Share

Mentari Pernikahan Dini
Mentari Pernikahan Dini
Penulis: Selvia_Rqyanzah1104

01. Tertangkap basah

Tok Tok Tok!

"Assalamualaikum!"

Ini adalah pertama kalinya Galaksi bertamu ke rumah seorang perempuan. 

Meskipun Galaksi atau kerap kali di sapa dengan Gala itu tampan tiada obat dan jenius, tapi latar belakangnya yang hanya mahasiswa beasiswa dan berasal dari panti asuhan menjadi alasan para gadis tidak mau menyukainya. 

Hanya Mentari yang berbeda. Kekasih Gala ini begitu tulus.

"WAALAIKUMSALAM, TUNGGU SEBENTAR!"

Tak lama, seorang perempuan keluar dari dalam rumah sederhana itu.

"Kaka Gala?" Mata sembab gadis itu membulat sempurna menampilkan raut keterkejutan melihat kedatangan kekasihnya secara tiba-tiba.

Ditambah lagi sang kekasih datang dengan keadaan basah kuyup. Beberapa saat lalu, memang hujan.

"Ayo masuk dulu, Kak! Tari pinjemin handuk buat keringin badan Kakak." Mentari menarik pelan tangan Gala untuk masuk kedalam rumahnya.

Sebenarnya ada keraguan di hati Mentari mengajak Gala masuk kedalam rumah padahal rumahnya dalam keadaan kosong seperti ini.

Bukan takut kalau Gala akan berlaku tak senonoh kepadanya, Tapi Mentari takut kalau saja orang lain melihat ia berduaan dengan seorang pria dalam rumah bukan tidak mungkin akan menimbulkan fitnah dan menjadi bahan gunjingan para tetangga.

Atau yang lebih parahnya lagi ayahnya pulang dan mendapati dirinya memasukkan laki-laki kedalam rumah bukan tidak mungkin juga ia akan dimarahi habis-habisan. Tapi, dia tak tega membayangkan Gala jatuh sakit karenanya.

"Kakak tunggu di sini bentar ya! Tari mau ambilin Kakak handuk dulu." Mentari meninggalkan Gala di ruangan tamu seorang diri.

Sementara dirinya bergerak kedalam kamar untuk mengambil selembar handuk.

Mata Gala bergerak menyapu seluruh sudut ruangan tamu rumah Mentari. Bibirnya tersenyum tipis melihat rumah yang begitu bersih dan barang-barang tersusun rapi.

Sangat berbanding terbalik dengan kontrakan kecilnya yang selalu berantakan dan jarang ia bersihkan.

'Semoga suatu saat ada orang yang akan bantuin gue beres-beres biar tempat tinggal gue nggak kayak kandang babi lagi kalau kata si Alzi,' batin Gala.

Satu hal yang aneh dalam diri Gala, dirinya tidak pernah punya keinginan bertemu dengan orang tua kandungnya. Menurut Gala, orang yang telah membuangnya tidak pantas untuk ia cari lagi.

Jika dimasa lalu orang tuanya membuang dirinya, maka sekarang setelah ia dewasa ia tidak akan pernah ingin bertemu dengan orang yang telah membuang dirinya.

Gala hanya menginginkan Mentari saja dalam hidupnya. Tidak dengan yang lain.

'Tunggu Kakak lebih mapan Sayang! Maka kakak akan segera melamar kamu,' batin Gala sembari menatap foto Menteri yang terpajang di dinding ruangan tamu.

Meoong

Gala yang tengah melamun terjingkat kaget saat mendengar suara kucing, apa lagi terasa ada sesuatu yang menjilati kakinya.

Seukir senyuman terbit di wajahnya yang tampan, Gala bisa menebak siapa pelaku yang menjilati kakinya.

Gala menunduk dengan senyum yang tak luntur di wajahnya yang tampan. "Bener 'kan dugaan gue, lo pasti Boma 'kan? Yang selalu gangguin Tari telponan sama gue tiap malem."

