Share

Bab 7

Author: Bella Grace
Candice tidak bisa menahan diri, dia melayangkan tamparan keras ke wajah Terry. Terry terkejut dengan tamparan itu, tetapi hati yang awalnya gelisah malah menjadi tenang.

"Kalau kamu kesal, pukul saja aku beberapa kali lagi. Aku nggak apa-apa, asalkan kamu nggak marah."

Betapa "tulusnya" kata-kata itu, tetapi juga betapa menjijikannya. Candice langsung melayangkan tamparan kedua ke wajahnya. Itu karena dia sendiri yang memintanya.

"Terry, kamu masih ingat apa yang pernah aku bilang? Apa pun bisa aku maafkan, tapi kalau kamu mengkhianati aku, aku pasti akan menikah sama pria lain."

Wajah Terry seketika berubah pucat.

"Candice, apa yang kamu bicarakan? Orang yang aku pilih untuk menghabiskan hidupku sampai tua cuma kamu. Aku akan selalu mencintaimu, dan itu nggak akan pernah berubah!"

Paling mencintainya, tetapi malah bercumbu dengan wanita lain sampai harus dirawat di rumah sakit.

Paling mencintainya, tetapi menunda pernikahan untuk memenuhi keinginan wanita lain dan menjadikannya penerima barang bekas.

Candice menatap Terry, seolah-olah ingin melihat ke dalam hatinya, mencari tahu apa yang sebenarnya ada di pikirannya. Pada akhirnya, dia hanya mengangguk dan tidak berkata apa-apa.

"Aku mengerti."

Terry mencoba memeluknya sekali lagi, tetapi Candice mendorongnya. Baru saat itu Terry melihat koper di sampingnya. Hati yang baru saja tenang langsung kembali gelisah.

Dia meraih lengan Candice dan bertanya, "Koper siapa ini? Kamu mau ke mana?"

"Ibuku bilang, karena aku sebentar lagi menikah, aku harus pulang sebentar."

"Gitu, ua?"

Terry menghela napas lega. "Aku mengerti, beberapa daerah memang punya kebiasaan seperti itu. Sebelum menikah, pengantin pria dan wanita nggak boleh bertemu. Walaupun pernikahan kita ditunda, kalau kamu ingin pulang, tinggal lebih lama juga nggak apa-apa."

"Ya."

Candice tersenyum tipis dan tidak berkata apa pun lagi. Dia mengambil kopernya untuk pergi.

Terry memegang kopernya. Merasa tidak rela berpisah, dia menawarkan untuk mengantar Candice. "Aku antar kamu pulang, ya."

Candice menatapnya dengan senyum sinis. "Nggak usah. Bukankah orang bilang, pria sebaiknya bersenang-senang sebelum menikah? Terry, kamu juga butuh, 'kan?"

Dulu, dia benar-benar percaya pada Terry. Namun sekarang, dia hanya bisa membayangkan bahwa setelah dia pergi, Terry mungkin langsung membawa Vivian ke rumah ini.

"Aku orang seperti itu?" Terry kembali berjanji, "Candice, aku nggak akan melakukan apa pun yang mengecewakanmu. Setelah kamu pergi, aku akan menjaga diriku sampai hari kita menikah."

Dia masih berbohong! Bahkan ketika Candice sudah mau pergi, dia tetap berusaha menipunya!

Candice merasa lelah. Hatinya telah sepenuhnya kecewa pada Terry. Dia perlahan menundukkan kepala, menarik napas panjang, seperti seseorang yang telah menyerah pada segala harapan.

"Baiklah, jaga dirimu. Aku pergi."

Candice mendorong Terry menjauh, tidak menoleh lagi, dan meninggalkan rumah itu tanpa rasa ragu. Setelah akhirnya tiba di rumah orang tuanya, mereka sangat senang dan langsung bertanya banyak hal.

"Kamu akhirnya pulang juga. Pihak Keluarga Jaufar sudah setuju untuk menikahkan kalian pada tanggal satu bulan depan. Tapi bukankah sebelumnya kamu bilang tanggal itu mau menikah sama Terry? Kenapa tiba-tiba calon pengantinnya berubah?"

"Iya, Nak, menikah itu bukan main-main. Kalau kamu benar-benar suka siapa pun, menikahlah dengannya. Kami nggak keberatan."

