Vemilla bergerak cepat kala mantan kekasihnya kesakitan, mengaduh sembari mengelus paha yang terhantam gadis itu, sebelum langkah Vemilla habis, Giovanni lebih dulu menyambar leher Vemilla.
Dengan bengis Giovanni menjawat leher Vemilla dan menyeretnya, lalu melempar gadis itu hingga membentur mobil merah yang terparkir tak jauh dari keributan itu."Cewek si*l*n!" berang Giovanni mengerang."Arght ...!" Vemilla menjerit, termasuk Theliza di belakang sana.Gadis di belakang sana merangkak mengerahkan sisa tenaganya menuju Vemilla, kini gadis cantik nan mungil itu tersungkur, merasakan rasa sakit berdenyut di sekujur tubuhnya.Vemilla mengaduh kesakitan di samping mobil merah, sempat terbatuk-batuk. "Arh ..., gak bisa. Walau aku berani melawannya, te-te-tenagaku tak cukup mampu."Bergelimang tawa mengerikan, Giovanni berjalan terpatah-patah mendekati Vemilla, gegas gadis berambut long wavy itu merangkak membawa dirinya berdiri di atAlis Vemilla terangkat beberapa saat. "Terus ...?" Gadis ini menuntut jawaban selanjutnya.Netranya terfokuskan pada Mbak Narti. Ia seperti sumbu cahaya yang menusuk ke inti tanpa melalui pintu, ia mengembara ke ruang-ruang gelap yang memiliki celah, sedangkan Mbak Narti adalah lombong yang dengan pasrah menerima cahaya itu.Mbak Narti melepaskan genggaman tangannya pada Vemilla. "Sebelum pergi, Tuan sempat periksa cctv dua minggu terakhir, Tuan menemukan seseorang sedang mengintai rumah ini, dia menggunakan pakaian serba hitam," jelas Mbak Narti."Gak terlalu jelas, jadi Tuan gak bisa memastikan siapa yang mengintai rumah ini," sambungnya.Vemilla terheran-heran dengan berita yang dikatakan oleh Mbak Narti, sekaligus otaknya langsung bekerja, mencari beberapa kemungkinan yang menyangkut hal ini, di ingatannya hanya nama Giovanni yang terbersit.Selain nama itu tak ada lagi yang bisa dia curigai, warna di wajahnya tampak tegas, perlahan k
"Aku gak bisa datang terus untuk menemuimu ke rumah, ke studio ballet atau ke tempat-tempat lain dengan status hanya sebagai sahabat kakakmu," urai Davian mendadak lebih serius.Davian beranjak dari tepi ranjang, lelaki itu menyongsong ke tengah ruangan, memunggungi Vemilla. "Datang di tengah malam hanya untuk memeriksa kondisimu atau memantaumu tetap selamat atau tidak."Davian memutar tubuh, kembali menghadap pada Vemilla. "Mantanmu akan datang dan terus datang, sedangkan kulihat, jika dia datang hanya ketika aku gak ada di dekatmu," lanjut Davian menyipitkan mata."Jadi ..., menurut kakak, yang lebih baiknya dengan menikah?" imbuh Vemilla masih meragukan rencana ini baik atau malah memperburuk hubungan mereka yang mulai membaik.Kaki jenjang Davian mengenjang ke depan. "Lebih tepatnya, kita harus tinggal di rumah yang sama, rumahku sangat tertutup dan gak banyak orang yang tahu, dan untuk tinggal di satu atap yang sama, hanya pernikahan yang bi
