Share

Bab 6

Penulis: Bella Grace
Melihat ekspresi tegangnya, Candice menarik napas dalam-dalam dan menenangkan diri, lalu berkata, "Nggak ada apa-apa, aku cuma asal bicara. Aku sibuk hari itu."

Dia berbalik hendak pergi dan Terry ingin mengejarnya, tetapi Candice menghentikannya. "Kamu di sini saja temani temanmu berobat. Meninggalkannya sendirian itu nggak baik. Aku bisa pulang sendiri, kamu nggak perlu mengkhawatirkanku."

Terry menoleh melihat Candice pergi, hatinya mendadak terasa sakit.

Melihat Terry yang tampak khawatir pada Candice, Vivian berjongkok sambil mengeluh, "Terry, aku sakit sekali. Seluruh tubuhku sakit. Temani aku pulang, ya?"

Terry yang sedang kesal karena sikap Candice, dengan tegas menepis Vivian. "Tempatkan dirimu dengan benar, jangan lagi memprovokasinya."

Candice kembali ke rumah dan melanjutkan berkemas. Dia merasa tidak bisa tinggal di tempat itu lagi walau sedetik pun.

Untungnya, barang-barangnya tidak terlalu banyak. Dalam waktu singkat, satu koper besar sudah penuh terisi barang-barang miliknya.

Setelah selesai berkemas, dia menuruni tangga sambil membawa kopernya. Di meja ruang tamu, dia melihat buket mawar yang Terry berikan kemarin. Dia menyeringai dingin, mengambil bunga itu, dan membuangnya ke tempat sampah.

Pelayan yang melihat Candice membuang bunga itu bertanya dengan bingung, "Nona, bukankah ini bunga dari Tuan Terry? Kenapa dibuang?"

Candice menjawab tanpa ekspresi, "Barang bekas orang lain, aku jijik."

"Ini bunga segar, kenapa jadi barang bekas?" Pelayan itu tidak paham dan bingung dengan tindakannya.

Candice malas menjelaskan. Dia naik kembali ke atas, mengambil pakaian dan tas yang pernah diberikan Terry, lalu memasukkannya ke dalam kantong besar.

"Buang semuanya."

"Buang?"

Pelayan itu tertegun. "Nona, bukankah dulu Anda sangat menyayangi barang-barang ini? Bahkan Anda nggak tega memakainya karena Tuan Terry yang memberikan."

"Apa omonganku kurang jelas?" Dia juga mengambil perhiasan yang diberikan Terry. "Donasikan saja."

"Ini semua hadiah dari Tuan Terry, nilainya sangat mahal."

"Aku bilang donasikan," jawab Candice tegas.

Candice sudah bicara, jadi pelayan tidak berani membantah. Dia segera membawa barang-barang itu pergi.

Setelah semuanya beres, Candice mengambil ponselnya dan membeli tiket pesawat. Dia memutuskan untuk pulang kampung. Besok dia akan pergi.

Setelah memesan tiket, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Itu dari nomor tak dikenal.

Candice membukanya dan melihat sebuah foto yang penuh nuansa menggoda dan vulgar. Foto itu adalah gambar Terry dan Vivian.

[ Candice, kalau kamu bukan orang bodoh, kamu pasti tahu bahwa hubungan aku dan Terry nggak sederhana. Kamu penasaran kenapa kami di rumah sakit, 'kan? Itu karena kami terluka waktu lagi bercumbu di bar.]

[ Lagi pula, aku akan menikah bulan depan dan mempelai pria itu bukan orang lain, melainkan pacarmu sendiri, Terry. Aku adalah cinta pertamanya, orang yang paling dia cintai. Kamu hanyalah pengganti sementara selama lima tahun ini saat dia merasa kesepian. ]

Setiap kata dalam pesan itu penuh dengan nada mengejek.

Melihat foto dan teks tersebut, Candice tetap tidak bisa menahan rasa sakit di hatinya. Bagaimanapun, lima tahun adalah waktu yang panjang. Tidak mungkin tidak ada artinya.

Tangan Candice yang memegang ponsel gemetar, sementara air mata mengalir deras di wajahnya.

Pada saat itu, Terry pulang.

