Share

Bab 2

Author: Bella Grace
Setelah kembali ke rumah, Candice mulai membereskan barang-barangnya. Namun, di tengah-tengah pekerjaannya, Terry tiba-tiba pulang.

"Candice, begitu urusan kantor selesai, aku langsung pulang. Kamu kangen aku nggak?" katanya dengan senyum, sambil mengeluarkan seikat mawar merah besar dan menyerahkannya pada Candice.

"Aku sengaja membelikan ini untukmu. Maaf ya tadi di toko gaun pengantin aku nggak bisa menemanimu sampai selesai. Bunga ini untuk minta maaf sama kesayanganku."

Candice melihat mawar yang mulai layu karena kekurangan air. Dia tertawa karena terlalu marah.

Bukankah ini bunga yang baru saja dia gunakan untuk melamar Vivian? Sekarang, dia memberikannya begitu saja pada Candice. Apakah di mata Terry, Candice hanya pantas mendapatkan sisa-sisa alat lamaran yang sudah tak berguna lagi?

"Apa yang kamu tertawakan?" Terry merasa cemas melihat Candice tersenyum seperti itu.

"Nggak apa-apa," jawab Candice sambil mengambil bunga itu. Dari sudut matanya, dia melihat noda lipstik merah yang jelas menempel di kerah kemejanya. Dia mengangkat tangan, menunjuk noda itu. "Bajumu kotor."

Terry menunduk, menyadari noda lipstik yang ditinggalkan Vivian saat menciumnya tadi. Jantungnya berdegup kencang. Dia berusaha memberi alasan.

"Oh, mungkin nggak sengaja tersenggol sesuatu," katanya dengan gugup.

Candice tidak mempermasalahkan, hanya berkata pelan, "Lepas saja bajunya, aku cuci."

"Di rumah ada pembantu. Aku nggak tega kalau kamu harus turun tangan sendiri," jawab Terry, mencoba menghindar.

"Pembantu sering kali terlalu kasar. Aku saja yang cuci," kata Candice dengan nada tenang.

Terry merasa lega, mengira bahwa masalahnya selesai. Dia bahkan cepat-cepat mencium Candice sambil berkata, "Candice, kamu memang yang terbaik."

Candice menerima kemeja itu, memandang noda lipstik di sana, lalu tersenyum tipis. Terbaik? Atau hanya mudah ditipu?

Mungkin karena mencucinya terlalu kuat, kemeja itu robek di tangannya.

Terry tidak peduli. Dia justru memeluknya dan berkata lembut, "Nggak masalah. Kalau robek, buang saja. Kamu tinggal belikan aku yang baru."

Dia mengganti pakaiannya, tetapi aroma parfum wanita di tubuhnya tetap tidak hilang.

Candice menarik sudut bibirnya, tersenyum sinis. "Ada beberapa hal yang justru lebih baik kalau sudah lama, bukan?"

"Itu benar," jawab Terry sambil mengangguk. "Kemeja itu memang sangat nyaman dipakai. Sayang sekali rusak gara-gara dicuci terlalu keras. Kalau nggak, aku bisa memakainya beberapa kali lagi. Kamu tahu, aku ini orang yang sangat setia, 'kan?"

Dia memang seseorang yang sangat "setia," sehingga orang yang disukainya lima tahun lalu, meskipun telah menghilang selama lima tahun, tetap dia cintai saat kembali.

Lalu, bagaimana dengan Candice? Lima tahun kebersamaannya dengan Terry, apa artinya semua itu?

Sejak kecil, banyak pria yang mendekati Candice. Setelah lulus kuliah, dia melamar pekerjaan di perusahaan Terry.

Candice langsung jatuh hati pada pandangan pertama. Namun, karena harga dirinya yang tinggi, dia tidak mau mengambil langkah lebih dulu.

Entah bagaimana, Terry juga mulai menyukainya dan mengejarnya dengan penuh semangat. Awalnya, Candice berpura-pura acuh tak acuh dan tidak langsung menerima Terry. Hingga suatu ketika, kantor mereka kebakaran.

Saat alarm kebakaran berbunyi, semua orang panik berlari keluar gedung. Candice yang ketakutan, tidak mampu bergerak sedikit pun.

Terry-lah yang berbalik arah dan membawanya keluar dari bahaya. Pada momen itu, Candice memutuskan bahwa dia ingin bersama Terry selamanya.

Lima tahun berlalu. Lima tahun penuh kenangan yang selalu diingatnya, terutama hari mereka resmi bersama. Pada hari itu, Terry bersumpah kepada langit, "Candice, aku berjanji, aku hanya akan mencintaimu seorang seumur hidupku."