Candice merasa sangat lelah, dia tidak ingin menjelaskan apa pun.

"Ayah, Ibu, aku sangat lelah. Aku ingin ke kamar dan tidur." Dia menyeret tubuh yang lelah menaiki tangga. Kedua orang tua itu memahami suasana hatinya yang buruk dan tidak bertanya lebih jauh.

"Baiklah, kamu istirahat dulu. Sebelum pernikahan, Ayah akan mencari waktu supaya kamu bisa bertemu dulu sama anak Keluarga Jaufar itu, ya?"

"Nggak perlu, kita ketemu waktu nikah saja."

Lagi pula, keputusan sudah dibuat. Bertemu atau tidak sekarang sudah tidak penting lagi.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Chantiqa Chiqa
wanita anjink selalu lelah dlm segala hal
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjaga Jodoh Orang   Bab 27

    Setelah Candice pergi, pria itu perlahan-lahan keluar dari balik tiang. Hati Terry terasa hancur saat melihatnya pergi.Dia benar-benar mencintainya, benar-benar tidak bisa melupakan Candice. Namun, sekarang Candice membencinya dan tidak ingin bertemu dengannya lagi.Terry tidak ingin menyerah dan memutuskan untuk menunggunya kembali. Selama lebih dari sebulan ini, Terry banyak berubah.Pada akhirnya, Candice pulang. Terry segera pergi ke bandara, tetapi tidak menemukan dirinya. Sudah lebih dari sebulan mereka tidak bertemu, dia sangat merindukan Candice.Hal pertama yang dilakukan Candice setelah turun dari pesawat adalah pergi ke rumah sakit. Terry mendapat kabar dan langsung mengemudi ke rumah sakit. Ketika dia sampai, dia melihat Candice dan Gian baru saja keluar dari ruang dokter.Gian menggandeng tangan Candice dengan penuh kasih sayang. Kemudian, dia mengingatkan, "Dokter bilang kamu jangan makan es krim terlalu banyak lagi. Dengar, 'kan?""Sudah tahu! Cuma makan sedikit lebih b

  • Menjaga Jodoh Orang   Bab 26

    "Aku mau dia keluar dan ketemu aku! Aku mau dia pulang bersamaku!""Nggak mungkin." Gian mengeluarkan ponselnya. "Kalau kamu nggak pergi, aku lapor polisi.""Lapor saja! Lapor! Candice nggak akan biarkan aku masuk kantor polisi! Dia nggak akan tega!""Ya sudah, kita lihat saja."Gian langsung menelepon. Polisi pun menyeret Terry pergi. Terry masih berteriak memanggil nama Candice.Namun, Candice sama sekali tidak mendengarnya. Dia duduk di sofa bersama ibu Gian, menonton televisi. Mereka sedang asyik membahas drama cinta yang penuh konflik.Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Itu panggilan dari kantor polisi. "Bu Candice, apa kamu mengenal Tuan Terry? Dia sedang mabuk dan terus membuat keributan, tolong datang ke sini."Candice menatap Gian. Dia tahu Gian yang menelepon polisi. "Maaf, Pak, aku nggak kenal dia." Dengan ekspresi datar, dia menutup telepon dan melanjutkan obrolannya dengan ibu Gian.Di kantor polisi, Terry tidak percaya Candice bisa mengabaikannya. "Nggak mungkin, dia nggak mu

  • Menjaga Jodoh Orang   Bab 25

    Namun, Gian menahan dirinya dan berkemudi ke depan apotek. Tidak lama kemudian, dia keluar dari apotek dan kembali ke mobil. Setelah itu, dia melepaskan kaus kaki Candice.Candice menatapnya bingung. "Kamu ngapain?""Aku mau periksa kakimu. Kamu keseleo, 'kan? Kalau sampai bengkak, bisa jadi masalah.""Terima kasih."Melihat sikap lembut Gian, Candice merasa tersentuh. Tanpa pikir panjang, dia menunduk untuk mencium pipi Gian.Ciuman ringan seperti itu membuat wajah dan telinga Gian sontak merah. Dia selalu menggoda Candice, tetapi ketika dia yang dicium, dia malah merasa panik dan bingung.Melihatnya yang lucu seperti itu, Candice tertawa pelan. "Ternyata kamu bisa malu juga?""Siapa yang malu?" Gian mengurut pergelangan kaki Candice.Seketika, Candice merintih pelan. "Ah!"Gian langsung melepaskan tangannya dengan cepat. "Sakit?""Nggak."Candice menggeleng. Tiba-tiba, bayangan Terry muncul di benaknya. Dulu saat dia keseleo, Terry juga akan membeli minyak untuknya dan memijatnya.Sa