Dia memeluk Candice dari belakang, berbisik pelan, "Candice, kenapa kamu nangis lagi? Aku sudah pulang. Aku dan dia benar-benar nggak ada apa-apa."

"Semalam aku minum terlalu banyak sama teman-teman, jadi aku nggak pulang. Vivian itu cuma temanku yang baru pulang dari luar negeri. Aku kebetulan bertemu dengannya pagi ini. Jangan terlalu dipikirkan."

Mendengar penjelasannya, Candice menghapus air matanya dan mematikan ponselnya.

"Aku tahu." Dia mendorong Terry dengan tenang dan menatapnya dalam-dalam.

Wajah itu, masih terlihat sama seperti lima tahun lalu ... bersih, tulus, tampan, dan cerah.

Namun, hatinya? Kenapa bisa berubah seperti ini?
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjaga Jodoh Orang   Bab 27

    Setelah Candice pergi, pria itu perlahan-lahan keluar dari balik tiang. Hati Terry terasa hancur saat melihatnya pergi.Dia benar-benar mencintainya, benar-benar tidak bisa melupakan Candice. Namun, sekarang Candice membencinya dan tidak ingin bertemu dengannya lagi.Terry tidak ingin menyerah dan memutuskan untuk menunggunya kembali. Selama lebih dari sebulan ini, Terry banyak berubah.Pada akhirnya, Candice pulang. Terry segera pergi ke bandara, tetapi tidak menemukan dirinya. Sudah lebih dari sebulan mereka tidak bertemu, dia sangat merindukan Candice.Hal pertama yang dilakukan Candice setelah turun dari pesawat adalah pergi ke rumah sakit. Terry mendapat kabar dan langsung mengemudi ke rumah sakit. Ketika dia sampai, dia melihat Candice dan Gian baru saja keluar dari ruang dokter.Gian menggandeng tangan Candice dengan penuh kasih sayang. Kemudian, dia mengingatkan, "Dokter bilang kamu jangan makan es krim terlalu banyak lagi. Dengar, 'kan?""Sudah tahu! Cuma makan sedikit lebih b

  • Menjaga Jodoh Orang   Bab 26

    "Aku mau dia keluar dan ketemu aku! Aku mau dia pulang bersamaku!""Nggak mungkin." Gian mengeluarkan ponselnya. "Kalau kamu nggak pergi, aku lapor polisi.""Lapor saja! Lapor! Candice nggak akan biarkan aku masuk kantor polisi! Dia nggak akan tega!""Ya sudah, kita lihat saja."Gian langsung menelepon. Polisi pun menyeret Terry pergi. Terry masih berteriak memanggil nama Candice.Namun, Candice sama sekali tidak mendengarnya. Dia duduk di sofa bersama ibu Gian, menonton televisi. Mereka sedang asyik membahas drama cinta yang penuh konflik.Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Itu panggilan dari kantor polisi. "Bu Candice, apa kamu mengenal Tuan Terry? Dia sedang mabuk dan terus membuat keributan, tolong datang ke sini."Candice menatap Gian. Dia tahu Gian yang menelepon polisi. "Maaf, Pak, aku nggak kenal dia." Dengan ekspresi datar, dia menutup telepon dan melanjutkan obrolannya dengan ibu Gian.Di kantor polisi, Terry tidak percaya Candice bisa mengabaikannya. "Nggak mungkin, dia nggak mu

  • Menjaga Jodoh Orang   Bab 25

    Namun, Gian menahan dirinya dan berkemudi ke depan apotek. Tidak lama kemudian, dia keluar dari apotek dan kembali ke mobil. Setelah itu, dia melepaskan kaus kaki Candice.Candice menatapnya bingung. "Kamu ngapain?""Aku mau periksa kakimu. Kamu keseleo, 'kan? Kalau sampai bengkak, bisa jadi masalah.""Terima kasih."Melihat sikap lembut Gian, Candice merasa tersentuh. Tanpa pikir panjang, dia menunduk untuk mencium pipi Gian.Ciuman ringan seperti itu membuat wajah dan telinga Gian sontak merah. Dia selalu menggoda Candice, tetapi ketika dia yang dicium, dia malah merasa panik dan bingung.Melihatnya yang lucu seperti itu, Candice tertawa pelan. "Ternyata kamu bisa malu juga?""Siapa yang malu?" Gian mengurut pergelangan kaki Candice.Seketika, Candice merintih pelan. "Ah!"Gian langsung melepaskan tangannya dengan cepat. "Sakit?""Nggak."Candice menggeleng. Tiba-tiba, bayangan Terry muncul di benaknya. Dulu saat dia keseleo, Terry juga akan membeli minyak untuknya dan memijatnya.Sa

