Share

Bab 132

Author: Camelia
"Aku bisa menyetujui syaratmu. Kalau Ghea memang ada di dekatmu sekarang, ayo kita langsung ke kantor pertanahan. Selesaikan saja urusan rumah itu."

Nada bicaranya sarat dengan kekecewaan dan perasaan getir. Namun, Anrez berpura-pura tidak mendengarnya. Dia malah tertawa senang. "Aura, Ayah tahu kamu anak yang pengertian. Kalau begitu, kita bertemu di kantor pertanahan setengah jam lagi." Tanpa menambahkan sepatah kata pun, dia langsung menutup telepon.

Aura bisa membayangkan ekspresi puas di wajah ayahnya. Dia pasti sedang tertawa lebar sampai mungkin sampai semua keriputnya juga ikut tertarik.

Aura menoleh sekali lagi ke arah vila itu dan menatapnya dengan diam, lalu naik ke mobil dan menyalakan mesin menuju kantor pertanahan.

Seperti yang diduganya, Anrez sangat bersemangat. Begitu mobil Aura berhenti, dia sudah berdiri sambil melambaikan tangan. "Aura, sini, ayo cepat."

Aura mengatupkan bibirnya, lalu melangkah mendekat dengan sepatu haknya yang berderap ringan. "Semua dokumen suda
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 133

    Melihat sikap Aura yang tenang dan tak tergoyahkan, Daffa lalu menggertakkan gigi perlahan. "Aura ....""Diam!"Begitu mendengar suara Daffa, wajah Aura langsung berubah dingin. Namun, sebelum dia sempat bicara, Donna sudah lebih dulu membentak Daffa. Dia melirik tajam ke arah Daffa, lalu berbalik menatap Aura.Meski sebelumnya dia pernah diam-diam mengkhianati Aura dari belakang, wajah Donna tetap menampilkan senyum lembut, seolah semua kejadian tak mengenakkan di masa lalu tidak pernah terjadi.Donna melangkah mendekat, lalu menggenggam tangan Aura seperti biasa sambil tersenyum, "Aura, terima kasih karena akhirnya kamu mau berpikir jernih dan bersedia membantu Daffa menjelaskan semuanya."Aura menunduk sejenak menatap tangan Donna yang menggenggam tangannya, lalu menyunggingkan senyum tipis. Sebagai istri orang kaya selama bertahun-tahun, Donna memang ahli berpura-pura.Tanpa mengubah ekspresinya, Aura menarik tangannya perlahan dan membalas senyum itu dengan kaku. "Nggak usah berte

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 1

    Di dalam lingkaran sosial mereka, semua orang tahu bahwa Aura Tanjung adalah anjing penjilat Daffa Santosa. Wanita ini selalu bersikap rendah diri di hadapan Daffa.Jadi, ketika Aura mengenakan gaun seksi dan mengetuk pintu kamar hotel Jose Alatas, pria itu pun mengangkat alisnya dengan heran."Kamu nggak takut Daffa tahu?" tanya Jose.Aura terkekeh-kekeh sinis, lalu menarik Jose dan menciumnya dengan penuh inisiatif, bahkan terlalu berani. Tercium aroma samar tembakau yang cukup wangi.Semua orang tahu Jose adalah seorang ahli dalam urusan ini. Aura memilihnya bukan tanpa alasan. Pertama karena latar belakang dan kemampuan Jose yang jauh lebih hebat daripada Daffa, jadi ini cukup untuk membuat Daffa marah.Kedua karena Jose adalah tipe pria yang tidak pernah mempertahankan seorang wanita lebih dari sebulan. Habis manis sepah dibuang!Aura yakin dengan tubuh dan parasnya. Jadi, ketika dia tahu Daffa berselingkuh dengan adik tirinya, dia segera mencari Jose.Bukankah Daffa selalu menyom

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 2

    Kemudian, Aura membuka pesan dari Lulu.[ Tsk, kamu belah duren sama Daffa? Bukannya kamu bilang mau tunggu sampai nikah? ]Aura tertawa ringan dan membalas.[ Siapa bilang itu Daffa? Jangan bicara seolah-olah aku ini nggak laku. ]Begitu pesan itu terkirim, Lulu langsung menelepon. Segera, terdengar jeritan yang nyaring. "Serius, Aura? Akhirnya kamu sadar? Kamu beneran ninggalin Daffa si anjing itu?"Lihatlah, semua orang bisa melihat bahwa Daffa adalah pria berengsek. Dulu, Aura memang telah dibutakan oleh cinta karena selalu merasa Daffa berbeda dari pria lain.Setelah terbangun dari mimpinya, Aura pun menyadari betapa bodohnya dirinya. Namun, semua itu tidak penting lagi.Dia mengangguk ringan. "Ya, biarkan saja. Yang jelas, aku yang ninggalin Daffa."Daffa paling peduli soal harga dirinya. Aura ingin memastikan pria itu kehilangan muka di lingkaran sosial mereka."Terus, siapa pria itu?" tanya Lulu.Aura mengusap bahunya yang terasa pegal. "Aku balik dulu, mau ganti baju. Nanti ki