Boma adalah kucing anggora kesayangan Mentari. Setiap kali Gala telponan atau video call dengan Mentari pasti ada saja tingkah si kucing nakal itu supaya Mentari lebih mementingkannya daripada Gala.

Meoong

Boma berlari untuk menghindar dari Gala yang berniat menggendongnya. Kucing lucu itu sepertinya tidak mau disentuh oleh Gala.

"Hei, jangan lari kamu!" Karena terlalu gemas melihat bulu Boma yang begitu indah, Gala ikut berlari mengelilingi ruangan tamu rumah Mentari.

Kucing nakal nan cerdik itu terus menghindari Gala hingga masuk kedalam kamar Mentari yang juga menjadi kamar tidur Boma selama ini.

"Boma tungguin! Lo harus kenalan dulu sama gue!" tanpa sadar Gala pun juga ikut masuk kedalam kamar Mentari sehingga membuat pemiliknya kaget bukan main.

"Kak Gala? Kakak ngapain ke kamar Tari?" tanya Mentari heran sekaligus kaget.

"Tenang aja Sayang! Kakak nggak punya niat jahat kok, Kakak nggak sengaja masuk kamar kamu karena ngejar Boma." Gala menunjuk Boma sebagai tersangka utama yang menyebabkan dirinya tersesat ke kamar Mentari.

Mentari ikut melirik Boma sekilas sampai akhirnya ia terkekeh geli melihat kucing kesayangannya yang sudah duduk manis diatas meja belajarnya.

"Boma emang suka gitu sama orang yang baru dia liat, Kak," balas Mentari dengan senyum lembut itu.

"Padahal aku cuma mau kenalan aja sama dia. Aku mau bilang kalau nanti aku yang bakal bantu rawat dia bareng kamu." Gala menghela nafas kasar karena sepertinya ia akan gagal menggendong kucing yang menggemaskan itu.

"Boma!" panggil Mentari sambil merentangkan tangannya.

Begitu patuh dan seakan paham dengan maksud Mentari, Boma melompat dari atas meja belajar lalu juga melompat ke pangkuan Mentari.

"Nih Kak, sentuh aja nggak pa-pa kok." Mentari tersenyum manis sambil mengulurkan Boma untuk disentuh oleh Gala.

Karena tak mampu lagi menahan gemas melihat bulu Boma yang begitu indah dan lebat, Gala mengusap lembut bulu kucing itu.

"Lembut banget bulunya," celetuk Gala masih dengan mengusap bulu Boma.

Selama hampir dua puluh menit sepasang kekasih itu sibuk dengan Boma, sekarang kucing itu sudah berontak dan turun dari gendongan Mentari.

Gala menatap kagum kamar Mentari yang begitu rapi, bersih dan sangat wangi.

"Nyaman banget sih suasana kamar kamu?" celetuk Gala sambil berjalan perlahan mengelilingi kamar Mentari yang tidak terlalu besar namun sangat rapi.

"Aku selalu beres-beres kamar tiap hari Kak. Aku paling nggak suka kalau kamar aku berantakan. Bagi aku tempat ternyaman di rumah ini hanya kamar aku," Mentari menyahut sambil memberi makan Boma.

"Tapi meja rias kamu kosong banget, cuma ada bedak bayi sama parfum doang," mata Gala tertuju kepada meja rias Mentari.

Mentari tertawa pelan mendengar pertanyaan Gala, "Aku cuma butuh itu aja, Kak. Aku nggak suka dandan berlebihan," sahut Mentari membuat Gala ikut tertawa kecil.

Setelah diingat-ingat kekasihnya itu memang tidak pernah terlihat memakai makeup kemanapun.

"Tapi kok bisa kamu tetep cantik meskipun cuma make bedak bayi?" tanya Gala super heran.

Padahal para wanita lain diluar sana banyak yang perawatan hingga membeli sciencer yang harganya jutaan tapi wajahnya tidak semulus wajah Mentari.

"Mana aku tau, Kak. Mungkin Allah itu berbaik hati sama aku," canda Mentari membuat Gala kembali tertawa.

