Setelah berkata begitu, Jose menunduk, lalu menekan sebuah nomor dan menelepon seseorang.Sementara itu, Aura yang baru saja berhasil meloloskan diri dari Vitto belum sempat bernapas lega, karena tiba-tiba merasakan mobilnya tenggelam sedikit.Saat dia berusaha melihat ke depan, tubuhnya langsung membeku. Dia sedang berada di jalan kecil yang jarang dia lewati.Sekarang kondisinya sangat buruk. Posisi jalan ini lebih rendah dari jalan lain, seluruh permukaannya sudah penuh dengan genangan air.Tadi saat panik, dia tidak menyadarinya. Baru sekarang, dia melihat dengan jelas. Dia buru-buru menginjak rem, tetapi sudah terlambat.Mobilnya sudah terlanjur masuk ke bagian terdalam dari jalan itu dan air keruh sudah memenuhi jendela luar.Aura bukan orang yang mudah panik, tetapi sekarang dia mulai goyah. Dia buru-buru mengambil ponsel dan melihat bahwa Jose sudah menutup telepon, tetapi mengirim pesan kepadanya. Hanya dua kata.[ Kirim lokasi. ]Aura langsung mengirimkan lokasi keberadaannya
"Ngapain kamu ke sini?" Suasana hati Aura yang semula baik langsung berubah saat melihat siapa yang datang.Vitto menyeringai dingin. "Menurutmu, aku ke sini untuk apa? Tentu saja untuk buat perhitungan denganmu."Aura mengernyit. "Silakan keluar sekarang juga. Kalau nggak, aku akan telepon polisi."Vitto berkata, "Aku sudah kerja lama di perusahaan itu dan aku belum sempat apa-apain kamu. Tapi kamu malah main licik di belakangku. Kamu buat aku malu, bahkan kehilangan pekerjaan.""Sekarang kamu puas?" Wajah Vitto berubah bengis saat menatapnya, seperti binatang buas yang sudah kehilangan kendali.Aura merasa terancam. Dia lantas mundur selangkah sambil menggenggam sebuah vas kecil. "Apa pun masalahnya, kita bisa bicarakan baik-baik. Sikapmu ini hanya akan merugikan kita berdua."Aura berusaha agar suaranya terdengar tenang. Namun, pandangannya terus melirik ke arah luar ruang kantor.Tidak ada siapa pun di sana. Sekarang sudah pukul 9 malam. Sekitar setengah jam yang lalu, rekan terakh
Semua orang seperti melihat hantu, satu per satu mulai saling melempar pandangan penuh gosip.Di sisi lain, Jose sudah berdiri. "Rapat hari ini cukup sampai di sini."Selesai bicara, dia langsung berjalan ke luar."Gila, tadi Pak Jose senyum lho!""Iya, siapa sih yang kirim pesan?""Jangan-jangan Kaley? Katanya Pak Jose mau tunangan sama dia," kata seseorang.Suasana sontak menjadi heboh dengan berbagai spekulasi. Diskusi mereka cukup keras hingga Jose yang baru keluar dari ruang rapat pun sempat mendengarnya.Langkah kakinya sempat terhenti. Kemudian, dia kembali berjalan seperti tidak mendengar apa-apa.....Ketika Aura sampai di kantor, dia memang cukup terkejut. Perusahaan kecilnya menandatangani sepuluh kontrak hari ini. Ini adalah sesuatu yang dulu bahkan tidak berani dia bayangkan.Lulu akhirnya bisa duduk dan minum air. "Aura, ibuku sering bilang, setelah kesulitan pasti akan datang keberuntungan. Dulu aku nggak percaya, sekarang aku baru percaya.""Pesanan hari ini cukup buat
Jose terdiam sejenak, tatapannya pada Aura semakin dalam.Melihat ekspresinya yang semakin tak menyenangkan, Aura pun akhirnya melepaskan pelukannya. "Kamu tahu tentang masa laluku sama Daffa. Kalau memang nggak bisa terima, ya sudah."Dia berbalik, berjalan ke sofa, mengambil tasnya, lalu berkata kepada Jose, "Anggap saja kontraknya belum pernah ditandatangani. Selamat tinggal."Aura berberes sedikit, lalu berbalik dan melangkah dengan sepatu hak tingginya untuk pergi. Namun, belum sempat keluar, dia langsung dipeluk erat dari belakang.Langkah kaki Aura pun terhenti. Dia langsung merasakan sensasi nyeri di lehernya. Tanpa perlu menebak, dia tahu Jose baru saja menggigitnya."Aw ...." Aura mengerang pelan. Jose ini anjing ya? Kenapa suka sekali menggigit orang?Pria itu hanya mendengus dingin. "Di kontrak nggak ada klausul bahwa kamu bisa membatalkan sepihak."Aura menoleh. "Maksudmu apa ...."Jose tidak memberinya kesempatan berbicara, langsung menunduk dan menggigit bibirnya. Karena
Saat Jose keluar dari kamar mandi, dia tidak melihat Aura. Tatapannya langsung menjadi suram. Dia lantas melangkah turun ke lantai bawah.Saat tiba di ujung tangga, dia mendengar suara gaduh dari arah dapur. Bunyi panci dan alat masak yang berbenturan.Dia berjalan ke arah sana dan mendapati Aura sedang sibuk sendiri di dapur. Entah dari mana dia menemukan celemek dan memakainya. Sekilas terlihat profesional, tetapi dari gerak-geriknya jelas terlihat bahwa dia masih pemula.Jose mengatupkan bibir, bersandar di dinding dekat tangga dengan tangan menyilang di depan dada, mengamati Aura dalam diam.Begitu selesai memasak dan berbalik badan, Aura hendak memanggil Jose untuk turun makan. Akan tetapi, dia langsung melihat Jose yang berdiri dengan tangan menyilang di tangga.Dia terlonjak kaget, menepuk dadanya, lalu mencoba menenangkan diri dan melambaikan tangan sambil berkata, "Pak Jose, makanannya sudah siap. Ayo makan dulu."Dia meletakkan semangkuk mie di atas meja. "Ibuku bilang, habis
