Beranda / Romansa / Menjadi Tawanan Mafia / Penolakan Pertukaran

Share

Penolakan Pertukaran

Penulis: sherina vellyn
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-17 08:18:29

Wanita lainnya langsung mengerutkan alisnya. Mereka juga tampaknya ingin disentuh Damian.

“Anda sudah sering menggunakan Merry belakangan ini dan kami jadi tak tersentuh,” protes salah satu dari enam dengan suara yang cukup stabil.

“Itu hukuman kalian karena dari kalian berani melakukannya dengan bawahanku yang lain.”

Dengan mata yang menggelap dan suara yang merendah, Damian mengatakan itu. Membuat kelima dari mereka ketakutan. Kecuali Merry, yang menjadi kesukaan Damian karena sikap patuh dan manisnya, tipe Damian.

“Ngomong-ngomong, kau punya gadis lain di sebelah kamarku,” ucap Merry.

“Dia kelihatannya akan menggantikan Merry, karena masih muda dan cantik.”

“Tutup mulutmu!” sentak Merry.

Merry terdengar marah begitu salah satu dari mereka berusaha mengomporinya. Pasalnya, dia sendiri memang merasa tersaingi begitu mendengar kedatangan seorang gadis di kamar sebelahnya yang kosong. Dia tak melihatnya langsung, namun ucapan dari wanita lain berhasil membuatnya kesal karena cara mereka membicarakan gadis baru itu.

Damian melirik Merry yang marah. Dan seketika, rasa keinginannya pada Merry malam ini surut begitu saja. Suasana hati Damian sangat mudah berubah, dia sensitif. Dan dia paling malas meladeni wanitanya yang mudah marah atau merajuk.

“Aku tidak ingin kau lagi untuk malam ini. Rose, masuk ke kamarmu!” Damian menatapi wanita yang bisa dibilang paling pendiam di antara yang lain, yang telah menyelesaikan makannya dan sedang menutup makan malam itu dengan dessert.

Saat yang lainnya sibuk menatap Damian, Rose masih memikirkan perutnya sendiri. Dan bagi Damian, perempuan dalam perut kenyang adalah perempuan paling tenang. Dia cukup mempelajari tentang wanita selama 28 tahun dia hidup.

Dan ucapan Damian berhasil membuat Merry dan yang lainnya terdiam. Rose yang tengah makan dessert juga segera meletakkan alat makannya dan bangkit. Dia tak begitu menunjukkan keterkejutannya. Rose juga sebenarnya tak terlibat dalam hukuman Damian, dia pendiam dan agak pemalu. Damian sedikit tak suka padanya karena hobi membisu.

Damian menuju ke kamar Rose bersama Rose. Merry menatap Damian dengan geram di sana. Sepatuh dan semanis apa pun dia, dia saat ini tengah marah.

Sebelum masuk kamar wanitanya itu, Damian melirik kamar yang sudah diberi nama di sebelah kamar Merry. Selena. Dia lantas berbalik dan mendekati kamar itu. Rose mengikuti Damian.

Damian membuka pintu kamar, dan bisa melihat bagaimana Selena masih terlelap di atas kasur. Entah tidur atau justru masih pingsan. Dia masih kesal dengan sikap Selena sebelumnya. Dan dia menutup pintu kamar Selena lagi dan melirik Rose.

“Dia tampak masih sangat muda. Berapa usianya?” tanya Rose.

“20 tahun, dua bulan lagi menginjak 21,” jawab Damian.

“Ah, begitu. Dia memang yang paling muda di sini sekarang,” ucap Rose.

“Kau sedih karena gelar termudamu dirampas olehnya? Dia di sini bukan untuk menjadi salah satu dari kalian, peliharaanku. Dia tawanan kita.” Damian terkekeh dan mengajaknya ke kamar.

“Hahaha, tidak juga. Di usiaku yang menginjak 24 tahun, aku merasa punya adik perempuan. Merry kelihatannya kesal karena gadis itu.”