Melihat Terry berbicara dengan penuh keyakinan, Candice menangis dan berkata, "Terry, ingatlah apa yang kamu katakan hari ini. Kalau suatu hari nanti kamu mengkhianatiku, aku akan menikah dengan pria lain dan membuatmu menyesal selamanya!"

Sumpah itu masih terngiang di telinganya, tetapi hati Terry sudah lama berubah. Tidak, mungkin dari awal, hatinya memang tidak pernah sepenuhnya untuk Candice.

Rasa pedih memenuhi dada Candice. Dengan tangan yang gemetar, dia mencengkeram kemeja yang telah dia cuci tadi. Air matanya akhirnya mengalir tanpa bisa dia tahan.

"Ada apa? Kenapa kamu menangis?"

Melihat Candice menangis, Terry tampak panik. Dia segera mengeluarkan tisu untuk menghapus air matanya.

"Aku nggak apa-apa," jawab Candice pelan.

Dia yang lebih dulu mengkhianati Candice. Maka, Candice akan menepati janjinya: menikahi pria lain!
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ida Darwati
bagus candine, laki ga setia hempas ke laut
goodnovel comment avatar
Chantiqa Chiqa
wajar diselingluhi bucin sih
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjaga Jodoh Orang   Bab 27

    Setelah Candice pergi, pria itu perlahan-lahan keluar dari balik tiang. Hati Terry terasa hancur saat melihatnya pergi.Dia benar-benar mencintainya, benar-benar tidak bisa melupakan Candice. Namun, sekarang Candice membencinya dan tidak ingin bertemu dengannya lagi.Terry tidak ingin menyerah dan memutuskan untuk menunggunya kembali. Selama lebih dari sebulan ini, Terry banyak berubah.Pada akhirnya, Candice pulang. Terry segera pergi ke bandara, tetapi tidak menemukan dirinya. Sudah lebih dari sebulan mereka tidak bertemu, dia sangat merindukan Candice.Hal pertama yang dilakukan Candice setelah turun dari pesawat adalah pergi ke rumah sakit. Terry mendapat kabar dan langsung mengemudi ke rumah sakit. Ketika dia sampai, dia melihat Candice dan Gian baru saja keluar dari ruang dokter.Gian menggandeng tangan Candice dengan penuh kasih sayang. Kemudian, dia mengingatkan, "Dokter bilang kamu jangan makan es krim terlalu banyak lagi. Dengar, 'kan?""Sudah tahu! Cuma makan sedikit lebih b

  • Menjaga Jodoh Orang   Bab 26

    "Aku mau dia keluar dan ketemu aku! Aku mau dia pulang bersamaku!""Nggak mungkin." Gian mengeluarkan ponselnya. "Kalau kamu nggak pergi, aku lapor polisi.""Lapor saja! Lapor! Candice nggak akan biarkan aku masuk kantor polisi! Dia nggak akan tega!""Ya sudah, kita lihat saja."Gian langsung menelepon. Polisi pun menyeret Terry pergi. Terry masih berteriak memanggil nama Candice.Namun, Candice sama sekali tidak mendengarnya. Dia duduk di sofa bersama ibu Gian, menonton televisi. Mereka sedang asyik membahas drama cinta yang penuh konflik.Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Itu panggilan dari kantor polisi. "Bu Candice, apa kamu mengenal Tuan Terry? Dia sedang mabuk dan terus membuat keributan, tolong datang ke sini."Candice menatap Gian. Dia tahu Gian yang menelepon polisi. "Maaf, Pak, aku nggak kenal dia." Dengan ekspresi datar, dia menutup telepon dan melanjutkan obrolannya dengan ibu Gian.Di kantor polisi, Terry tidak percaya Candice bisa mengabaikannya. "Nggak mungkin, dia nggak mu

  • Menjaga Jodoh Orang   Bab 25

    Namun, Gian menahan dirinya dan berkemudi ke depan apotek. Tidak lama kemudian, dia keluar dari apotek dan kembali ke mobil. Setelah itu, dia melepaskan kaus kaki Candice.Candice menatapnya bingung. "Kamu ngapain?""Aku mau periksa kakimu. Kamu keseleo, 'kan? Kalau sampai bengkak, bisa jadi masalah.""Terima kasih."Melihat sikap lembut Gian, Candice merasa tersentuh. Tanpa pikir panjang, dia menunduk untuk mencium pipi Gian.Ciuman ringan seperti itu membuat wajah dan telinga Gian sontak merah. Dia selalu menggoda Candice, tetapi ketika dia yang dicium, dia malah merasa panik dan bingung.Melihatnya yang lucu seperti itu, Candice tertawa pelan. "Ternyata kamu bisa malu juga?""Siapa yang malu?" Gian mengurut pergelangan kaki Candice.Seketika, Candice merintih pelan. "Ah!"Gian langsung melepaskan tangannya dengan cepat. "Sakit?""Nggak."Candice menggeleng. Tiba-tiba, bayangan Terry muncul di benaknya. Dulu saat dia keseleo, Terry juga akan membeli minyak untuknya dan memijatnya.Sa