Aura sedang tertidur pulas saat seseorang tiba-tiba membangunkannya. Ponselnya terus-menerus bergetar.Dia mengambil ponsel dan melihat bahwa itu adalah nomor asing. Tanpa pikir panjang, dia langsung menolaknya. Namun, orang itu terus meneleponnya lagi dan lagi.Dengan kesal, dia akhirnya menjawab dengan nada tidak ramah. "Halo, siapa? Tengah malam begini ngapain telepon? Kamu kira orang nggak perlu tidur?"Meskipun sedang marah, suara Aura tetap terdengar merdu dan tidak terlalu mengintimidasi.Di seberang sana, Marsel terdiam sejenak sebelum berkata, "Bu Aura, ini aku, Marsel."Aura tertegun, lalu mengubah nada bicaranya. "Oh, ada apa ya?""Begini, Pak Jose sedang mabuk berat dan nggak ada yang mengurus. Apa kamu bisa datang ke sini sebentar?"Aura merasa agak aneh. Dia melirik jam di ponsel, sudah hampir pukul 2 pagi. Namun, mengingat bahwa dia baru saja menandatangani kontrak dengan Jose hari ini, rasanya agak kurang sopan jika dia tidak membantu.Akhirnya, dia menelan kata-kata pe
Jose menoleh dan menatapnya sekilas. "Terserah kamu."Setelah itu, pintu kamar suite tertutup dengan suara keras. Di ruangan yang luas itu, hanya tersisa Aura seorang diri.Dia mengatupkan bibir, berusaha mengingat apakah barusan dia melakukan sesuatu yang membuat Jose kesal.Namun, tidak peduli dia berpikir sekeras apa pun, dia tetap tidak bisa memahami letak kesalahannya.'Pria benar-benar sulit ditebak,' keluh Aura dalam hati.Karena tak kunjung menemukan jawabannya, dia akhirnya memilih untuk tidak memikirkannya lagi. Toh kontraknya sudah ditandatangani. Jose juga bukan tipe orang yang akan mengingkari janji.Kalau bisa mendapat uang tanpa harus melakukan apa-apa, itu malah menyenangkan. Tanpa beban, Aura kembali berbaring di ranjang untuk tidur.Belakangan ini terlalu banyak hal yang terjadi, dari urusan perusahaan hingga insiden vila terbakar. Semua itu membuatnya tidak punya waktu untuk beristirahat dengan baik.....Di kelab malam, Giulio menatap Jose yang duduk di tengah sofa
Aura terdiam. Dari luar, dia memang terlihat cukup terbuka dan berani. Namun, sampai sekarang pria yang pernah dia tiduri hanya Jose seorang. Bukankah wajar kalau dia belum terlalu lihai soal ini?Jika dihitung-hitung, jumlah mereka tidur bersama bahkan belum sampai lima kali. Makanya, saat mendengar sindiran dari Jose, Aura merasa sangat tidak puas.Dia baru saja ingin membalas, tetapi Jose tidak memberinya kesempatan. Pria itu telah mengangkat tubuhnya dan melemparkannya ke atas ranjang. Saat Jose mencondongkan tubuh dan mendekat, Aura akhirnya merasa agak takut.Untuk sesaat, dia merasa seperti domba yang akan disembelih. Tepat ketika semuanya akan dimulai, Jose tiba-tiba berhenti. Dia terdiam sejenak, lalu berbalik dan bangkit dari tubuh Aura.Aura tertegun, menatapnya bingung. "Kenapa?"Jose menarik dasinya, lalu mengambil satu berkas dari nakas dan melemparkannya ke depan Aura.Aura memandangnya dengan dahi berkerut, lalu mengambil dan membacanya. Alisnya langsung terangkat. Dia
Anrez mendengus dingin, melotot sambil menyergah, "Jangan sebut-sebut dia lagi di depan aku!"Kasih berkata, "Tapi, Nona belum makan."Anrez menatap tajam ke arah mie yang sudah disiapkan oleh Kasih. Dia menggertakkan gigi sambil memekik, "Biarin saja dia kelaparan sampai mati!"Sepertinya, dia benar-benar dibuat kesal oleh Aura. Setelah mengucapkan itu, dia langsung naik ke lantai atas dengan langkah berat. Suara langkah kakinya menandakan betapa buruk suasana hatinya.Kasih mengernyit, menatap mie yang masih hangat di tangannya. Dia pun menghela napas panjang. "Duh, Nona kasihan banget sampai nggak bisa makan dengan tenang."Aura keluar dari vila itu seorang diri. Meskipun sudah siap untuk menghadapi perlakuan buruk, tetap saja ucapan Anrez hari ini membuatnya merasa sangat jengkel.Di dalam mobil, suasana sunyi senyap. Dia tiba-tiba merasa sangat tidak nyaman dengan keheningan itu. Setelah berpikir sejenak, dia menyalakan musik.Kemudian, dia menurunkan kaca jendela, membiarkan angi