Share

Bab 161

Author: Camelia
Dengan susah payah, akhirnya Aura duduk di kursi penumpang depan, lalu mengembuskan napas berat. Jose menoleh meliriknya, sorot matanya tiba-tiba menjadi dalam.

Aura memang suka mengenakan pakaian yang agak seksi dan hari ini dia memakai gaun bertali satu. Namun, gaunnya sudah basah kuyup oleh hujan dan kainnya menempel ketat di tubuhnya.

Bentuk tubuhnya yang semula sudah menonjol kini makin terlihat jelas. Dalam pandangan Jose, kesannya nyaris seperti tidak berpakaian. Rambutnya juga berantakan dan menempel di kulit telanjangnya.

Pemandangan seperti itu, mungkin bisa membuat hasrat siapa pun bergejolak. Namun, sorot mata Jose hanya menggelap sesaat sebelum dia kembali fokus menyetir dan menjalankan mobil keluar.

"Mau pulang ke mana?" tanya Jose.

"Ke apartemenku," jawab Aura.

Saat ini, dia sangat butuh mandi air hangat. Seluruh tubuhnya lengket dan tidak nyaman sama sekali. Jose melirik ke arahnya, lalu mencibir, "Nyali kamu lumayan besar juga."

Aura mengangkat alis menatapnya. Dia tah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 163

    Tubuh Aura refleks menegang, lalu menoleh dan melihat wajah samping Jose yang tegas. Jose menekan bibirnya sedikit, terlihat seperti sedang dalam suasana hati buruk. Sorot matanya terpaku tajam pada Vitto.Saat itu, seorang polisi mendekat. "Permisi, siapa yang namanya Aura?""Saya," jawab Aura sambil melangkah maju. "Saya Aura.""Saya perlu mencatat keterangan Anda," ujar polisi itu dengan sopan.Aura menoleh sekali lagi ke arah Jose. Entah kenapa, dia merasa sedikit lebih tenang. Dulu saat menghadapi hal-hal seperti ini, tidak ada satu pun orang yang mendampinginya. Sejak ibunya meninggal, Anrez pun sepenuhnya bersikap cuek terhadapnya.Aura sudah terbiasa menghadapi semuanya sendiri. Namun kini, berdiri di samping Jose, dia tiba-tiba merasa ada yang melindunginya. Setelah memberikan keterangan dan menandatangani berita acara, mereka keluar dari kantor polisi. Langit pun sudah mulai terang.Saat melangkah pergi, Aura sempat menoleh ke arah Vitto sekali lagi, lalu mengalihkan pandanga

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 162

    Jose hidup dalam kemewahan sejak kecil sehingga dia sudah terbiasa dimanja. Pertanyaan yang sama baru diulang dua kali saja, nada bicaranya sudah terdengar tidak sabar.Aura mendongak menatapnya, enggan untuk menjawab.Pakaian itu sebenarnya dulu dia beli untuk diberikan pada Daffa. Namun, setelah insiden itu terjadi, pakaian itu tidak pernah sempat dia berikan dan hanya tertimbun di dasar lemari. Kalau saja bukan karena Jose datang hari ini, mungkin Aura pun sudah lupa kalau masih punya setelan itu di rumah.Seperti kata orang, menjalin hubungan dengan seseorang itu terkadang seperti catatan kriminal. Aura sekarang bahkan tidak ingin menyebut nama Daffa lagi. Apalagi menyebutnya di depan Jose, bukankah itu hanya akan membuat dirinya tampak bodoh di mata pria itu?Oleh sebab itulah, dia memilih diam.Jose mengernyit, lalu mengangkat tangan dan mencengkeram dagunya. "Hmm?"Aura tiba-tiba merasa tegang.Hawa intimidasi dari Jose terlalu kuat. Hanya dengan berdiri di dekatnya saja, sudah

