit mulai mereda. Aluna mencerna hal yang baru saja terjadi. 

Aluna memandangi sekitarnya. Bergegas meraih gagang pintu mobil dan membukanya. Setelah itu menutup dengan kencang. 

Aluna berdiri di kegelapan malam. Tanpa satupun cahaya. Bahkan cahaya mobil telah redup. Karena guncangan hebat yang membuat sistem mobil canggih tersebut menjadi error.

"Aku berada dimana ini. Kenapa gelap sekali. Sepertinya aku sudah tersesat terlalu jauh. Aku harus segera mencari jalan keluar," gumam Aluna. 

Namun saat ingin membuka pintu mobil. Aluna membolakan mata. Kepanikan terlihat jelas diwajahnya. Ya, mobil tersebut telah terkunci otomatis. Sebab terdeteksi adanya benturan. 

"Ahh dasar mobil sial! Penderitaanku benar-benar lengkap sekarang," murka Aluna. Sembari menendang ban mobil berkali-kali. Sekadar melampiaskan emosinya.

Ditengah kebingungan yang melanda. Akhirnya hujan turun sangat lebat. Membuat Aluna kelabakan untuk mencari tempat berlindung. 

Akhirnya Aluna menemukan kotak kardus yang cukup besar. Dia segera menutupi tubuhnya dengan kardus itu. 

"Ya Tuhan. Begitu menyedihkan nasibku. Sedari kecil aku tak pernah seberuntung Alana. Bahkan saat ini juga aku harus menanggung derita karena ulahnya," ucap Aluna sendu.

Sungguh malang nian nasibnya. Sedari kecil menjadi korban perceraian kedua orangtuanya. Namun sekarang Aluna harus menanggung beban karena saudara kembarnya. Bahkan sang ayah tidak mempunyai sedikitpun belas kasih untuknya.

Air mata Aluna menggenang di pelupuk mata. Bulir-bulir bening itu akhirnya jatuh bercampur dengan air hujan yang mulai mengguyur begitu lebat. Bahkan kardus yang menjadi tempat Aluna berlindung. Tak mampu menahan bobot air hujan yang jatuh dengan sangat deras.

Saat Aluna sudah berada di titik terendah. Tiba-tiba secercah harapan datang menghampiri. Sebuah mobil jeep berhenti tepat di sampingnya. 

Seorang pria tampan keluar. Dengan wajah penuh kekhawatiran. Tak lupa membawa sebuah payung. Untuk menghalau air hujan yang turun. Perlahan tapi pasti. Pria itu berjalan menghampiri Aluna.

Dia mengetuk kardus yang menjadi pelindung Aluna. Hingga Aluna terlonjak. 

Saat Aluna membuka kardusnya, dirinya terkejut mendapati seorang pria sedang berdiri tegak dihadapannya dengan sebuah payung. 

"Siapa kau. Tolong jangan sakiti saya!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 56 : Tidak Pernah Memberitahuku

    Di malam yang tenang, langit tampak kelam dengan taburan bintang yang hanya sedikit menampakkan diri. Di lantai atas sebuah gedung pencakar langit yang menjadi markas besar perusahaan teknologi ternama, sebuah ruangan berlabel CEO menyala terang meski jarum jam telah menunjuk pukul sembilan malam.Angga duduk di balik meja kerjanya yang besar, bersandar lelah dengan memijat pelipis. Matanya sembab, tak hanya karena lelah, tapi juga karena pikiran yang tak kunjung usai. Tumpukan dokumen menanti untuk ditandatangani, laporan finansial perlu dianalisis, dan rapat dewan direksi masih menunggu.Di tengah heningnya ruangan, pintu terbuka perlahan. Leon, asisten pribadi sekaligus tangan kanan kepercayaannya, masuk dengan secangkir teh hangat yang mengepul lembut.“Bos,” ucap Leon sambil mendekat, nada suaranya penuh khawatir. “Jangan terlalu memaksakan diri kalau memang sedang tidak enak badan.”Angga mengangkat kepalanya, menatap Leon dengan pandangan k

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 55 : Mencuri Kamu

    Tak terasa, hari telah merangkak perlahan meninggalkan senja yang muram dan berubah menjadi malam yang dingin. Cahaya lampu kota mulai menyala satu per satu, menghiasi cakrawala dengan kelap-kelip bagaikan bintang yang turun ke bumi.Di lantai atas sebuah apartemen mewah, di salah satu kamar bernuansa hangat dan elegan, berdiri seorang wanita muda di tepi balkon. Angin malam yang lembut memainkan helaian rambut panjangnya yang tergerai, sesekali menyingkap sebagian wajahnya yang dipoles riasan tipis, menonjolkan kecantikannya yang tenang dan anggun.Tatapan matanya menerawang jauh menembus gelapnya langit malam. Ada kesedihan samar di sana. Ada rindu yang tidak terucapkan. Wajahnya begitu tenang, namun menyimpan kegelisahan yang tidak bisa disembunyikan. Siapa pun yang melihatnya akan berpikir bahwa dia adalah Aluna. Tapi tidak. Wanita itu adalah Alana—kembaran identik Aluna.Meski terlahir dari rahim yang sama, jalan hidup keduanya begitu berbeda. Aluna t

