Share

5. Pengantin Baru

Setelah Arka memperkenalkan Liora ke keluarganya, begitupun sebaliknya. Tepat hari ini, Liora dan Arka akhirnya resmi menikah.

Sesuai yang telah Arka rencanakan dari jauh-jauh hari, pernikahan itu dilaksanakan di sebuah gedung hotel milik keluarga Diantara. Hanya didatangi dari keluarga kedua mempelai, dan beberapa orang penting atau rekan kerja dari orang tua Arka dan Liora.

Arka memang sengaja menginginkan pernikahannya ini dilaksanakan secara tertutup, berbanding balik dengan Liora. Mereka sempat beberapa kali berdebat, namun Liora tetap kalah. Jika Liora tak mengikuti apa yang Arka inginkan, bisa saja pernikahan itu gagal.

Ini adalah hari spesial yang Liora tunggu-tunggu, berbeda dengan Arka. Laki-laki itu menandai hari ini sebagai hari terburuknya. Arka yakin, mulai dari hari inilah penderitaannya pasti akan bertambah. Dia harus mengucapkan janji suci untuk perempuan yang sama sekali tidak dia cintai, dia dipaksa memasangkan cincin dan mencium kening perempuan yang Arka benci.

Setiap detik, Arka terus berdoa agar hari ini berlalu dengan cepat.

Hingga yang Arka tunggu akhirnya tiba. Acara selesai, Arka dan Liora dipersilahkan untuk istirahat di salah satu kamar yang telah disiapkan oleh petugas hotel khusus untuk mereka.

Sampai sana, Arka duduk di sofa kamar itu. Melepas jas dan sepatu yang seharian dia pakai. Berdiri seharian menyambut para tamu tentu membuatnya sangat lelah. Dia ingin segera istirahat.

"Sayang, mau mandi bersama?" tanya Liora menggoda saat melihat sang suami yang tengah melepas lelah di sofa kamar itu. Dia juga masih memakai gaun pengantin, hanya riasan di rambutnya saja yang sudah dia lepas.

"Mandilah dulu, aku akan mencari kamar mandi lain di hotel ini," jawab Arka datar.

Mendengar jawaban laki-laki itu, Liora hanya menghela nafas kesal. Dia lalu berjalan menghampiri, dan ikut duduk di samping laki-laki yang kini sudah resmi menjadi suaminya.

"Ayolah sayang. Setelah mandi bersama, kita akan melakukan malam pertama di atas sana."

Arka menatap ke arah yang Liora tunjuk, sebuah tempat tidur berukuran besar yang sudah dihiasi kelopak mawar dan beberapa lilin sudah dinyalakan di setiap meja yang ada di sekitar kasur itu.

"Kita tidak akan melakukan malam pertama."

Mata Liora membulat, menatap Arka tak terima.

"Kita sudah menikah. Aku sudah menjadi istrimu, jadi kamu harus menyentuhku malam ini. Ini adalah malam pertama kita, ya walau kita sudah melakukannya sebelumnya. Tapi, aku akan menganggap ini adalah malam pertama kita."

"Apa kau lupa? Aku sudah berjanji tidak akan menyentuhmu lagi. Kita hanya melakukannya satu kali itu saja, dan aku akan menunggu kehamilanmu. Jika kau tidak hamil, maka aku bisa menceraikanmu setelah lima bulan pernikahan."

Liora berdecak kesal. Tentu dia tak akan setuju jika Arka sampai menceraikannya. Laki-laki tampan seperti Arka itu sangat langka, jika Liora kehilangan Arka, dia pasti akan sulit menemukan penggantinya.

"Aku yakin, aku pasti akan hamil anakmu. Dan akan aku pastikan, kamu tidak bisa menceraikanku. Ingat itu baik-baik Arka!"

Arka terdiam. Dia menoleh, menatap Liora dengan sorot tidak suka. Sampai saat ini Arka tidak paham, kenapa Liora sangat ingin mempertahankannya. Kenapa Liora sangat ingin menjadikannya sebagai suami? Padahal mereka baru saling mengenal. Tentu itu membuat Arka curiga, dan sampai saat ini kecurigaan Arka tentang itu belum terjawab.

Liora kini memutar tubuhnya, memunggungi Arka. "Tolong bukakan resleting bajuku, tanganku tidak sampai untuk membukanya."

Arka menatap resleting gaun pengantin yang ada di punggung Liora sesaat. Mendadak dia jadi berpikir, apa Liora ingin menjebaknya?

Perlahan tangannya terulur dengan ragu, dan mulai menarik turun resleting gaun pengantin itu. Membuat mata Arka tak sengaja melihat punggung putih nan mulus milik Liora, namun dengan segera Arka memalingkan pandangannya.

"Sudah selesai, kau boleh masuk ke kamar mandi."

Liora menoleh, Arka kini tak mau menatapnya. Membuat Liora semakin kesal. Bagaimana caranya menarik perhatian Arka?