Damian hanya tersenyum tipis dengan malas. Merry yang menginjak usia 31 tahun jelas merasa tersingkir jika Selena benar-benar menjadi salah satu dari mereka. Namun penentangan jelas dari Damian, jika Selena hanya tawanannya, itu membuat Merry bisa tenang sedikit.

***

Selena terbangun dari tidurnya pagi itu. Dia mengerang pelan, tenggorokannya terasa kering lagi. Kepalanya pusing, dia masih ingat rasa ngilu karena benturan yang dia alami. Benar-benar buruk. Pria itu tak kenal ampun dan siap menghajar siapa pun tanpa pandang gender.

“Anda sudah bangun?” Pelayan memasuki kamarnya, sambil membawakan teko dan gelas.

Pelayan menyajikan minum untuk Selena. Dan Selena hendak menerima minuman dari orang asing itu. Hingga dia sadar begitu melihat tangannya, jika dia dirantai. Dia merasa bisa bergerak bebas, namun ternyata ada rantai yang mengikat dirinya dengan kasur itu.

“Minumlah!” Pelayan itu membuat Selena menerimanya dan Selena segera meminumnya dengan kebingungan dan dia menatapi pelayan itu penuh rasa curiga.

“Di mana ini? Siapa kau?” Suara Selena terdengar sangat serak.

“Di kamar Anda, Nona. Aku hanya pelayan, tak perlu pedulikan namaku, aku mungkin tak akan melayanimu lagi ke depannya.” Pelayan itu bersikap dingin dan kemudian keluar dari ruangan itu.

Dan pelayan lain masuk, membawakan makanan. Selena mengernyitkan dahinya saat pelayan itu menaruh nampan di nakas dan mengambil meja lipat untuk menaruh makanannya di depan Selena. Pelayan itu membantu Selena bangun, Selena mendesis merakan kepalanya sakit.

“Sarapanlah dulu dan setelah itu minum obat pereda nyeri.”

Selena mengernyitkan dahinya curiga. “Ini tidak beracun, kan?”

Pelayan itu tak menjawab dan duduk di sofa, seolah menunggu Selena makan. Selena menatapi sandwich yang terlihat enak itu. Bau dari daging asap yang menjadi isian membuatnya lapar juga. Dia segera melahapnya. Dan begitu selesai makan, pelayan itu memberikannya obat pereda nyeri.

“Ini aneh. Kemarin aku diperlakukan seperti pencuri, hari ini aku diperlakukan dengan baik,” protes Selena.

Sayangnya, pelayan di sini tak ada yang ramah untuk diajak bicara. Mereka semua dingin. Dan pergi begitu tugasnya selesai. Selena menggerutu pelan.

“Apa-apaan mereka? Hey, di luar masih ada pelayan? Tanganku dirantai, bagaimana aku bisa ke kamar mandi? Siapa pun, ada yang mendengarku?” Selena berusaha mengencangkan suaranya.

Dan yang dia inginkan datang malah tidak datang, yang tak dia inginkan malah datang. Damian memasuki kamarnya. Pelayan langsung menutup pintu dari luar dan Selena terkejut menatap Damian. Kejadian kemarin agak membuatnya trauma.

“Ka-kau? Mau apa lagi kau ke sini? Kau tidak puas dengan apa yang sudah kau lakukan kemarin? Kau sudah membalasku, kita impas sekarang!” ucap Selena dengan menatap Damian tajam.

Damian menatapnya tanpa raut wajah. Dia memandang Selena yang duduk bersandar ke headboard.

“Pacarmu memberikan reaksi yang kurang aku inginkan. Untuk itulah aku datang ke sini untuk memancingnya lebih jauh.” Damian berdiri di dekat tempat tidurnya.

“Apa? Apa maksudmu?” Selena mengernyitkan dahinya dan menatapi Damian dengan sedikit ketakutan.

“Pacarmu katanya tidak ingin melakukan pertukaran antara kau dengan benda berharga milikku yang ada padanya. Jadi aku ingin menunjukkan sedikit padanya, apa yang bisa aku lakukan pada benda berharga miliknya ini,” ucap Damian seraya mengulurkan tangannya di sekitar wajah Selena, dan mencengkeram garis rahang Selena.