  • Menjaga Jodoh Orang   Bab 24

    Melihat pemandangan ini, Terry hampir meledak karena amarahnya. "Gian, lepaskan dia! Aku nggak akan izinin kamu menyentuhnya!"Terry menyerbu ke depan, berusaha memisahkan keduanya. Gian hanya menghindar sedikit. Terry kehilangan keseimbangan dan langsung terjatuh ke tanah. Dia berguling-guling sebelum akhirnya berhenti, penampilannya sangat memalukan.Orang-orang di sekitar menonton dan menghujat Terry."Mampus, dia sendiri yang melakukan kesalahan. Sekarang menyesal, tapi sudah terlambat.""Cinta yang datang terlambat itu nggak ada artinya! Waktu nggak bisa diputar kembali!"Gian menatapnya sambil tersenyum dingin. "Terry, aku peringatkan sekali lagi, jangan ganggu kami. Sekarang Candice istriku dan akan selalu menjadi istriku! Kamu nggak bisa merebutnya!"Terry berdiri dari tanah dengan susah payah. "Orang yang sudah nikah masih bisa cerai! Gian, jangan puas terlalu cepat! Candice mencintaiku!""Kamu nggak tahu, pernikahan militer itu dilindungi oleh hukum?" Gian berpikir sejenak. "

  • Menjaga Jodoh Orang   Bab 23

    Udara di arena pacuan kuda sangat segar, pemandangannya indah. Suasana hati Candice menjadi lebih baik."Kemari." Pria di kejauhan melambaikan tangan kepadanya, Candice merasa agak bingung. Setiap gerak-gerik pria tampan itu tampak sangat elegan.Gian mengenakan pakaian berkuda, menarik seekor kuda kecil. Senyuman di bibir membuat para gadis di sekitarnya tergila-gila. Mereka mengeluarkan ponsel dan mulai memotret Gian tanpa henti. Bahkan, ada yang mendekat untuk meminta nomor telepon.Candice mengernyit, ekspresinya langsung berubah menjadi kesal. Dia bergegas menghampiri, lalu mengambil ponsel orang itu dan memasukkan serangkaian angka."Nomornya.""Terima kasih!"Gadis itu senang sekali, seperti mendapat harta karun. Kemudian, dia pergi.Gian bertanya dengan penasaran, "Kamu benaran kasih dia?""Ya, aku kasih nomorku." Candice mengangkat alis. "Kenapa? Kamu mau kasih nomormu?""Hehe, kamu cemburu ya?"Gian tampak puas dengan reaksi Candice. Dia tersenyum penuh kasih sayang padanya,

  • Menjaga Jodoh Orang   Bab 22

    Saat terbangun, Vivian sudah dibawa ke bangsal biasa. Perutnya terasa kosong, anaknya sudah meninggalkannya. Terry mengutus seseorang untuk memberinya sebuah kartu bank."Di dalam kartu ini ada 10 miliar, Pak Terry yang meminta kami memberikannya kepadamu." Saat melihat kartu itu, hati Vivian terasa sangat dingin.Sepuluh miliar? Sebelumnya hanya 2 miliar. Setelah menggugurkan anak, nilai dirinya langsung melonjak."Pak Terry juga membelikan tiket pesawat, pesawatnya siang ini.""Siang ini?"Vivian tersenyum dingin, tidak menyangka Terry akan begitu membencinya. Dia baru selesai menjalani operasi, sementara Terry sudah ingin dia benar-benar menghilang dari hidupnya."Aku ingin bertemu dengannya.""Maaf, Pak Terry bilang nggak ingin bertemu denganmu." Usai berbicara, pria itu mengunci pintu bangsal. "Kami akan mengantarmu ke bandara nanti."Vivian hanya bisa memegang kartu itu, lalu tiba-tiba tergelak. Pada saat yang sama, air mata juga berlinang di wajahnya. "Aku nggak seharusnya kemba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status