Home / Romansa / Menjadi Wanita Impian Tuan. / Penderitaan Tanpa Akhir.

Share

Penderitaan Tanpa Akhir.

Author: Author Shira
last update Last Updated: 2025-04-30 23:20:07

"Kamu tidur di atas.”

Nahla menatap Zevaran dengan mata membesar, memastikan bahwa ia tidak salah dengar. Suaminya itu hanya melirik sekilas sebelum beranjak keluar dari kamar. Meninggalkan Nahla.

Sesaat, Nahla terdiam. Matanya mengarah ke ranjang yang tampak lebih nyaman dibanding lantai dingin tempatnya berbaring tadi. Perlahan, ia naik ke atas ranjang. Begitu tubuhnya menyentuh kasur yang empuk, ia merasakan kehangatan menjalar di seluruh tubuhnya. Untuk pertama kalinya setelah pernikahan ini, ia merasa sedikit dihargai.

‘Dia tidak seburuk yang aku kira.’

Nahla menatap pintu yang tadi dilewati Zevaran. Hatinya bertanya-tanya, apa yang sebenarnya ada dalam pikiran pria itu?

🍁🍁🍁

‘Kau gila, Zevaran. Kenapa tadi kau menyuruhnya tidur di ranjang?’

Ia mengepalkan tangan, kesal pada dirinya sendiri.

Seharusnya, ia tidak menunjukkan kebaikan sekecil apa pun pada Nahla. Seharusnya, ia tetap bersikap dingin seperti sebelumnya. Tapi entah kenapa, melihat wanita itu menggigil di lantai membuat merasa iba.

Zevaran mengembuskan napas kasar.

Ia sudah bersumpah untuk tidak membiarkan dirinya terikat dengan Nahla. Wanita itu hanya ada dalam hidupnya karena keadaan, bukan karena keinginannya. Jika ia membiarkan Nahla masuk ke dalam hatinya, itu hanya akan menghancurkannya.

. 🍁🍁🍁

Pagi harinya, Nahla hanya diam memperhatikan pergerakan suaminya yang bersiap-siap untuk berangkat kerja. Lagipula ia juga tidak memiliki tugas untuk mengurus semua keperluan suaminya, Zevaran melarangnya untuk melakukan hal tersebut.

Setelah suaminya keluar, barulah Nahla berani bergerak. Ia merapikan tempat tidur mereka, membuka jendela, lalu mandi. Wajahnya terlalu pucat untuk hari yang cerah.

Di bawah semburan air shower, Nahla mencoba untuk menyerap takdir hidupnya. Tubuhnya terguncang meluapkan tangisnya. Hanya itu yang mampu ia lakukan menangis dan pasrah dalam penderitaan.

Baru saja selesai mandi, pintu kamar diketuk mengejutkan wanita cantik berambut panjang tersebut.

“Mamah!” seru Nahla lembut, melihat mertuanya datang membawa sarapan pagi serta susu.

“Baru selesai mandi, ya?” tanya Salma, menerobos masuk.

“Iya, Ma.”

“Kamu, pakai baju kemarin lagi! Apa tidak gerah?” beo Salma meneliti penampilan menantunya.

“Nahla, lupa bawa baju. Mah, tapi nanti Nahla mungkin akan pulang. Untuk ambil pakaian,” sahutnya.

“Tidak boleh! Kamu tidak di beri keluar dari sini seorang diri, apa lagi kembali ke rumahmu.”

Nahla tercengang mendengar penuturan mertuanya, ternyata peraturan itu bukan hanya Zevaran yang membuat. Rupanya satu keluarga mereka sepakat dengan aturan tersebut.

“T-tapi-.” Baru saja hendak membantah, Salma langsung memotongnya.

“Mama akan membawamu belanja, ayo kita ke mal!” serunya menarik Nahla keluar dari dalam kamar.

“Tapi Nahla enggak punya uang, Ma,” kata Nahla terus terang.