Selena terdiam sejenak dan mendengus.

“Kau masih tidak percaya ucapanku? Itu berarti ucapanku benar. Aku dan dia tidak ada hubungan apa-apa lagi dan kami tidak lagi saling terlibat. Jelas dia tak akan mau melakukan penukaran yang kau maksud. Aku bukan apa-apa di matanya,” balas Selena.

“Tapi tidak seperti bagaimana aku melihat hubungan kalian berdua. Jangan berpikir jika aku tak menyelidiki semuanya, Selena.” Damian menggeleng, tetap pada apa yang dia percayai.

“Kenapa kau bersikeras? Sudah kubilang, tidak ada gunanya untuk menculikku dan memperlakukanku dengan buruk atau baik!” tekan Selena kesal.

“Ah, kau sudah menganggap apa yang aku lakukan kemarin itu sudah cukup buruk, ya? Sebenarnya, itu bukan apa-apa. Itu hanya peringatan kecil. Aku akan sedikit bersenang-senang denganmu, untuk membuat Axel mengasihanimu.”

Damian terkekeh pelan, pandangannya menjadi semakin gelap. Senyumannya juga mengerikan, itu yang dilihat Selena.

Dan begitu Damian menjentikkan jarinya, bawahannya memasuki ruangan dan menyeret Selena.

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Tawanan Mafia   Epilog

    Selena sedang menyiapkan makan malam untuk Damian malam itu. Menggunakan gaun yang menonjolkan perut hamilnya, Selena juga bertelanjang kaki di dapur. Ini sebenarnya pemandangan yang biasa. Namun, Damian merasa ngeri jika melihat Selena aktif melakukan kegiatan.“Kau tahu, bayinya seperti bisa lahir kapan saja dan sialnya itu sangat menggangguku. Bisakah kau diam dan istirahat saja?” tanyanya dengan khawatir. “Aku bosan. Aku sudah terlalu sering memanjakan diriku. Aku ingin tetap produktif. Aku merasa lebih lelah saat aku justru tidak produktif. Pikiran untuk produktif sangat menggangguku.” Damian menghela nafasnya dan mengurut pelan keningnya. Dia benar-benar tidak bisa menghentikan Selena jika memang itu yang Selena inginkan. “Kau ini...”“Mungkin karena ini anakmu, dia menginginkan aku lebih produktif seperti ayahnya. Dia membuatku resah jika diam. Makanya belakangan ini aku jadi sering memasak di dapur dan juga melakukan banyak kegiatan lainnya. Aku yakin anak ini akan jadi ana

  • Menjadi Tawanan Mafia   Laki-laki atau Perempuan?

    “Sebaiknya tidak dihisap, mengerti? Karena itu akan mengundang kontraksi dini. Kau tidak mau itu terjadi, kan?” Dokter langsung menatap Selena, yang menjelaskan tentang air yang berasal dari dadanya. Dokter memperingatkan suaminya agar tidak menghisapnya. Namun, sepertinya itu telah terjadi. Melihat Damian sama sekali tidak menyangkal dan justru hanya diam dengan ekspresi kakunya. Lain dengan Selena yang langsung menyengir mendengar apa yang dikatakan dokter.“Baik, Dokter.” “Kau boleh berbaring di brankar, kita akan memeriksa kondisi bayinya sekarang.” Selena berbaring di brankar dan menatapi layar yang berada tepat di depannya. Dia memperhatikan layar saat dokter mulai menaruh gel dan mengusapkannya di sekitar perutnya, menimbulkan sensasi geli dan dingin yang membuat Selena sempat bergidik sejenak. Terlihat bagaimana bayinya saat ini tengah meringkuk. Dengan USG 3D yang mereka lakukan, mereka sekarang bisa melihat dengan