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 3

    Daffa segera menangkap Ghea yang hampir jatuh, sementara Aura bahkan tidak melihat ke arah mereka dan langsung pergi. Hanya dengan melihat mereka berdua, dia sudah merasa muak.Saat Aura melangkah keluar, teriakan Anrez terdengar dari belakang. "Aura, kembali ke sini! Siapa pria yang bersamamu itu?"Lihatlah, ayah kandungnya selalu fokus pada kesalahannya. Saat dia mengatakan Ghea dan Daffa berpelukan dan berciuman, pria itu seperti tuli.Namun, Aura sudah terbiasa. Sejak 5 tahun lalu saat ibu tirinya membawa Ghea masuk ke rumah ini, dia sudah tidak punya tempat lagi di sini.Kalau bukan karena takut barang-barang peninggalan ibunya dihancurkan oleh orang-orang ini, Aura pasti tidak mau menginjakkan kakinya di rumah ini.Setelah menenangkan emosinya, Aura sampai di kantor. Lulu langsung menghampiri. "Aura, klien sudah datang. Bosnya sendiri yang hadir, kelihatannya mereka benar-benar mementingkan kerja sama kali ini.""Mereka secara khusus memintamu yang memimpin pembicaraan. Semangat!

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 4

    Di dalam mobil, Aura kembali mengoleskan lipstik agar wajahnya yang agak pucat terlihat lebih segar.Setengah jam kemudian, taksi yang dia tumpangi berhenti di depan kelab bernama Allure. Dengan sepatu hak tingginya, dia masuk dan mendorong pintu ruang privat. Begitu pintu terbuka, tampak pria dan wanita yang berpelukan, juga terdengar nyanyian bercampur dentingan gelas.Aroma kuat dari asap rokok bercampur alkohol dan parfum langsung menusuk hidungnya, membuatnya terbatuk kecil. Matanya segera mencari sosok Efendi di dalam ruangan.Namun, bukan Efendi yang dia lihat, melainkan Daffa yang bersandar di sofa. Pria itu duduk dengan posisi miring, terus-menerus menuangkan alkohol ke mulutnya tanpa henti.Aura menggigit bibir dan mengumpat dalam hati, 'Sial sekali.'Dia tahu Efendi sengaja bekerja sama dengan Daffa untuk memancingnya ke sini. Hal ini benar-benar membuatnya marah.Saat Aura berbalik untuk pergi, Daffa sudah lebih dulu melihatnya. Mata pria yang tadinya redup langsung berbina

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 5

    "Maaf, aku nggak sengaja mendengar percakapan kalian." Jose mengusap ujung hidungnya dan meneruskan, "Permisi."Saat Jose hendak melewati mereka, tiba-tiba tangannya ditarik oleh Aura. Aura menoleh ke arah Daffa dan berkata dengan santai, "Kamu ingin tahu aku bersama siapa semalam, 'kan? Nih, sama dia."Begitu ucapan itu dilontarkan, wajah Daffa yang pucat karena kesakitan pun berubah sedikit. Akan tetapi, dia segera mencibir karena teringat sesuatu. Kemudian, dia berkata kepada Jose, "Maaf, Jose. Aura cuma sedang emosi. Silakan masuk dulu dan minum."Jose adalah sosok paling berpengaruh di kalangan mereka. Perusahaannya adalah yang terkuat di antara semua anak konglomerat di sini.Selain itu, dia juga yang paling unggul di generasi muda. Di usia muda, dia sudah mengambil alih bisnis keluarganya. Makanya, semua orang bersikap hormat padanya, bahkan jarang bercanda dengannya.Jose menaikkan alisnya sedikit dan berbalik untuk pergi. Aura sempat ragu sejenak. Saat menatap punggung Jose, d