  • Menjaga Jodoh Orang   Bab 24

    Melihat pemandangan ini, Terry hampir meledak karena amarahnya. "Gian, lepaskan dia! Aku nggak akan izinin kamu menyentuhnya!"Terry menyerbu ke depan, berusaha memisahkan keduanya. Gian hanya menghindar sedikit. Terry kehilangan keseimbangan dan langsung terjatuh ke tanah. Dia berguling-guling sebelum akhirnya berhenti, penampilannya sangat memalukan.Orang-orang di sekitar menonton dan menghujat Terry."Mampus, dia sendiri yang melakukan kesalahan. Sekarang menyesal, tapi sudah terlambat.""Cinta yang datang terlambat itu nggak ada artinya! Waktu nggak bisa diputar kembali!"Gian menatapnya sambil tersenyum dingin. "Terry, aku peringatkan sekali lagi, jangan ganggu kami. Sekarang Candice istriku dan akan selalu menjadi istriku! Kamu nggak bisa merebutnya!"Terry berdiri dari tanah dengan susah payah. "Orang yang sudah nikah masih bisa cerai! Gian, jangan puas terlalu cepat! Candice mencintaiku!""Kamu nggak tahu, pernikahan militer itu dilindungi oleh hukum?" Gian berpikir sejenak. "

  • Menjaga Jodoh Orang   Bab 23

    Udara di arena pacuan kuda sangat segar, pemandangannya indah. Suasana hati Candice menjadi lebih baik."Kemari." Pria di kejauhan melambaikan tangan kepadanya, Candice merasa agak bingung. Setiap gerak-gerik pria tampan itu tampak sangat elegan.Gian mengenakan pakaian berkuda, menarik seekor kuda kecil. Senyuman di bibir membuat para gadis di sekitarnya tergila-gila. Mereka mengeluarkan ponsel dan mulai memotret Gian tanpa henti. Bahkan, ada yang mendekat untuk meminta nomor telepon.Candice mengernyit, ekspresinya langsung berubah menjadi kesal. Dia bergegas menghampiri, lalu mengambil ponsel orang itu dan memasukkan serangkaian angka."Nomornya.""Terima kasih!"Gadis itu senang sekali, seperti mendapat harta karun. Kemudian, dia pergi.Gian bertanya dengan penasaran, "Kamu benaran kasih dia?""Ya, aku kasih nomorku." Candice mengangkat alis. "Kenapa? Kamu mau kasih nomormu?""Hehe, kamu cemburu ya?"Gian tampak puas dengan reaksi Candice. Dia tersenyum penuh kasih sayang padanya,

  • Menjaga Jodoh Orang   Bab 22

    Saat terbangun, Vivian sudah dibawa ke bangsal biasa. Perutnya terasa kosong, anaknya sudah meninggalkannya. Terry mengutus seseorang untuk memberinya sebuah kartu bank."Di dalam kartu ini ada 10 miliar, Pak Terry yang meminta kami memberikannya kepadamu." Saat melihat kartu itu, hati Vivian terasa sangat dingin.Sepuluh miliar? Sebelumnya hanya 2 miliar. Setelah menggugurkan anak, nilai dirinya langsung melonjak."Pak Terry juga membelikan tiket pesawat, pesawatnya siang ini.""Siang ini?"Vivian tersenyum dingin, tidak menyangka Terry akan begitu membencinya. Dia baru selesai menjalani operasi, sementara Terry sudah ingin dia benar-benar menghilang dari hidupnya."Aku ingin bertemu dengannya.""Maaf, Pak Terry bilang nggak ingin bertemu denganmu." Usai berbicara, pria itu mengunci pintu bangsal. "Kami akan mengantarmu ke bandara nanti."Vivian hanya bisa memegang kartu itu, lalu tiba-tiba tergelak. Pada saat yang sama, air mata juga berlinang di wajahnya. "Aku nggak seharusnya kemba

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status