Dokter itu menukar senyum dengan Davian, bingkai di bibirnya terlihat tenang. "Anda gak perlu terlalu khawatir, Pak, karena pasien mengalami luka luar, lebam di tubuhnya hanya membutuhkan masa pemulihan kurang dari sepuluh hari," jelas sang dokter."Tekanan darahnya sempat drop karena masalah psikologisnya, itu disebabkan syok psikogenik atau vasovagal syncope."Belum usai, dokter wanita itu masih melanjutkan penjelasan. "Rasa takut, panik ekstrem, atau stres emosional berat dapat memicu sistem saraf parasimpatis untuk bereaksi berlebihan, menyebabkan pembuluh darah melebar dan jantung melambat, sehingga tekanan darah menurun tajam dan bisa menyebabkan pingsan."Davian mengangguk, paham. Penjelasan dokter memberikannya gambaran jika gadis itu jelas mengalami perubahan emosional yang memengaruhi mentalnya, gumpalan angkara murka menggema dalam batinnya.Sepanjang menit terakhir, Davian termenung sambil berkacak pinggang dan sorot matanya berkelana
Mobil yang dikendarai Davian secara langsung mencelat bagai angin, tak segan-segan dia tabrakan mobilnya sendiri dengan badan mobil merah milik Giovanni, terdengar seperti ledakan, mencekam dan memekik telinga.Nyaring suara itu mendengung di telinga, Giovanni yang hendak menampar Vemilla di sudut pohon di sana segera terhempas, terkesiap bukan main akan aksi dari Davian."Si*l*n" cibir Giovanni menggeram.Mobil merah kesayangannya tak terselamatkan, mobil itu mengepulkan asap, mengudara dan bercampur dengan udara di sana, badan mobil mengalami kerusakan parah."Argh! B*ngs*t! Bisa bawa mobil gak, sih, hah?!" geram Giovanni mengerang.Pria berwajah bengis itu meraba-raba badan mobil yang mengalami kerusakan, terpesuk dan memprihatinkan. "B*ngs*t! Turun dari mobil sekarang! Atau saya h*bisi!" ancam Giovanni tanpa memperhatikan siapa yang ada di dalam mobil tersebut."Mari! Mau di sini atau di ring tinju, saya ingin tahu, seberapa
Vemilla bergerak cepat kala mantan kekasihnya kesakitan, mengaduh sembari mengelus paha yang terhantam gadis itu, sebelum langkah Vemilla habis, Giovanni lebih dulu menyambar leher Vemilla.Dengan bengis Giovanni menjawat leher Vemilla dan menyeretnya, lalu melempar gadis itu hingga membentur mobil merah yang terparkir tak jauh dari keributan itu."Cewek si*l*n!" berang Giovanni mengerang."Arght ...!" Vemilla menjerit, termasuk Theliza di belakang sana.Gadis di belakang sana merangkak mengerahkan sisa tenaganya menuju Vemilla, kini gadis cantik nan mungil itu tersungkur, merasakan rasa sakit berdenyut di sekujur tubuhnya.Vemilla mengaduh kesakitan di samping mobil merah, sempat terbatuk-batuk. "Arh ..., gak bisa. Walau aku berani melawannya, te-te-tenagaku tak cukup mampu."Bergelimang tawa mengerikan, Giovanni berjalan terpatah-patah mendekati Vemilla, gegas gadis berambut long wavy itu merangkak membawa dirinya berdiri di at
Theliza penasaran. Namun, dia merasa bukan hak-nya untuk menentukan keputusan ini, berakhir dalam dekapan kebingungan, gadis ini hanya berdiri gelisah di samping Vemilla."Terserah, kalau kamu gak yakin, aku temani kamu," ungkap Theliza dengan keraguan yang kian membuncah.Gadis berparas molek nan lembut itu menganggukkan kepala, agak kaku. Bertahap mereka berjalan menyusuri jalan, di samping Theliza mulai gatal ingin menghubungi Davian.Dalam diam dan sembunyi-sembunyi, Theliza meraih ponsel dalam saku rok yang dia gunakan, pelan-pelan dia mengetik pesan sambil mengekor di belakang Vemilla.Theliza, 19.11Pak Davian, ada yang mencari Illa, seorang laki-laki, mobilnya merah, dia mengaku sebagai teman lama Illa, tapi Illa kayaknya dia gak kenal, katanya Illa gak punya teman lain selain Ghania.Saya dan Illa mencoba mendekatinya, tapi kelihatannya Illa gelisah dan agak ketakutan, hanya, mungkin Illa gak ingin bersikap jahat dengan