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 161

    Dengan susah payah, akhirnya Aura duduk di kursi penumpang depan, lalu mengembuskan napas berat. Jose menoleh meliriknya, sorot matanya tiba-tiba menjadi dalam.Aura memang suka mengenakan pakaian yang agak seksi dan hari ini dia memakai gaun bertali satu. Namun, gaunnya sudah basah kuyup oleh hujan dan kainnya menempel ketat di tubuhnya.Bentuk tubuhnya yang semula sudah menonjol kini makin terlihat jelas. Dalam pandangan Jose, kesannya nyaris seperti tidak berpakaian. Rambutnya juga berantakan dan menempel di kulit telanjangnya.Pemandangan seperti itu, mungkin bisa membuat hasrat siapa pun bergejolak. Namun, sorot mata Jose hanya menggelap sesaat sebelum dia kembali fokus menyetir dan menjalankan mobil keluar."Mau pulang ke mana?" tanya Jose."Ke apartemenku," jawab Aura.Saat ini, dia sangat butuh mandi air hangat. Seluruh tubuhnya lengket dan tidak nyaman sama sekali. Jose melirik ke arahnya, lalu mencibir, "Nyali kamu lumayan besar juga."Aura mengangkat alis menatapnya. Dia tah

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 160

    Setelah berkata begitu, Jose menunduk, lalu menekan sebuah nomor dan menelepon seseorang.Sementara itu, Aura yang baru saja berhasil meloloskan diri dari Vitto belum sempat bernapas lega, karena tiba-tiba merasakan mobilnya tenggelam sedikit.Saat dia berusaha melihat ke depan, tubuhnya langsung membeku. Dia sedang berada di jalan kecil yang jarang dia lewati.Sekarang kondisinya sangat buruk. Posisi jalan ini lebih rendah dari jalan lain, seluruh permukaannya sudah penuh dengan genangan air.Tadi saat panik, dia tidak menyadarinya. Baru sekarang, dia melihat dengan jelas. Dia buru-buru menginjak rem, tetapi sudah terlambat.Mobilnya sudah terlanjur masuk ke bagian terdalam dari jalan itu dan air keruh sudah memenuhi jendela luar.Aura bukan orang yang mudah panik, tetapi sekarang dia mulai goyah. Dia buru-buru mengambil ponsel dan melihat bahwa Jose sudah menutup telepon, tetapi mengirim pesan kepadanya. Hanya dua kata.[ Kirim lokasi. ]Aura langsung mengirimkan lokasi keberadaannya

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 159

    "Ngapain kamu ke sini?" Suasana hati Aura yang semula baik langsung berubah saat melihat siapa yang datang.Vitto menyeringai dingin. "Menurutmu, aku ke sini untuk apa? Tentu saja untuk buat perhitungan denganmu."Aura mengernyit. "Silakan keluar sekarang juga. Kalau nggak, aku akan telepon polisi."Vitto berkata, "Aku sudah kerja lama di perusahaan itu dan aku belum sempat apa-apain kamu. Tapi kamu malah main licik di belakangku. Kamu buat aku malu, bahkan kehilangan pekerjaan.""Sekarang kamu puas?" Wajah Vitto berubah bengis saat menatapnya, seperti binatang buas yang sudah kehilangan kendali.Aura merasa terancam. Dia lantas mundur selangkah sambil menggenggam sebuah vas kecil. "Apa pun masalahnya, kita bisa bicarakan baik-baik. Sikapmu ini hanya akan merugikan kita berdua."Aura berusaha agar suaranya terdengar tenang. Namun, pandangannya terus melirik ke arah luar ruang kantor.Tidak ada siapa pun di sana. Sekarang sudah pukul 9 malam. Sekitar setengah jam yang lalu, rekan terakh

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 158

    Semua orang seperti melihat hantu, satu per satu mulai saling melempar pandangan penuh gosip.Di sisi lain, Jose sudah berdiri. "Rapat hari ini cukup sampai di sini."Selesai bicara, dia langsung berjalan ke luar."Gila, tadi Pak Jose senyum lho!""Iya, siapa sih yang kirim pesan?""Jangan-jangan Kaley? Katanya Pak Jose mau tunangan sama dia," kata seseorang.Suasana sontak menjadi heboh dengan berbagai spekulasi. Diskusi mereka cukup keras hingga Jose yang baru keluar dari ruang rapat pun sempat mendengarnya.Langkah kakinya sempat terhenti. Kemudian, dia kembali berjalan seperti tidak mendengar apa-apa.....Ketika Aura sampai di kantor, dia memang cukup terkejut. Perusahaan kecilnya menandatangani sepuluh kontrak hari ini. Ini adalah sesuatu yang dulu bahkan tidak berani dia bayangkan.Lulu akhirnya bisa duduk dan minum air. "Aura, ibuku sering bilang, setelah kesulitan pasti akan datang keberuntungan. Dulu aku nggak percaya, sekarang aku baru percaya.""Pesanan hari ini cukup buat