"Sepertinya aku harus keluar sebentar," ucap Arka yang langsung bangkit dari duduknya.

"Arka, kamu mau kemana?"

Liora ingin menahan laki-laki itu, namun Arka sudah terlanjur melangkah pergi dan tak menghiraukan pertanyaan dari Liora. Membuat Liora kembali berdecak kesal.

"Kenapa sulit sekali menarik simpati Arka? Dia seakan sama sekali tak tertarik dengan perempuan cantik sepertiku."

Tangan Liora perlahan mengepal erat. Sorot matanya kini berubah tajam.

"Lihat saja Arka. Aku akan membuatmu mengingkari janjimu. Aku akan terus menggodamu sampai kau tidak bisa mengendalikan nafsumu saat berada di dekatku. Sebelum lima bulan, aku pasti akan hamil. Dengan itu, kau tidak bisa menceraikan ku."

Satu sudut bibir Liora perlahan terangkat, mengukir senyum licik.

***

Malam itu, setelah Arka selesai membersihkan diri. Dia kembali ke kamarnya. Walau sempat ragu karena dia akan satu kamar dengan Liora, tapi jika Arka tidur di kamar lain takut akan ada yang mencurigainya.

Sampai sana, dia melihat perempuan itu sudah memakai piyama dan bermain ponsel di atas kasur.

Entah kenapa, hanya melihat Liora begitu saja jantung Arka sudah berdegup tak karuan. Bukan karena cinta, tetapi Arka takut. Perempuan itu terlalu agresif, dan selalu menggodanya.

Arka berusaha menjernihkan pemikirannya, dia berharap tak akan terperangkap oleh godaan Liora.

"Hai sayang, sudah kembali?" sapa Liora berbasa-basi saat menyadari ternyata suaminya sudah memasuki kamar itu lagi. Dia mengukir senyum senang, lalu meletakan ponselnya di atas meja samping tempat tidur. "Ayo tidur."

Arka mengangguk, lalu mengambil satu bantal yang ada di atas kasur itu. Membuat Liora mengernyit bingung saat melihatnya.

"Kamu akan tidur bersamaku di sini kan sayang?" tanya Liora memastikan.

"Tidak. Aku akan tidur di sofa, kau saja yang tidur di sini."

Laki-laki itu kemudian berjalan ke arah sofa, dan bersiap untuk tidur. Namun Liora tentu tak terima, malam ini dia dan Arka harus tidur bersama.

Dengan pemikiran licik, Liora membuka dua kancing piyamanya hingga membuat belahan dadanya terekspos. Lalu dia mengacak rambutnya agar terlihat sedikit berantakan.

Arka tak sadar, Liora mulai berjalan menghampirinya.

"Sayang," panggil Liora dengan manja sambil membelai lembut dada laki-laki itu.

Mendapat perlakuan tersebut, Arka tersentak kaget. Dia yang tadinya sudah mulai memejamkan mata, seketika terduduk kembali. Perempuan itu kini sudah duduk di sampingnya.

"Liora apa yang kamu lakukan, kembalilah ke tempat tidurmu!"

"Aku tidak mau tidur sendiri! Jika kamu tidur di sini, maka aku juga harus tidur di sini."

Arka menghela nafas kasar. "Baiklah, sepertinya aku harus mencari tempat tidur di luar. Jika kamu terus seperti ini, aku tidak akan bisa tidur satu kamar denganmu."

Laki-laki itu berdiri, berniat untuk kembali meninggalkan kamar itu. Namun Liora segera menahannya, dan menarik Arka hingga kembali duduk di sampingnya.

"Arka, apa kamu tidak menginginkan ku?" tanya Liora kembali menggoda. Dia semakin menempel pada Arka, membuat pandangan laki-laki itu mendadak terarah pada dua kancing piyama Liora yang terlepas.

Arka meneguk ludahnya dengan susah, berusaha menenangkan dirinya. Dia yakin perempuan itu pasti sengaja memancing nafsunya.

"Tunggu sebentar di sini."

Liora mengernyit tak paham. Laki-laki itu mulai berdiri dan berjalan ke arah meja yang menyediakan minuman untuk mereka. Arka mengambil sebuah obat dari kantong celananya, dia membeli obat itu saat di luar tadi. Dia sudah menduga Liora akan seperti ini, jadi Arka terpaksa melakukan ini.

Laki-laki itu kemudian kembali menghampiri Liora yang masih duduk di sofa, lalu memberikan segelas air putih.

"Minumlah dulu, kau sepertinya terlihat haus."

"Ah, perhatian sekali suamiku."

Dengan senang hati Liora menerima dan meminum air tersebut, tanpa dia tahu jika air itu sudah dicampur obat tidur oleh Arka.

"Jika kau sudah tidur, kau tidak bisa menggangguku lagi."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status