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 6

    Lulu mengangkat alis. "Ya sudah kalau batal. Kita bukan cuma punya satu klien. Pelan-pelan saja."Aura lagi-lagi menghela napas panjang, lalu bersandar ke kursi dan merasa sangat lelah. Tidak peduli seberapa kuat dia mencoba terlihat kuat, terkadang dia tetap merasa lelah.Sejak ibunya meninggal, dia selalu seperti ayam jago. Dia takut kalau lengah sedikit saja, dirinya akan ditindas dan diinjak-injak.Setibanya di rumah, waktu sudah cukup larut. Biasanya pada jam segini, Anrez sudah tidur. Namun, malam ini dia masih duduk tegak di sofa.Aura awalnya ingin mengabaikannya, tetapi Anrez membuka mulut dan bertanya, "Kamu dari mana? Kenapa pulang selarut ini?"Aura melirik sekilas dan tersenyum sinis. "Tumben Pak Anrez peduli padaku hari ini."Dulu saat ibunya masih hidup, hubungan mereka masih baik. Namun, setelah ibunya meninggal dan setelah Serra serta Ghea pindah ke rumah ini, hubungan mereka semakin memburuk setiap hari.Anrez terdiam sejenak, tetapi kali ini dia tidak marah seperti b

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 7

    Hari ini memang hari yang istimewa, karena ini adalah peringatan 5 tahun meninggalnya ibunya.Sejak 3 tahun lalu, Anrez sudah melupakan hari ini, hanya Donna yang masih mengingatnya. Setiap tahun, dia selalu menemani Aura untuk berziarah ke makam ibunya.Yang lebih parah, Aura sendiri hampir melupakan hari ini. Jari-jarinya menggenggam ponsel dengan erat, pikirannya kembali ke momen saat ibunya meninggal. Dia perlahan memejamkan matanya.Donna masih berbicara, "Aura, siang nanti kita sama-sama ziarah ke makam ibumu ya?"Aura menjawab, "Ya."Pada akhirnya, dia tidak menolak Donna.Setelah menutup telepon, Aura melirik jam. Masih pukul 8 pagi. Setelah berpikir sejenak, dia memutuskan untuk pergi ke kantor.Situasi perusahaan belakangan ini kurang baik. Mungkin karena merasa bersalah atas kejadian kemarin, Efendi memberikan sebagian bisnis keluarganya kepada Aura, juga tidak lupa meminta maaf.[ Aura, jangan marah lagi, ya. Kemarin itu Daffa yang nangis-nangis minta tolong padaku, makanya

Latest chapter

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 133

    Melihat sikap Aura yang tenang dan tak tergoyahkan, Daffa lalu menggertakkan gigi perlahan. "Aura ....""Diam!"Begitu mendengar suara Daffa, wajah Aura langsung berubah dingin. Namun, sebelum dia sempat bicara, Donna sudah lebih dulu membentak Daffa. Dia melirik tajam ke arah Daffa, lalu berbalik menatap Aura.Meski sebelumnya dia pernah diam-diam mengkhianati Aura dari belakang, wajah Donna tetap menampilkan senyum lembut, seolah semua kejadian tak mengenakkan di masa lalu tidak pernah terjadi.Donna melangkah mendekat, lalu menggenggam tangan Aura seperti biasa sambil tersenyum, "Aura, terima kasih karena akhirnya kamu mau berpikir jernih dan bersedia membantu Daffa menjelaskan semuanya."Aura menunduk sejenak menatap tangan Donna yang menggenggam tangannya, lalu menyunggingkan senyum tipis. Sebagai istri orang kaya selama bertahun-tahun, Donna memang ahli berpura-pura.Tanpa mengubah ekspresinya, Aura menarik tangannya perlahan dan membalas senyum itu dengan kaku. "Nggak usah berte

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 132

    "Aku bisa menyetujui syaratmu. Kalau Ghea memang ada di dekatmu sekarang, ayo kita langsung ke kantor pertanahan. Selesaikan saja urusan rumah itu."Nada bicaranya sarat dengan kekecewaan dan perasaan getir. Namun, Anrez berpura-pura tidak mendengarnya. Dia malah tertawa senang. "Aura, Ayah tahu kamu anak yang pengertian. Kalau begitu, kita bertemu di kantor pertanahan setengah jam lagi." Tanpa menambahkan sepatah kata pun, dia langsung menutup telepon.Aura bisa membayangkan ekspresi puas di wajah ayahnya. Dia pasti sedang tertawa lebar sampai mungkin sampai semua keriputnya juga ikut tertarik.Aura menoleh sekali lagi ke arah vila itu dan menatapnya dengan diam, lalu naik ke mobil dan menyalakan mesin menuju kantor pertanahan.Seperti yang diduganya, Anrez sangat bersemangat. Begitu mobil Aura berhenti, dia sudah berdiri sambil melambaikan tangan. "Aura, sini, ayo cepat."Aura mengatupkan bibirnya, lalu melangkah mendekat dengan sepatu haknya yang berderap ringan. "Semua dokumen suda

