INICIAR SESIÓN"Nggak apa-apa, aku sudah terbiasa," kata Verrel sambil tersenyum pada Aura dan menggelengkan kepalanya.Aura menganggukkan kepalanya, lalu mengangkat tangannya dan menyeruput tehnya dengan canggung. "Kalau begitu, kamu ....""Terima kasih sudah menyelamatkanku," sela Verrel langsung."Kakak tadi yang menyelamatkanmu," kata Aura dengan jujur. Dia hanya mengucapkan dua kalimat, sehingga dia merasa tidak pantas menerima ucapan terima kasih itu.Verrel menggigit bibirnya sejenak. "Kakak itu bilang dia mau menyelamatkanku karena kamu, jadi kamu yang sebenarnya menyelamatkan hidupku."Aura mengibaskan tangannya. "Nggak apa-apa.""Verrel, suruh kamu antar barang saja, kenapa lama sekali baru balik?" omel seorang pria yang tiba-tiba masuk dan menatap Verrel dengan tatapan yang tidak ramah.Verrel yang terkejut pun buru‑buru berkata pada Aura, "Kakak, aku pasti akan membalas utang budi karena menyelamatkanku ini, tapi aku harus pergi bekerja."Saat mengatakan itu, Verrel sudah berdiri dan hend
Pengawal itu melirik Aura, lalu berkata dengan tanpa ekspresi, "Nyonya Aura, tugasku hanya melindungimu, keselamatan orang lain bukan urusanku."Mendengar perkataan itu, Aura tertegun sejenak. Sifat dari orang-orang Jose memang semuanya mirip. Namun, tidak ada siapa-siapa di sekitar, dia tidak mungkin melihat seseorang tenggelam begitu saja. Dia pun menatap pengawal itu dan berkata, "Kamu mau tolong atau nggak? Kalau kamu nggak menolongnya, aku sendiri yang tolong."Setelah mengatakan itu, Aura langsung melepaskan mantel yang dikenakannya.Pengawal itu langsung menoleh ke arah orang yang terjatuh ke kolam itu, lalu kembali menatap Aura. Setelah itu, dia pun menimbang-nimbang situasinya. "Nyonya Aura, jangan gegabah, biar aku saja."Saat ini, cuacanya agak dingin. Meskipun langitnya cerah, suhu air tetap tidak bersahabat bagi Aura yang sedang memiliki luka di tubuhnya. Jika Aura benar-benar terjun ke air, pengawal itu tahu nanti dia pasti akan dihukum. Oleh karena itu, dia melepaskan pa
Lulu tiba-tiba memahami perasaan Aura yang dahulu. Melihat orang yang sudah menyakiti ibunya hidup dengan baik, kebenciannya langsung meledak begitu saja.Dia menatap Kamila yang usianya tidak jauh berbeda dengannya. juga merupakan putrinya Morris. Namun, saat dia dan ibunya hidup susah payah dan berpindah-pindah, Kamila malah hidup nyaman dan berkelimpahan di bawah perlindungan Morris dan selingkuhannya itu.Lulu awalnya tidak menyalahkan Kamila, tetapi sekarang ketiga orang ini malah ingin menikahkannya dengan orang yang tidak dikenalnya hanya karena Kamila sempat bertunangan dengan pria itu. Kini pria itu mengalami kecelakaan dan kabarnya cacat sejak kejadian itu. Oleh karena itu, Kamila tidak ingin menikah dengan pria itu.Namun, Morris dan Yurike tidak rela kehilangan bantuan dari pihak pria, sehingga mereka ingin Lulu untuk menggantikan posisi Kamila. Kamila sendiri juga tidak tahu malu, berani-beraninya menyuruhnya menikah. Dia baru mendengar semua ini dari mulut orang menculik
Aura berjalan-jalan di dalam vila bersama pengawal sebentar, tetapi tetap merasa tidak bisa tenang. Dia berpikir sejenak saat sampai di tepi sebuah kolam dan melihat ada tempat untuk memancing, lalu menoleh ke arah pengawal. "Carikan aku alat pancing."Pengawal itu terlihat agak canggung. "Tapi, tanganmu ...."Dia khawatir nanti Aura tidak sengaja terluka dan dia juga yang akan terkena masalah.Aura merasa harus melakukan sesuatu atau pikirannya akan terus kacau. Ucapan Jose tadi memang sedikit membantu, tetapi kini dia kembali mulai khawatir tentang Lulu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Nggak apa-apa, aku tahu apa yang harus aku lakukan."Mendengar perkataan itu, pengawal itu pun hanya bisa menoleh dan pergi mengambil alat pancing untuk Aura.Cuaca hari ini sangat bagus dan cahaya matahari hangat menyinari tubuh, seolah-olah benar-benar mengusir dinginnya angin yang bertiup.Saat duduk di kursi anyaman dan menatap pelampung di permukaan air, pikiran Aura secara refleks menginga
Aura langsung berpikir apa itu sosok kecil yang lemah? Jelas-jelas Jose ini iblis besar."Kamu lihat apa?" tanya Jose yang menoleh dan melirik Aura sekilas karena merasakan tatapan Aura.Aura langsung memalingkan kepalanya dengan canggung, lalu menggelengkan kepalanya dan berbohong, "Nggak lihat apa-apa."Setelah itu, Aura mengangkat ponselnya dan memperlihatkannya sebentar pada Jose. "Berita tentang kita sudah jadi trending topik. Kamu nggak mau suruh orang buat menekannya?"Mendengar perkataan itu, Jose mendengus. "Nggak perlu."Karena Jose sudah bilang tidak perlu, Aura juga tidak peduli lagi. Lagi pula, dia tidak perlu mengkhawatirkan urusan-urusan ini.Saat mobil baru saja berhenti di depan sebuah bangunan, ponsel Aura tiba-tiba berdering. Sementara itu, Jose sudah keluar dari mobil dan melangkah ke depan.Aura tertegun sejenak. Setelah melihat nomor yang meneleponnya, dia akhirnya menerima telepon itu. "Halo. Kakek, ada apa?"Terdengar suara Parviz yang familier dari seberang tel
Setelah keluar dari rumah Keluarga Soesatyo, Aura duduk di kursi depan sebelah Jose dengan ekspresi melamun.Tangan Jose yang panjang memegang kemudi dan memutar setir, mobil pun segera berbalik arah. Saat melirik Aura sekilas dari sudut matanya, dia menggigit bibirnya."Ehem."Jose berdeham, lalu kembali menoleh ke arah Aura dengan sudut matanya. Namun, Aura masih tenggelam dalam pikirannya dan tidak menatapnya, dia pun mengernyitkan alisnya. Dia mengangkat tangan dan meremas daun telinga Aura, lalu mengusapnya dengan lembut.Saat ujung jari Jose yang kasar bergesek dengan daun telinganya yang halus, Aura tersadar kembali dan menatap Jose. "Ada apa?""Istriku mengkhawatirkan orang lain di depanku, apa ini nggak terlalu berlebihan?" kata Jose.Aura terdiam sejenak. "Itu kan Lulu."Jose menganggukkan kepala. "Ya, jadi itu orang lain."Aura kembali terdiam sejenak, lalu menghela napas dan menundukkan kepala. "Ada yang aneh dengan Lulu. Dengan karakternya, dia nggak mungkin mengucapkan ha