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 157

    Jose terdiam sejenak, tatapannya pada Aura semakin dalam.Melihat ekspresinya yang semakin tak menyenangkan, Aura pun akhirnya melepaskan pelukannya. "Kamu tahu tentang masa laluku sama Daffa. Kalau memang nggak bisa terima, ya sudah."Dia berbalik, berjalan ke sofa, mengambil tasnya, lalu berkata kepada Jose, "Anggap saja kontraknya belum pernah ditandatangani. Selamat tinggal."Aura berberes sedikit, lalu berbalik dan melangkah dengan sepatu hak tingginya untuk pergi. Namun, belum sempat keluar, dia langsung dipeluk erat dari belakang.Langkah kaki Aura pun terhenti. Dia langsung merasakan sensasi nyeri di lehernya. Tanpa perlu menebak, dia tahu Jose baru saja menggigitnya."Aw ...." Aura mengerang pelan. Jose ini anjing ya? Kenapa suka sekali menggigit orang?Pria itu hanya mendengus dingin. "Di kontrak nggak ada klausul bahwa kamu bisa membatalkan sepihak."Aura menoleh. "Maksudmu apa ...."Jose tidak memberinya kesempatan berbicara, langsung menunduk dan menggigit bibirnya. Karena

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 156

    Saat Jose keluar dari kamar mandi, dia tidak melihat Aura. Tatapannya langsung menjadi suram. Dia lantas melangkah turun ke lantai bawah.Saat tiba di ujung tangga, dia mendengar suara gaduh dari arah dapur. Bunyi panci dan alat masak yang berbenturan.Dia berjalan ke arah sana dan mendapati Aura sedang sibuk sendiri di dapur. Entah dari mana dia menemukan celemek dan memakainya. Sekilas terlihat profesional, tetapi dari gerak-geriknya jelas terlihat bahwa dia masih pemula.Jose mengatupkan bibir, bersandar di dinding dekat tangga dengan tangan menyilang di depan dada, mengamati Aura dalam diam.Begitu selesai memasak dan berbalik badan, Aura hendak memanggil Jose untuk turun makan. Akan tetapi, dia langsung melihat Jose yang berdiri dengan tangan menyilang di tangga.Dia terlonjak kaget, menepuk dadanya, lalu mencoba menenangkan diri dan melambaikan tangan sambil berkata, "Pak Jose, makanannya sudah siap. Ayo makan dulu."Dia meletakkan semangkuk mie di atas meja. "Ibuku bilang, habis

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 155

    Aura sedang tertidur pulas saat seseorang tiba-tiba membangunkannya. Ponselnya terus-menerus bergetar.Dia mengambil ponsel dan melihat bahwa itu adalah nomor asing. Tanpa pikir panjang, dia langsung menolaknya. Namun, orang itu terus meneleponnya lagi dan lagi.Dengan kesal, dia akhirnya menjawab dengan nada tidak ramah. "Halo, siapa? Tengah malam begini ngapain telepon? Kamu kira orang nggak perlu tidur?"Meskipun sedang marah, suara Aura tetap terdengar merdu dan tidak terlalu mengintimidasi.Di seberang sana, Marsel terdiam sejenak sebelum berkata, "Bu Aura, ini aku, Marsel."Aura tertegun, lalu mengubah nada bicaranya. "Oh, ada apa ya?""Begini, Pak Jose sedang mabuk berat dan nggak ada yang mengurus. Apa kamu bisa datang ke sini sebentar?"Aura merasa agak aneh. Dia melirik jam di ponsel, sudah hampir pukul 2 pagi. Namun, mengingat bahwa dia baru saja menandatangani kontrak dengan Jose hari ini, rasanya agak kurang sopan jika dia tidak membantu.Akhirnya, dia menelan kata-kata pe

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status