  • Menjaga Jodoh Orang   Bab 24

    Melihat pemandangan ini, Terry hampir meledak karena amarahnya. "Gian, lepaskan dia! Aku nggak akan izinin kamu menyentuhnya!"Terry menyerbu ke depan, berusaha memisahkan keduanya. Gian hanya menghindar sedikit. Terry kehilangan keseimbangan dan langsung terjatuh ke tanah. Dia berguling-guling sebelum akhirnya berhenti, penampilannya sangat memalukan.Orang-orang di sekitar menonton dan menghujat Terry."Mampus, dia sendiri yang melakukan kesalahan. Sekarang menyesal, tapi sudah terlambat.""Cinta yang datang terlambat itu nggak ada artinya! Waktu nggak bisa diputar kembali!"Gian menatapnya sambil tersenyum dingin. "Terry, aku peringatkan sekali lagi, jangan ganggu kami. Sekarang Candice istriku dan akan selalu menjadi istriku! Kamu nggak bisa merebutnya!"Terry berdiri dari tanah dengan susah payah. "Orang yang sudah nikah masih bisa cerai! Gian, jangan puas terlalu cepat! Candice mencintaiku!""Kamu nggak tahu, pernikahan militer itu dilindungi oleh hukum?" Gian berpikir sejenak. "

  • Menjaga Jodoh Orang   Bab 23

    Udara di arena pacuan kuda sangat segar, pemandangannya indah. Suasana hati Candice menjadi lebih baik."Kemari." Pria di kejauhan melambaikan tangan kepadanya, Candice merasa agak bingung. Setiap gerak-gerik pria tampan itu tampak sangat elegan.Gian mengenakan pakaian berkuda, menarik seekor kuda kecil. Senyuman di bibir membuat para gadis di sekitarnya tergila-gila. Mereka mengeluarkan ponsel dan mulai memotret Gian tanpa henti. Bahkan, ada yang mendekat untuk meminta nomor telepon.Candice mengernyit, ekspresinya langsung berubah menjadi kesal. Dia bergegas menghampiri, lalu mengambil ponsel orang itu dan memasukkan serangkaian angka."Nomornya.""Terima kasih!"Gadis itu senang sekali, seperti mendapat harta karun. Kemudian, dia pergi.Gian bertanya dengan penasaran, "Kamu benaran kasih dia?""Ya, aku kasih nomorku." Candice mengangkat alis. "Kenapa? Kamu mau kasih nomormu?""Hehe, kamu cemburu ya?"Gian tampak puas dengan reaksi Candice. Dia tersenyum penuh kasih sayang padanya,

  • Menjaga Jodoh Orang   Bab 22

    Saat terbangun, Vivian sudah dibawa ke bangsal biasa. Perutnya terasa kosong, anaknya sudah meninggalkannya. Terry mengutus seseorang untuk memberinya sebuah kartu bank."Di dalam kartu ini ada 10 miliar, Pak Terry yang meminta kami memberikannya kepadamu." Saat melihat kartu itu, hati Vivian terasa sangat dingin.Sepuluh miliar? Sebelumnya hanya 2 miliar. Setelah menggugurkan anak, nilai dirinya langsung melonjak."Pak Terry juga membelikan tiket pesawat, pesawatnya siang ini.""Siang ini?"Vivian tersenyum dingin, tidak menyangka Terry akan begitu membencinya. Dia baru selesai menjalani operasi, sementara Terry sudah ingin dia benar-benar menghilang dari hidupnya."Aku ingin bertemu dengannya.""Maaf, Pak Terry bilang nggak ingin bertemu denganmu." Usai berbicara, pria itu mengunci pintu bangsal. "Kami akan mengantarmu ke bandara nanti."Vivian hanya bisa memegang kartu itu, lalu tiba-tiba tergelak. Pada saat yang sama, air mata juga berlinang di wajahnya. "Aku nggak seharusnya kemba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status