Share

Menjadi Ratu Penjahat
Menjadi Ratu Penjahat
Penulis: Queen Eukleia

PROLOG

"Bakar hidup-hidup penjahat itu!"

"Bunuh dia!"

"Penggal kepalanya!"

"Dasar penjahat kejam! Berani-beraninya kau mengacaukan negara dan juga membunuh calon Ratu masa depan!"

Semua teriakan dan makian menggema di seluruh jalanan menuju alun-alun kota. Sumpah serapah yang diiringi oleh lemparan berbagai kotoran dan batu, menjadi pemandangan yang mengerikan yang didapatkan seorang wanita.

Wanita berambut blonde yang lurus dan indah, kini tak ada lagi keindahan. Karena rambutnya yang terpotong berantakan, pendek, kumal, serta hampir setengah botak. Pun tubuhnya yang dulu mulus, seputih dan sehalus sutra, kini hanya ada goresan luka dan begitu kering kerontang.

Tubuh penuh luka, wajah dengan berbagai memar, adalah penampilan dari sang Ratu Kerajaan Deimos yang dulu begitu cantik. Bahkan menjadi wanita paling cantik di sepenjuru benua.

Ratu Eudora Circe, seorang putri dari Kerajaan seberang yang menikah politik dengan Raja Kerajaan Deimos, Raja Isidore Von De Eryx.

"Dasar pelacur jahat!"

"Pembawa kesialan!"

"Bunuh dan bakar dia!"

"Bakar dia!"

Teriakan demi teriakan dilemparkan para penduduk kota dengan melempari Eudora yang sedang berjalan telanjang kaki. Kedua kaki yang dirantai, pun juga dengan kedua pergelangan tangannya. Benar-benar penampilan bagai budak penjahat yang pantas untuk diperlakukan lebih rendah dari budak-budak lainnya.

Eudora hanya berjalan dengan gontai. Tubuhnya yang tegap dan kepala yang terangkat. Wajah yang begitu tenang seolah tak terdistorsi oleh apapun. Bahkan meski penampilannya terlihat sangat buruk, tetapi Eudora seperti tak terpatahkan oleh segala hal yang kini dilemparkan padanya.

"Sang penjahat Eudora Circe!" gumam seorang pria dengan nada yang paling dingin.

Pria berkulit tan, bertubuh kekar dan sangat sempurna. Pria berambut hitam dan bermata emas yang semakin menatapnya dengan sangat dingin.

Pria penuh kuasa dan paling berkuasa lebih dari siapapun di Kerajaan ini, Raja Isidore yang tak lain adalah suami Eudora.

Cih, Suami? Lucu jika harus memberi gelar itu pada pria yang kini akan memenggal kepalanya!

Eudora yang merasa dipanggil, pun mengangkat wajahnya. Di mana sang Raja kini telah duduk di tempat paling tinggi, sebuah podium yang digunakan untuk anggota Kerajaan. Raja itu, dia duduk dengan seorang wanita yang cantik dan memiliki tubuh yang indah.

Wanita itu bergelanjotan dengan lembut di lengan sang Raja. Mata yang menanar seolah melukiskan kelembutan serta empati yang tinggi. Polos dan penuh kesedihan. Sudah pasti dengan wajah seperti itu, maka akan membuat pria manapun membangkitkan insting perlindungannya.

Ya! Wanita itu duduk di kursi samping Raja, kursi yang seharusnya milik sang Ratu. Wanita itu bukan seorang Ratu!

"Penjahat jahanam Eudora Circe," ucap Raja sekali lagi. "Apa kau masih memiliki kebanggaan yang membuatmu masih dengan bangga mengangkat kepalamu, huh? Bahkan wajah tenangmu itu sangat memuakkan!"

"...."

Eudora tak menjawab.

Wajahnya masih begitu tenang dan tak terganggu apapun. Menatap pria yang bergelar Raja itu.

"Apa kau masih memiliki muka dan tak tahu apa dosa-dosamu, huh?"

Eudora lagi-lagi terdiam, namun tak lama.

"Dosa?" gumam Eudora lirih. "Apa yang sudah saya lakukan, Isidore? Dosa apa?"

"!!"

Raja pun langsung membulatkan matanya. Wajahnya menegang dengan rahang yang mengeras. Itu karena dengan lancangnya, wanita yang dicap penjahat dan akan dihukum mati hari ini, dengan lancang memanggil namanya!

"Wanita sialan! Beraninya kau memanggil Raja dengan tidak sopan!" pekik seorang ksatria dengan bengis, lalu dengan cepat dan keras ksatria itu memukul punggung Eudora.

Membuat Eudora meringis dan jatuh terduduk di tanah.

Saat ksatria itu hendak akan memukulnya lagi, tangan Raja sudah terangkat. Menghentikan adegan pemukulan yang sia-sia menurutnya.