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 54 : Kamu Tidak Sendiri

    Daniel mengajak Aluna ke sebuah tempat makan sederhana yang terletak agak jauh dari pusat kota. Bukan restoran mewah yang biasa mereka datangi untuk urusan bisnis. Hari ini, Daniel ingin membicarakan sesuatu yang lebih pribadi, lebih dalam. Ia merasa ada hal-hal penting yang tak bisa dibahas di balik meja kerja atau suasana restoran yang terlalu formal. Kadang, tempat yang sederhana justru menghadirkan kenyamanan dan ketulusan yang sulit ditemukan di tempat bergengsi sekalipun.Café kecil itu berada di pinggiran kota London, tersembunyi di antara deretan toko-toko buku tua dan toko bunga klasik. Aromanya khas: campuran kopi hangat, kayu tua, dan kue kayu manis yang baru saja keluar dari oven. Aluna duduk di sudut ruangan, di balik jendela kaca yang menghadap ke jalan, menanti Daniel dengan secangkir cokelat hangat di tangan. Matanya sesekali melirik keluar, mengamati lalu lalang orang-orang yang berjalan cepat menantang angin musim gugur.Beberapa menit kemudian, Daniel muncul di depa

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 53 : Kenapa Dia Menolakku

    Setelah menyelesaikan urusannya di dalam ruangan Daniel, Aluna segera melangkah keluar dari restoran Tanpopo’s. Namun langkahnya terhenti secara mendadak.Tepat di depan pintu keluar, berdiri seseorang dengan tubuh tegap dan wajah penuh keyakinan. Angga. Pria yang sebelumnya mengaku bernama Wijaya itu kini berdiri dengan tangan terlipat di dada, menatap Aluna dengan sorot mata penuh perhitungan.Saking kagetnya, Aluna tanpa sengaja menabraknya. Tubuh mungilnya sedikit terpental ke belakang. Ia hampir jatuh, namun segera menegakkan tubuh dan menatap pria itu dengan mata membulat.“Ya Tuhan… kau?” ucap Aluna, setengah terkejut dan setengah kesal.Angga hanya menaikkan sebelah alisnya. “Kau hendak pergi ke mana? Biar aku antar,” katanya datar, seolah tidak ada kejadian berarti barusan.Namun bukannya terharu, Aluna justru memandangnya tajam. Napasnya terdengar berat, seperti menahan amarah.“Kenapa kamu ada di sini? Jangan bilang kamu menguntitku,” katanya penuh curiga.“Kalau aku bilan

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 52 : Selalu Terbuka

    Setelah selesai sarapan pagi, Aluna segera bersiap. Hari itu cuaca cukup cerah, langit tampak bersih dengan semburat jingga yang belum sepenuhnya menghilang.Ia menarik napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan.“Ini yang terbaik, Aluna… Demi semua orang,” gumamnya pelan, seolah berusaha meyakinkan dirinya sendiri.Tak berapa lama, taksi yang ia pesan lewat aplikasi pun tiba. Dengan langkah ringan namun hati berat, Aluna masuk ke dalam mobil tersebut. Sepanjang perjalanan menuju restoran milik Daniel, pikirannya melayang-layang. Ia menatap keluar jendela, memandangi pepohonan dan orang-orang yang berlalu lalang di pinggir jalan. Semua tampak berjalan seperti biasa, seolah dunia tak peduli dengan konflik kecil yang tengah berkecamuk di hatinya.'Kalau aku tetap bekerja di sana, mungkin semuanya akan jadi rumit. Aku tidak ingin membuat masalah baru untuk orang lain,' batinnya.Sesampainya di depan restoran, taksi berhenti perlahan. Aluna

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 51 : Melupakan Sesuatu

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap malu-malu di balik tirai jendela kamar Aluna. Udara terasa segar, langit tampak biru cerah, seolah hari menjanjikan kebahagiaan. Namun, tidak bagi Aluna. Pagi yang biasanya ia sambut dengan semangat dan senyuman lebar, kali ini terasa hambar. Wajahnya kusut, matanya sembab, bibirnya mengerucut dalam diam.Ia duduk di tepi ranjang cukup lama, menatap nanar lantai kamar yang dingin. Tak ada suara, hanya detik jam dinding yang berdetak pelan seiring waktu yang terus berjalan.Biasanya, pagi adalah momen yang paling ia nantikan. Ia akan bersiap-siap pergi ke restoran Tanpopo’s, tempat ia bekerja sekaligus tempat hatinya berlabuh diam-diam. Daniel, pemilik restoran itu, bukan hanya sahabat masa kecilnya, tapi juga seseorang yang selama ini diam-diam mengisi ruang hati Aluna.Namun, malam tadi telah mengubah semuanya.Saat James mendadak masuk ke kamarnya hanya untuk mengantar black card dari Angga. Aluna masih ingat jelas bagaimana James, dengan ekspres

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status