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 131

    Aura menatap ekspresi Anrez. Nada bicara pria itu terdengar sangat peduli, tetapi semua itu terasa begitu palsu bagi Auta. Ternyata setelah berakting sejak pagi, ujung-ujungnya tetap saja ingin menggunakannya sebagai kambing hitam. Pada akhirnya, tetap dia yang harus menerima semua kesedihan.Aura tertawa sinis. "Jadi semua sandiwara dari pagi ini cuma demi tujuan itu, ya? Aku sempat benar-benar mengira kamu sadar diri dan tulus mau membelaku." Tatapan Aura terhadap Anrez penuh ejekan.Anrez mengatupkan bibirnya dan menghindari pandangan Aura. "Aura, kamu dan Ghea sama-sama anak Ayah. Siapa pun dari kalian yang terluka, Ayah tentu merasa sedih."Aura mengangguk pelan. "Mengharukan sekali. Menurutku, kamu layak mendapat penghargaan sebagai ayah tiri terbaik seibu kota."Anrez terdiam.Selama bertahun-tahun ini, hal yang paling dikuasai Aura adalah bersilat lidah.Wajah Anrez tampak canggun. Namun, seketika dia kembali serius sambil mengernyit dan menatap Aura. "Kamu itu perempuan, kenap

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 130

    Aura selalu bertindak cepat dan tegas.Ghea mungkin bodoh, tetapi Aura tidak. Dari awal sampai akhir, dia sama sekali tidak terlibat dalam masalah ini. Justru Ghea sendiri yang tertangkap kamera saat memasang flashdisk. Jika masalah ini benar-benar dibesar-besarkan, yang akan malu tetap Ghea.Serra terdiam sejenak. Ketika dia hendak membalas, tiba-tiba Anrez membentaknya dengan keras, "Cukup! Kamu mau bikin Keluarga Tanjung malu sampai sejauh mana baru puas?"Serra ingin membela diri, tetapi setelah berpikir sesaat, dia akhirnya menunduk dan meminta maaf kepada Aura dengan patuh. "Iya, iya, Bibi salah. Aura, jangan marah ya."Aura tidak menanggapi, malas melihat keluarga ini bermain drama. Dia langsung berdiri dan hendak pergi.Baru mengambil beberapa langkah, Anrez tiba-tiba memanggilnya, "Aura, tunggu sebentar. Ke ruang kerja dulu, ada yang mau kubicarakan."Aura merasa ini bukan peluang baik. Ternyata drama pagi ini diatur untuk dirinya. Dia menoleh, lalu melirik Anrez. "Maaf, aku m

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 129

    Begitu ucapan itu dilontarkan dari mulut Anrez, bukan hanya Aura yang terdiam. Semua orang yang ada di ruangan langsung membeku.Selama bertahun-tahun ini, Anrez tak pernah sekali pun membela Aura. Setiap kali ada masalah, Aura yang selalu menjadi kambing hitam, sementara Ghea tinggal pura-pura lemah dan menangis sedikit untuk menjadi korban dalam cerita.Ini adalah pertama kalinya Anrez membela dirinya. Aura terkejut, tangannya yang memegang cangkir kopi sampai membeku.Kemudian, dia tersenyum tipis dan berucap, "Aku nggak sanggup terima permintaan maaf dari dia."Serra pun akhirnya sadar situasi hari ini tidak akan berakhir semudah itu. Dia buru-buru melangkah ke arah Ghea dan mendorongnya pelan. "Ghea, dengar kata ayahmu, minta maaf sama kakakmu."Ghea yang akhir-akhir ini terus dipermalukan di depan Aura, sudah menyimpan banyak amarah di hati. Mana mau dia tunduk sekarang?Berpura-pura lemah pun dia tidak sanggup lagi. Ghea tetap berlutut di lantai. Dengan leher tegak, dia berkata,