“Iya, mama tahu! Kamu ke sini dalam keadaan miskin, tidak bawa uang. Sebagai mertua yang baik, mama ingin membawa kamu belanja.”

“Makasih, Ma,” jawab Nahla. Meski terdengar sakit, ia harus tahu diri dan berterima kasih atas kebaikan mertuanya. Nahla pun langsung sarapan dan mengganti pakaian yang diberikan oleh Salma. Untung saja pakaian yang diberikan adalah rok sepanjang mata kaki, dipadu dengan blazer panjang.

Setibanya di mal, Salma membelikan Nahla banyak sekali pakaian, sandal, dan tas bermerek, hingga Nahla kewalahan membawa semua barang belanjaan tersebut.

"Kita makan siang dulu, ya!" ajak Salma, menarik Nahla masuk ke dalam restoran mahal.

Meski baru semalam resmi menjadi menantunya, Salma terlihat begitu asyik mengambil peran sebagai mertua. Namun, terkadang lisannya terasa begitu tajam ketika membicarakan orang tua Nahla.

"Kamu pasti belum pernah masuk ke sini, kan?" tanya Salma sambil menyambut buku menu dari pelayan restoran.

"Iya, Ma. Belum pernah," jawab Nahla canggung.

"Iyalah, kalian mau kaya saja gagal. Lagipula, ayah kamu itu tidak punya pendidikan. Kok bisa-bisanya mau buka usaha tambang?" cetusnya. Nahla hanya mengukir senyum samar menahan perih di hatinya.

"Sekarang giliran kamu yang pesan," lanjut Salma sambil menyerahkan buku menu kepada Nahla. Wanita itu terpaku melihat menu yang seluruhnya berbahasa Inggris.

"Yang ini aja, Mbak," ujar Nahla, menunjuk nasi goreng spesial di menu.

Salma tidak ingin ambil pusing. Mungkin begitulah selera orang susah, pikirnya.

🍁🍁🍁

Setelah puas berbelanja, Salma dan Nahla kembali pulang. Tiba di rumah tepat pukul lima sore. Nahla seketika menunduk takut saat bertemu Tua Tarom, ayah mertuanya, berdiri di ruang tamu dengan tatapan tajam.

"Dari mana saja kalian?" suara Tarom terdengar serak dan berat, membuat suasana terasa lebih mencekam.

Salma tersentak kaget. "Ayah sudah pulang? Kapan?" tanyanya canggung. Ia mengira suaminya akan pulang besok lusa.

"Siang tadi! Bagus sekali kalian berdua malah keluyuran saat suami kalian tidak di rumah!" omel Tarom, matanya menyipit penuh kecurigaan.

Tatapan pria itu beralih pada Nahla. "Dan kamu, Nahla! Harusnya bersyukur tidak aku jual! Aku malah menikahkan kamu dengan putraku, jadi jangan merasa seperti nyonya di rumah kami! Kamu harus membantu para pelayan untuk bersih-bersih dan memasak di sini!" ucap Tarom tajam, menusuk hati Nahla.

Apalagi yang bisa ia lakukan? Hidupnya memang sudah seperti ini, diciptakan hanya seolah-olah hanya untuk di caci maki.

"Nahla, kamu kembali ke kamarmu dulu, Sayang?" ujar Salma, berusaha melindunginya.

Namun, Tarom tidak terima sambil berucap, "Kamu jangan terlalu baik ke dia! Dia itu miskin! Nanti malah lupa diri.”

Ucapan ayah mertuanya terdengar jelas di telinga Nahla. Wanita itu menunduk dalam, menarik napas getir menahan sesak. Tanpa banyak bicara ia berjalan menuju kamar.

Di dalam kamar, Nahla meletakkan semua belanjaannya di dekat jendela. Ia bingung harus menaruh pakaiannya di mana. Bahkan ia tidak berani membuka lemari suaminya.

