Share

Bab 19—MAS

last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-13 16:10:46

Untuk ke sekian kalinya Davian mendengar Radzian menjodohkan dirinya dengan adiknya, sudah terbiasa dan lelaki dengan berat badan 79 kg itu menganggap hal itu adalah candaan yang tak perlu dia pikirkan sedalam itu.

Kala itu, Davian tidak menjawab, dia berlalu begitu saja, memasuki lorong kamar mandi, ingatan berakhir sampai sana, lelaki tangguh itu sama sekali tidak melihat isi dari kotak tersebut.

"Jadi, kotak itu dipersiapkan untukku dan adiknya." Senyum bernuansa pedih itu mendobrak pertahanan diri Davian.

Di sana, detik itu juga air mata Davian merunduk dan berakhir menjadi hujan deras yang mampu membasahi pipi. Tangannya gemetaran membuka kotak itu secara perlahan.

Sungguh terkejut, Davian sampai membuka mulutnya lebar-lebar, ternganga tak percaya dengan isi dalam kotak tersebut, itu adalah satu set jas tuxedo berbahan wool untuk pernikahan, bahkan ada sebuah kotak perhiasan berwarna merah di atasnya, juga sebuah buku
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 130—MAS

    Drrrtt ....Lamunan kecil penuh harapan dari Petra segera terputus karena ponsel bergetar di balik saku jas, responnya spontan, stabil sambil mengatur pola pernapasan yang sempat terjeda dalam kurun waktu yang singkat.Petra segera memasukkan tangan ke dalam saku jas bagian dalam, sorot matanya melihat secara gamblang nama kontak Vemilla muncul di layarnya, Petra tersenyum, ini seperti ikatan semesta.Di saat dia sedang memikirkan istri dari Bos-nya, dan panggilan telepon masuk dari orang yang dibutuhkan. "Halo, Nona, Anda ada di mana?" Secara langsung Petra bertanya.Dia melenggang keluar dari bandara internasional. Bisikan embusan napas mulai membayang di telinganya. "Ini saya lagi di jalan, tadi ngikutin Kak Davian, tapi aku kehilangan jejak, kira-kira kamu tahu, gak? Kalau Kak Davian lagi kalut, dia pergi ke mana?"Pertanyaan yang cermat. Ingatan Petra seperti dipancing untuk keluar dari persembunyiannya. Matanya membeliak, kala dia mengingat suatu tempat. "Ada, Nona. Kalau gak sa

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 129—MAS

    "Mahesa Birawa Kaneza, right?" ungkap Davian, mendelik tajam pada sang papa.Josef mengangguk secara spontan. "Iya, Papa baru akan menjalin kerjasama dengannya?" jawab Josef dengan polos.Mahesa beranjak dari kursi dan ikut serta dalam obrolan kecil putra dan papa ini, dengan angkuhnya dia berkata, "Kerjasama bisa saja terjadi Tuan Villarius, jika ..., putra Anda menyetujui perjodohan bisnis putri saya dengan putra Anda tentunya."Hah?!Josef memicing. Alisnya tertaut. "Jangan bercanda. Kita sepakat menjalin kerjasama bisnis tanpa melibatkan anak-anak kita," bantah Josef mendorong Davian ke belakang.Sebagai gantinya dia yang bertandang ke tengah. "Saya memegang prinsip, pernikahan hanya terjadi satu kali, dan gak ada posisi istri ke-dua, bagaimanapun situasinya," tegasnya."Tuan Josef Villarius, jangan terlalu naif, bukankah hal ini sudah lama terjadi?" tandasnya tidak merasa bersalah.Meminta seorang lelaki yang baru saja menikah untuk melakukan pernikahan ke-dua dengan putrinya. Tu