  • Menjadi Tawanan Mafia   Gendut

    Selena menatapi perutnya yang semakin besar. Selain perutnya, dia bisa merasakan lengan dan kakinya semakin berisi. Belakangan ini dia memang lebih banyak makan. Selain berusaha memasok nutrisi terbaik untuk calon bayi, keinginan kuat untuk memakan makanan tertentu juga mendorongnya untuk banyak makan. Ditatapnya tubuhnya di cermin. Pipinya yang semakin tembam juga membuatnya semakin cemberut. Dia tidak ingin menyentuh timbangan kecuali diperlukan dan diminta dokter. “Perutku juga gatal,” keluhnya sambil mengusap perutnya dari balik gaun yang dia pakai. Selena belakangan ini juga lebih sering menggunakan gaun yang memang dikhususkan untuk wanita hamil, yang membuatnya merasa sedikit lebih bebas bergerak dan bahannya juga sangat nyaman. Damian yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja akhirnya kembali ke kamar. Dia menatapi pintu kamar yang terbuka, dan melihat Selena yang tengah bercermin di kamarnya. Damian tersenyum saat menge

  • Menjadi Tawanan Mafia   Gender Bayi

    Sesuai urutan pernikahan dan kehamilan, setelah Arsella, maka Grace yang melahirkan putri pertama mereka juga. Ini membuat Damian tengah menebak-nebak apa gender anak pertamanya bersama dengan Selena. Hingga mereka sempat membuat taruhan juga. “Jika sekarang tengah banyak anak perempuan yang lahir, maka aku yakin anak pertama kita juga perempuan. Baguslah, aku tinggal berdiskusi dengan mereka tentang bagaimana cara membesarkan anak perempuan. Aku yakin dia akan menjadi secantik dirimu,” ucap Damian. “Tapi dari bagaimana aku mengidam, aku jarang mau makanan pedas. Aku lebih tertarik dengan makanan asin, kelihatannya ini anak laki-laki. Mengingat keturunanmu juga sepertinya dominan laki-laki. Kita tidak tahu riwayat keluarga Axel, tapi Luca punya dua saudara perempuan,” jelas Selena. Damian mendesis pelan. Selena benar tentang riwayat keluarga dari pihak laki-laki juga akan mempengaruhi hasil ini.“Ingat pamanmu? Padahal Gallent mempunyai dua ana

  • Menjadi Tawanan Mafia   Sentuhan yang Dirindukan

    Selena menoleh padanya dengan keheranan melihat semangat yang tiba-tiba pada Damian. Damian menutup pintu di belakangnya dan menatap Selena sambil bersandar ke pintu dan menyilangkan tangannya di depan dadanya. Selena keheranan dengan tingkah laku Damian belakangan ini. “Oh, ya... Itu bagus. Kau bisa mengikutinya kalau itu yang kau mau.” Selena mengangguk setuju. Damian menghela nafasnya dan mendekati Selena. Entah kenapa ini malah terasa seperti dia meminta izin Selena dan Selena mengizinkannya dengan mudah. Damian mendekat dan mendekap Selena dari belakang, membuat Selena hanya memegangi lengan Damian yang ada di lehernya. “Aku penasaran ada apa denganmu sebenarnya. Kenapa kau mendadak seperti ini?” tanya Selena. “Aku hanya merasa sepertinya kau akan suka jika aku bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Axel. Kau sepertinya sangat bangga dan terharu melihat bagaimana Axel mampu melakukan hal kecil seperti itu,” ucap Damian.

  • Menjadi Tawanan Mafia   Seorang Ayah

    Damian mengobrol dengan Axel serta yang lainnya di ruang tamu. Awalnya, mereka membahas tentang bisnis, namun perlahan obrolan mereka menuju ke arah yang lebih pribadi seperti rumah tangga mereka. Mereka membicarakan tentang istri dan anak-anak mereka bagi yang sudah punya anak. Ini sedikit asyik saat mendengarkan para ayah bicara tentang anak-anak. “Aku sempat berharap aku menikah di usia yang lebih muda lagi. Aku merasa sangat tua dalam pertemuan orang tua anak-anak di sekolah.” Salah satunya terkekeh. “Aku justru sempat berharap agar aku tidak menikah terlalu cepat. Anak laki-lakiku benar-benar sangat nakal. Dia benar-benar mirip aku sewaktu kecil. Dan istriku tidak bisa mengatasinya.”“Ah, ayolah. Dia itu putramu, kau yang seharusnya bisa mengatasinya.”“Aku belum selesai bicara. Aku memang sangat berusaha keras mengatasinya. Aku melakukan berbagai cara, dari yang lembut sampai yang kasar. Sampai dia pernah berteriak kalau aku ayah yang buru