Akhirnya, ia melangkah keluar menuju balkon. Matanya menatap kosong ke taman mansion yang luas. Rindu mulai menggerogoti hatinya.

"Ibu, kenapa hidupku sesakit ini, aku mau pulang, Bu!" lirihnya, air mata wanita itu jatuh tanpa bisa ia tahan. Kedua tangannya menutupi wajah, tubuhnya bergetar menahan isakan.

Seketika suara berat yang mengintimidasi terdengar dari belakangnya.

"Sedang apa kau?"

Nahla tersentak. Ia buru-buru mengusap air matanya dan berbalik. Zevaran berdiri di ambang pintu balkon, menatapnya dingin.

"M-maaf, Tuan. Saya hanya …, rindu ibu saya," suaranya tersendat karena tangis.

Zevaran mendekat, ekspresinya semakin kelam. "Sampai kamu menangis darah pun, aku tidak akan mengizinkanmu bertemu mereka."

Nahla menatap pria itu penuh harap. "Saya mohon, Tuan. Setidaknya biarkan saya melihat ibu dari kejauhan."

"Kamu mulai membantahku!" suara Zevaran meninggi, membuat Nahla terlonjak.

“Ka.u sudah membuat hidupku, kacau dan terjebak dalam situasi ini. Jadi, kau dalam kuasaku.”

"Tuan pikir saya menginginkan ini? Saya juga terjebak!" imbuh Nahla bersuara pelan sedikit merasa takut, membuat Zevaran terbakar emosi.

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Ikut Aku.

    Zevaran menerima telepon dari Hamdan. Mereka harus segera mengatur pertemuan, setelah beberapa hari lalu mendapat kabar bahwa mafia tanah tersebut telah kembali ke kotanya.Zevaran, bukan orang yang suka berurusan dengan dunia hitam. Sebagai CEO, yang paling sering dia hadapi hanyalah ormas pemalak, yang mencoba mencari keuntungan dari perusahaannya. Namun, kali ini situasinya berbeda.Dengan gerakan cepat, dia menyambar jaket kulitnya dan mengenakan topi hitam, menambah kesan dingin pada ketampanannya.Saat keluar dari kamar, tubuhnya bertubrukan dengan Nahla yang hendak masuk.Nahla terhuyung ke belakang,  sebelum terjatuh Zevaran sigap menangkap tubuh rampingnya. Sejenak mata mereka bertemu dalam jarak yang begitu dekat.‘Tampan sekali,’ gumam Nahla dalam hati. Jantung Nahla berdegup kencang saat napas suaminya menerpa wajahnya.Namun, momen itu tak berlangsung lama. Zevaran menarik tubuhnya menjauh lalu mendesis dingin. “Cero

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Tidak Ada Tempat Berlindung.

    Di tempat lain, pagi-pagi sekali Sinta sudah sibuk memasak makanan kesukaan putrinya. Sambil bersenandung, ia menyelesaikan pekerjaannya di dapur. Hati wanita paruh baya itu terasa bahagia membayangkan bisa menemui putrinya. Padahal ia sendiri tidak tahu apakah kesempatan itu benar-benar akan ada atau tidak.“Mau ke mana, Bu?” tanya Dawin sambil menguap lebar.“Temui Nahla,” sahut Sinta datar.Dawin seketika terbelalak mendekati ibunya. “Jangan,  Bu! Suaminya sangat melarang kita berjumpa dengan Nahla. Anak buah Tarom selalu memperingati itu,” tutur Dawin risau.“Itu salahmu, adik sendiri kamu jadikan tebusan. Sekarang kita enggak tahu, di sana dia hidup apa mati!” decit Sinta kesal setengah mati. Dawin hanya mampu mengusak rambutnya frustrasi.Setelah masakkannya selesai, Sinta berangkat menggunakan ojek online menuju rumah besannya. Setibanya di sana, wanita setengah baya itu berdiri mematung di depan pagar tinggi yang menjula

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Niat Jahat Tarom.