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 128—MAS

    Tyana berlari tergesa-gesa dari dalam rumah sakit, tangannya menggeligis saat dia hendak menelepon suaminya, di balik mobil yang terparkir di parkiran rumah sakit wanita itu terpatah-patah mengayun langkah.Berselancar tanpa tahu arah. Dia gigit bibir bawah dengan gelisah. "Josef ..., apa kamu masih bersikap keras seperti dulu?" Geram Tyana, panggilan teleponnya tak kunjung mendapatkan balasan dari suaminya.Wanita berpenampilan modis dan elegan itu menghentakkan kaki dan mengembuskan napas dalam tekanan besar. "Came on, Josef ...!" gertaknya.Panggilan telepon terputus. Tidak mendapatkan jawaban, hingga di menit ke-tiga dan panggilan telepon yang ke lima belas, Josef akhirnya mengangkat panggilan telepoon tersebut, gemuruh angin dan riuh suara manusia terdengar saling bersinggungan.Tyana melipat satu tangan depan tubuh dan tangan laun fokus menggenggam ponsel menempel di si telinga. "Josef! Apa yang sedang kamu lakukan, sih?" gerutu Tyana menyambar suaminya."Apa pekerjaan lebih pen

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 127—MAS

    Ujung mata pisau mengukat tajam bagai cahaya yang tembus ke pupil mata secara langsung, sang polisi lemah tak berdaya itu bergetar salam cengkeraman Davian. Perlahan, ia turun, pi sau kecil yang dikatakan memiliki racun itu semakin mendekat.Mengarah ke mata, tangan Davian pun bergetar, dia merasa apa yang dia lakukan saat ini adalah salah, tetapi semuanya kalah oleh kemarahannya yang telah membuncah, jika ia adalah bangunan, maka ia bangunan pencakar langit."Anda secara tidak langsung telah me lenya pkan sahabat saya dan nyawa-nyawa orang yang ada si lokasi kejadian," gertak Davian, geram dia membawa pi sau lebih dekat.Sebelum pi sau itu benar-benar sampai ke wajah lelaki itu, Tyana berhasil menemukan keberadaan Davian bersama Vemilla dan dua sahabat ballerina cantik itu, mereka terkesiap.Membeku hanya dalam tiga detik, dengan rasa terkejut, hingga wajah mereka membelangah, dan Tyana segera berlari dan menarik lengan putranya. "Davian ..., hentikan!" pekiknya, kelepasan.Wanita pa

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 126—MAS

    Derap langkah yang berayun terdengar seperti bisikan angin di tengah malam, ia mendesir—membawa rasa takut tak bernasab.Davian berayun keluar dari ruang kerja utama direktur rumah sakit, sepanjang langkah dirajut sedemikian rupanya, pria ini menyingsingkan lengan hingga tertahan di atas sikut."Aargh ...!" Raungan letih dan pilu terdengar menggiurkan.Davian menyembul keluar dan menyaksikan pria itu bersusah payah menyeret tubuhnya dengan sebelah kaki berlumuran da rah. "Zaggy, right? And ..., Giovanni?" tukas Davian menyebutkan dua nama yang sudah lama membakar isi kepalanya.Terpampang dengan nyata, tatapan itu meredup, ia bagai tempurung yang dikurung kegelapan, di dalamnya adalah seekor burung tanpa sayap kanan.Polisi pria yang diperkirakan usianya di atas 30 tahun itu, terpatah-patah memahat langkah hingga da rah itu melebar, dan menempel ke dinding."Sa-saya g-gak tahu," elaknya yang segera mengalihkan pandangan ke sudut lain.Sembari berpegangan teguh pada dinding-dinding din

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 125—MAS

    Netra gadis itu secara impulsif membelalak, menduga hal buruk mungkin saja terjadi pada Davian. Namun, setelahnya dia mengingat jika suaminya ini memang sedang berada di rumah sakit ji wa.Netra membesar tadi segera menciut. "Oh iya, tadi Kak Davian emang ngomong, kalau dia lagi ada di rumah sakit jiwa," ungkapnya tanpa menaruh kecurigaan secuil pun."Aku gak tahu apa hubungannya dengan semua ini," sambung Vemilla masih menaruh ekspresi curiga semakin pekat. "Cuman, Mamah Tyana minta aku handle Kak Davian," lanjutnya mengedikkan bahu, mengalir depan dua sahabatnya.Mendengar hal itu, Ghania teringat peringatan Petra tentang kemarahan Davian yang menyeramkan, sekalipun dia tidak pernah menyaksikannya secara langsung. Namun, peringatan Petra sudah sangat jelas.Ghania berdebar, panik. "Kalau gitu, ayo cepetan ke sana, ayo, cepet, cepetan ...." Spontan Ghania menarik tangan Vemilla dan Theliza secara bersamaan.Melesat meninggalkan wahana permainan yang belum mereka pijaki lebih dari sat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status