  • Menjadi Tawanan Mafia   Keponakan

    “Jadi, bagaimana rasanya morning sickness? Apakah kau masih berharap kita akan punya banyak anak?” Selena tertawa sambil menatapi Damian yang terbaring di kasurnya itu. Damian hanya memalingkan wajahnya sambil mendengus keras. Kelihatannya dia sangat tersiksa untuk mengalami ini. Dia kemudian hanya tersenyum tipis ke arah Selena yang merawatnya. “Aku rasa dia akan menjadi anak tunggal sepertiku,” balas Damian sambil terkekeh pelan. “Aku juga anak tunggal.” Selena seketika tertawa namun terdiam dengan cepat.Sekarang Damian yang tertawa pelan melihat ekspresi Selena langsung berubah saat menyadari tentang Axel yang adalah kakaknya. Dia bukan anak tunggal dan semua orang tahu itu. “Aku ingin memakan sesuatu yang asin dan pedas,” gumam Selena tiba-tiba. “Apa kau mengidam? Ah, sial. Sepertinya aku tidak bisa memenuhi keinginanmu,” umpat Damian. “Kita bisa menggunakan layanan pesan antar, jadi kau tidak perlu pergi kelu

  • Menjadi Tawanan Mafia   Damian Muntah

    “Aku benar-benar tidak sabar melihatnya tumbuh besar di perutmu, lalu kita akan melihatnya dengan mata kepala kita sendiri bagaimana dia tumbuh di luar perutmu. Aku sangat menantikannya,” bisik Damian. Selena hanya terkekeh pelan dan bersandar dengan santai ke dada Damian. Damian menikmati rambut Selena yang menggelitik dadanya. Tangannya masih terus mengusap kulit halus Selena. Damian berdeham, dia merasakan sedikit rasa tidak nyaman di tenggorokannya dan juga perutnya. Kemudian, Damian menegakkan punggung Selena agar tidak bersandar lagi padanya dengan halus. Selena mengerutkan alisnya sambil menoleh ke arah Damian yang sekarang bangkit dari tempat duduknya. Itu membuat Selena keheranan saat Damian sudah keluar dari bak lebih dulu. Namun, Damian malah mengejutkan Selena dengan tiba-tiba muntah di wastafel. Selena langsung bangkit juga dan hendak menghampiri Damian. Selena mengambil jubah mandinya memakainya, lalu mengambilkan punya Damian juga. Itu sa

  • Menjadi Tawanan Mafia   Overprotektif

    Damian langsung menatap Selena saat menyadari Selena menatapnya. Dia sedikit gelagapan karena terlalu fokus pada gambar bayi mereka. Damian seharusnya lebih memperhatikan sekarang. “Oh, ya. Biji wijen yang lucu,” ucapnya seadanya. Selena dan dokter tertawa. Damian mengerutkan alisnya, tak tahu apa yang lucu dari ucapannya. Meski begitu, dia kemudian hanya menatap keduanya keheranan saja. Setelah mengobrol dan berkonsultasi, mengajukan banyak pertanyaan dan dokter menjawabnya dengan sabar, Selena dan Damian akhirnya keluar dari ruangan itu. Rumah sakit seharusnya menjadi tempat yang sangat aman dari berbagai kejadian berbahaya sebelumnya. Tapi, tanpa Selena sadari, anak buah Damian sudah berjaga-jaga di luar rumah sakit. Mereka semua sudah seperti mengawal presiden yang melakukan kunjungan ke sebuah rumah sakit. Setelah dari rumah sakit, Damian membawa Selena pulang dan menyuruhnya istirahat saat dia sendiri harus melakukan pekerjaann

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status