    Semakin hari, Nahla mulai bosan dengan kehidupannya terus-menerus terkurung di dalam mansion. Ia meminta izin kepada Salma untuk duduk di halaman depan."Boleh, tapi harus ditemani oleh pelayan," tukas Salma seraya memanggil salah satu pelayan yang sedang bekerja.“Amel, temani Nahla duduk di luar.”"Siap, Nyonya!" ucap pelayan tersebut. Pelayan tersebut mengikuti Nahla keluar mansion. Mereka duduk di taman depan rumah, di mana banyak tanaman yang mencuri perhatian Nahla."Oh iya, saya mau tanya. Pelayan yang biasa memiliki tahi lalat di dekat matanya, ke mana?" tanya Nahla, mengacu pada Rada."Oh itu. Beberapa waktu lalu dipecat oleh Tuan Zevaran," sahut pelayan itu, berdiri di sisi kiri Nahla.Nahla mengerutkan keningnya. "Kenapa? Apa dia punya masalah?""Kita semua kurang tahu. Soalnya, waktu itu dipecatnya tengah malam. Kita yang ada di kamar pada kaget."‘Masa iya sih! Tuan Zevaran memecatnya kare

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Bukan Wanita Tawanan Ayah.

    Zevaran mencengkeram dagu istrinya dengan keras, wajahnya tampak seperti pria bengis tak memiliki hati. "Seharusnya kamu berterima kasih! Kalau bukan aku yang menikahimu, kamu sudah mati kemarin!" cetusnya sinis. Nahla hanya mampu menutup mata dan menahan napas karena rasa takut kembali merayap di hatinya. Dengan keras, Zevaran melepaskan cengkeramannya hingga membuat Nahla sempoyongan ke sisi lain. Tatapan pria itu tajam dan bengis."M-maaf Tuan, tolong jangan menyiksaku juga," lirih Nahla, fisiknya terlalu lelah terus mendapatkan siksaan. "Masuk ke dalam,” titah pria itu, dengan bentakan yang begitu keras. Nahla buru-buru masuk dan mengunci diri di kamar mandi. Di sana ia meluapkan tangisnya tanpa bisa menahan suara, terdengar oleh Zevaran yang masih berdiri di balkon. Dengan frustrasi ia mengusap wajahnya. 🍁🍁🍁 Malam harinya, Nahla duduk di sudut kamar dengan mata sembab. Hatinya terasa seperti ditusuk ribuan jarum, sulit baginya menerima kehidupan yang begitu menyeramkan

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Penderitaan Tanpa Akhir.

    "Kamu tidur di atas.” Nahla menatap Zevaran dengan mata membesar, memastikan bahwa ia tidak salah dengar. Suaminya itu hanya melirik sekilas sebelum beranjak keluar dari kamar. Meninggalkan Nahla. Sesaat, Nahla terdiam. Matanya mengarah ke ranjang yang tampak lebih nyaman dibanding lantai dingin tempatnya berbaring tadi. Perlahan, ia naik ke atas ranjang. Begitu tubuhnya menyentuh kasur yang empuk, ia merasakan kehangatan menjalar di seluruh tubuhnya. Untuk pertama kalinya setelah pernikahan ini, ia merasa sedikit dihargai. ‘Dia tidak seburuk yang aku kira.’ Nahla menatap pintu yang tadi dilewati Zevaran. Hatinya bertanya-tanya, apa yang sebenarnya ada dalam pikiran pria itu? 🍁🍁🍁 ‘Kau gila, Zevaran. Kenapa tadi kau menyuruhnya tidur di ranjang?’ Ia mengepalkan tangan, kesal pada dirinya sendiri. Seharusnya, ia tidak menunjukkan kebaikan sekecil apa pun pada Nahla. Seharusnya, ia tetap bersikap dingin seperti sebelumnya. Tapi entah kenapa, melihat wan

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.    Menikah Tanpa Rasa.