"Sepertinya kau masih saja begitu sombong meski kau tahu kalau hari ini adalah ajalmu, Eudora Circe!" ucap Raja dengan suara yang rendah namun begitu berat dan dingin.

"Membantu para musuh. Menjadi pengkhianat dan mata. Membocorkan rahasia Kerajaan. Dan bahkan melakukan pembantaian kepada para pelayan Istana!" Suara yang begitu menekan dengan aura kekuasaan yang tinggi, sang Raja membacakan semua dosa-dosa yang dilakukan oleh Eudora saat ia menjabat sebagai Ratu selama ini.

"Apa kau pikir itu bukan dosa yang membuatmu tidak layak untuk berada di penghukuman mati ini, Eudora?" tanya Isidore sekali lagi, dengan amat sangat dingin.

Rumor tentang kejahatan sang Ratu, Eudora Circe sang putri dari Kerajaan seberang, sudah sangat terkenal. Ratu yang begitu kejam dan bertangan dingin. Ratu yang selalu suka menyiksa dan membunuh para abdi dalem Kerajaan.

Ratu yang tak segan-segan mengeluarkan perintah hukuman mati, atau bahkan ia menyiksa sendiri para pelayan yang sudah menyinggungnya. Menjadi sebuah kengerian yang menyelimuti Istana Ratu selama Eudora menduduki tahta itu.

Bahkan kejahatan terbesarnya adalah pengkhianatan dengan membocorkan rahasia Kerajaan, membuat Kerajaan Deimos mengalami kerugian besar, membuat hampir ribuan penduduk harus mati akibat yang dilakukan oleh Eudora.

Dosa-dosa yang disebutkan itu, tentu apa yang diterima oleh Eudora adalah hal yang wajar. Tetapi seolah tak keberatan akan semua penghukuman yang ia terima, Eudora tak gentar sedikitpun.

Dia masih saja berdiri dengan kokoh.

"Dosa-dosa itu ...," gumam Eudora lirih.

Dia masih terduduk di atas tanah. Kepala yang menunduk seolah menyembunyikan ekspresinya. Lalu di detik berikutnya gelak tawa menggema di sepenjuru alun-alun.

"Hahahahaha ... hahaha ...!!!!" Eudora tergelak dengan sangat keras.

Suara yang nyaring bak tawa penjahat sejati. Lalu wajahnya menjadi sangat garang dengan seringai yang mengerikan, menatap sang Raja dengan bengis penuh kebencian.

"Apa yang aku lakukan itu adalah hukuman untuk kalian semua! Dan apa yang aku tanam di tanah ini akan menjadi kutukan paling mengerikan, Isidore!" teriaknya penuh kegirangan akan kutukan. "Tanah kerajaanmu akan mati seperti bangkai! Seluruh orang-orangmu akan menjadi mayat hidup yang tak jauh dari kayu bakar di neraka!"

"Dan kau Isidore!" teriaknya lagi. "Kau adalah penyebab dari semua bencana mengerikan ini! Kau adalah orang yang bertanggung jawab atas semuanya!"

"Kau yang bertanggung jawab!" pekik Eudora dengan sangat keras.

Suara Eudora yang sangat nyaring, seolah menjadi kutukan yang sampai ke ujung negara. Suara yang mengerikan penuh kebencian dan kutukan, membuat semua orang membeku di tempat dengan raut wajah yang kaku. Menatap Eudora dengan ganas dan amarah.

Pun hal itu juga terjadi pada Isidore, Raja Kerajaan Deimos.

Seketika gemuruh amarah yang mendidih sudah mencapai puncaknya. Membuat Raja Isidore mengeraskan rahangnya.

Dengan tangan yang mengepal, sang Raja langsung berdiri dari kursinya. Ia bahkan langsung melompat turun dari podium lalu dengan kecepatan kilat, ia mengeluarkan pedang kebanggaannya. Dan ....

Zraashhhh ....!!!

Tanpa ragu, sang Raja langsung menancapkan pedangnya tepat di jantung Eudora.

Membuat wanita itu menghentikan gelak tawa dan makian kutukannya. Darah yang pekat keluar dari mulut Eudora. Pun tubuhnya juga bergetar dengan rasa sakit yang ia derita.

Mendapati hal itu, Eudora berusaha keras mengangkat kembali kepalanya. Netra birunya yang sayu, kini bertemu tatap dengan netra keemasan yang tajam milik sang Raja.

Mata yang selalu menatapnya dengan dingin dan penuh kebencian sejak pertama kali mereka bertemu. Mata yang indah yang tak akan pernah bisa ia gapai.

Mata yang selalu tampak sangat jauh.

Eudora dia pun tersenyum dengan tipis. "Kegagalanku yang paling besar ... adalah mencintaimu, Isidore!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status