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 128

    "Bi Kasih, kamu pasti syok hari ini. Besok ambil libur sehari. Nanti ke rumah sakit dan periksa dengan benar. Selain itu, bonus bulan ini aku lipat gandakan."Selesai berbicara, Aura melambaikan tangan ke arah Kasih. "Lanjutkan saja kerjaanmu."Ghea yang berdiri di samping pun menggertakkan giginya sekuat tenaga. Aura bukan memberi kenaikan bonus kepada Kasih, melainkan sedang menghinanya!Aura menoleh menatap Ghea dan tersenyum. "Dik, kalau begitu Kakak doakan impianmu segera terwujud. Semoga kamu bisa menikah dengan anggota keluarga kaya ya."Ghea paling suka bersikap sok lembut dan memakai nada seperti ini untuk membuat orang kesal. Aura pun menirukan gaya bicara Ghea. Jujur saja, rasanya sangat memuaskan.Setelah itu, dia langsung naik ke lantai atas sambil menggoyangkan pinggang rampingnya. Semakin Ghea marah, semakin Aura senang.Saat sampai di ujung tangga, dia mendengar suara kaca pecah dari lantai bawah. Aura menurunkan pandangannya, tetapi tidak berhenti melangkah dan masuk k

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 127

    Jose mematikan rokoknya, berpikir sejenak, lalu berkata, "Nggak ada apa-apa, kamu pergi saja."Selesai bicara, dia langsung berdiri dan masuk ke rumah, meninggalkan Aura yang berdiri di tempat dengan wajah bingung.Benar-benar moody! Aura menggigit pelan bibir merahnya, lalu melangkah keluar dari vila Jose.Saat sudah di mobil, dia berpikir sejenak sebelum memutuskan untuk kembali ke vila keluarganya.Toh rumah pribadinya sekarang sudah diketahui semua orang, jadi dia tidak mungkin bisa hidup tenang lagi. Lebih baik pulang, sekaligus lihat apakah Serra dan Ghea masih membuat masalah.Tak disangka, saat sampai di rumah, Aura tidak melihat seorang pun. Kasih yang melihatnya pulang pun tampak agak terkejut."Nona baik-baik saja?" Kasih mendekat, memperhatikannya dengan saksama. "Dua hari lalu Ghea kasih tahu Tuan Anrez alamatmu. Aku benar-benar khawatir beliau akan bikin keributan."Aura merasa agak tersentuh. Akhir-akhir ini, dia bertemu banyak orang. Hanya perhatian tulus dari Kasih ini

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 126

    Giulio mengangkat alisnya, melirik sekilas ke arah Aura lalu ke arah Jose. Wajahnya menunjukkan ekspresi penuh pengertian. "Aku ngerti kok. Malam yang indah itu sangat berharga, aku nggak akan ganggu. Nanti kita janjian lagi."Saat pergi, Giulio masih sempat mengedipkan mata ke Aura. Dia memang punya sedikit ketertarikan pada Aura, meskipun beberapa kali mencoba mendekat dan gagal. Awalnya dia mengira Aura akan segera bertunangan, jadi dia berhenti berharap.Siapa sangka, bukan hanya batal bertunangan, Aura malah punya hubungan dengan Jose. Dia menjadi semakin tidak berani berharap. Meskipun demikian, dia tetap menggoda, "Bu Aura, bukankah waktu itu kamu bilang berutang budi padaku?"Aura langsung ingat saat Giulio membantunya di bar waktu itu. Namun, sebelum dia sempat menjawab, tatapan dingin Jose sudah tertuju pada Giulio.Giulio hanya tertawa kecil, lalu membuat gestur mengunci mulut dengan tangan di bibirnya. Dia melambaikan tangan dan pergi.Sekarang, hanya tersisa Aura dan Jose.

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 125

    Tak ada yang bisa menahan godaan dari Jose, tetapi Aura masih punya akal sehat. Dia mendorong Jose sambil berkata, "Jangan ... Kaley ada di bawah ...."Mendengar itu, Jose menurunkan pandangannya dan menatap Aura. Tatapannya penuh hasrat yang menyesakkan. "Kamu takut?""Kalau begitu, nanti teriaknya lebih pelan." Suara Jose rendah, tetapi ada nada menggoda yang serak-serak memabukkan.Detik berikutnya, Aura merasa tubuhnya terangkat. Gila! Jose benar-benar gila! Dia sama sekali tidak diberi kesempatan untuk memaki. Jose langsung menunduk dan menciumnya dengan liar!Dalam hal ini, Jose memang seorang ahli. Hanya dalam waktu singkat, tubuh Aura sudah lemas, tidak punya tenaga untuk melawan lagi.....Saat turun lagi ke lantai bawah, wajah Aura merah padam seperti udang rebus. Ruang tamu kosong. Kaley dan yang lainnya sedang barbeku di taman. Dari ruang tamu, Aura bisa mendengar obrolan mereka.Dia berdiri diam di tempat, tak tahu harus bagaimana. Sementara itu, Jose terlihat santai, seol

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status