    "Setelah pernikahan nanti, jangan gunakan perasaanmu. Aku tidak akan mencintaimu," ucapnya datar, melirik dengan ujung ekor matanya. Begitu tajam nan dingin. "Kenapa tidak membiarkanku mati saja?" lirih Nahla dalam putus asa. "Aku masih memiliki rasa manusiawi!" jawabnya tanpa menoleh sedikitpun. Zevaran pun kembali berlalu keluar menutup pintu dengan kasar. membuat wanita tersebut terkesiap. Nahla, kembali membenamkan wajahnya di antra lutut. ketakutan masih menguasai dirinya, siksaan dan makian masih menjadi bayang yang begitu mengerikan. Setelah ini apa yang akan ia alami selanjutnya, apakah tubuhnya masih mampu menahan setiap siksaan tersebut. 🍁🍁🍁 Keesokan harinya, pernikahan paksa tersebut benar-benar berlangsung dengan lancar tanpa masalah apa pun. Bahkan Nahla bersandiwara terlihat bahagia di hari pernikahan tersebut. Namun, tidak Zevaran yang murung. ‘Pantas saja, Tuan bangka itu memaksaku menikah dengan putranya. Ternyata tamu-tamunya orang petinggi,’ bisik Nahla

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Dia Nahla.

    Seorang wanita cantik duduk di samping pintu kamar, wajahnya sembab, matanya bengkak. Pandangannya kosong, pikirannya kalut, mencari cara untuk keluar dari tempat yang kini menjadi penjaranya. "Kenapa harus aku? Jahat sekali kamu, Bang!" lirihnya dengan suara parau. Manik matanya bergerak gelisah, mencari celah untuk melarikan diri. Dengan cepat ia melangkah menuju jendela besar di hadapannya. Tangannya bergetar mencoba membukanya tetapi sia-sia. Pintu kaca itu terkunci rapat. Tatapannya beralih ke luar, tubuhnya menegang saat menyadari betapa tingginya lantai kamar ini. "Kalau aku nekat, aku bisa mati," bisiknya mundur dengan napas memburu, tangannya bergerak gelisah. Ia kembali berdiri di dekat pintu, mengigit kuku-kukunya. Saat pikirannya berkecamuk, samar-samar ia mendengar langkah kaki mendekat. Perasaannya mulai menegang saat pintu terbuka, seorang pelayan berwajah jahat berdiri di ambang pintu, mata wanita setengah baya itu membelalak melihat keadaan Nahla yang begitu kacau

  • Menjadi Wanita Impian Tuan.   Gara-Gara 2 M

    “Ampun, Kak! Berhenti menyiksaku,” raung Nahla menahan sakit, sesekali Nahla menahan napas akibat sakit luar biasa yang ia dapati. Wanita itu meringkuk dengan tangan dan lutut yang mengucurkan darah segar. Wanita malang itu menerima kekerasan hebat dari kakaknya, Dawin. "Sudah aku bilang, kamu harus turuti perintahku, Nahla. Aku pasti berhenti menyiksamu?" cetus Dawin dengan seringai jahat, hanya dengan cara seperti inilah ia bisa membuat adiknya menyerah. Sinta, sang ibu, berusaha menghalangi putranya. Jeritan dan tangisan kedua wanita itu tidak lagi ia pedulikan. "Dawin, berhenti! Dia adikmu!" Sedangkan Nahla meringis menahan perih yang menyiksa sekujur tubuhnya. Ia menatap Dawin dengan tatapan sayu, kehabisan tenaga akibat penderitaan yang dialaminya. "Kenapa harus aku, Kak? Kita masih bisa kerja keras untuk melunasi hutang itu," lirih Nahla dengan air mata mengalir deras di pipinya. Dawin mendesis sinis. "Kapan? Uang hasil kerja saja hanya cukup untuk sehari-hari. Hanya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status