"Rapi banget sih kamar kamu, Kakak jadi iri," Gala mengerucutkan bibirnya merasa iri dan ingin punya kamar serapi kamar Mentari juga. "Nanti kalau kamu udah jadi istri Kakak kamu harus bikin kamar kita serapih ini setiap saat, ya!" pinta Gala dengan segala khayalannya.

Mentari menggelengkan kepalanya mendengar Gala kembali membahas masalah jadi istri.

"Kalau nggak salah Kakak udah sering banget loh bilang soal itu dari tadi," kekeh Mentari membuat Gala terdiam sembari berpikir.

"Iya juga, ya?" bingung Gala sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Entah karena hal apa sejak pertama kali menginjakkan kaki di rumah Mentari tadi, Gala jadi terus kepikiran dan berkhayal jika suatu saat nanti mereka sudah menikah.

"Ini handuknya!" Mentari menyodorkan selembar handuk yang masih baru untuk Gala mengeringkan tubuhnya yang masih basah hingga Gala yang semulanya melamun jadi tersadar kembali.

Dengan senang hati Gala menerima handuk tersebut dan berniat pergi dari kamar Mentari karena ia harus menjaga batasannya.

Tidak elok rasanya jika Gala terus berada didalam kamar Mentari sementara rumah gadis itu masih dalam keadaan kosong.

Mentari juga mengikuti pergerakan Gala untuk keluar dari kamarnya, tapi sungguh keberuntungan sedang tak berpihak kepadanya.

Tanpa sengaja Mentari malah menginjak sebuah botol kaca yang langsung menggelinding saat di injak.

"AAAA!!!" Mentari menjerit kencang saat tubuhnya kehilangan keseimbangan dan bersiap untuk terjatuh.

Gala berbalik badan dan melotot melihat Mentari yang akan terjatuh, dengan panik tanpa memikirkan apapun lagi Gala langsung berlari dan dan menahan pinggang Mentari agar sang kekasih tidak berakhir tragis diatas lantai.

Namun sayang, bukannya berhasil membuat Mentari berdiri Gala justru ikut menginjak botol kaca bekas mainan si Boma.

Sepasang kekasih itu sama-sama memejamkan mata saat tubuh Gala yang tengah memeluk pinggang Mentari malah ikut-ikutan oleng dan...

Bruk

Keduanya terjatuh ke hamparan kasur empuk milk Mentari dengan posisi Gala diatas dan Mentari berada dibawah lingkungan pria itu.

Posisi mereka begitu intim dengan bibir saling menempel satu sama lain.

Mata keduanya terbelalak saat merasakan kedua bibir mereka menempel tanpa disengaja. Untuk sekian menit keduanya sama-sama mematung menikmati debaran jantung masing-masing.

'Apa ini yang namanya rejeki anak Soleh?' Batin Gala dengan mata mengerjap berkali-kali.

Ia masih enggan untuk melepaskan Mentari.

Sementara Mentri hanya bisa diam dengan tanpa bergerak karena jujur saja ini adalah ciuman pertamanya yang berhasil diambil tanpa sengaja oleh Galaksi, kekasihnya sendiri

****

Di sisi lain, di luar rumah orang tua serta adik tiri Mentari yang baru pulang mengernyit heran melihat motor Scoopy terparkir di depan rumah mereka.

Dia, ibu, dan ayah tirinya baru saja pulang dari Mall menghabiskan waktu akhir pekan mereka cuma bertiga tanpa mengikutsertakan Mentari.

"Ini motor siapa?" Marwan Ayah Mentari bertanya kepada istri dan anak tirinya.

"Fania kayaknya pernah liat motor ini deh, Yah." 

Mata Fania membulat sempurna saat ia bisa menebak siapa pemilik motor Scoopy yang terparkir di depan rumahnya.

"Kamu kenapa sayang? Kamu kenal pemilik motor ini?" Ibunya bertanya dengan tidak sabarnya.

"Ini tuh motornya si miskin sebatang kara pacar Kak Mentari yang aku maksud itu loh Yah, Bu," beritahu Fania kepada orang tuanya dengan menggebu-gebu.

"Berarti anak itu berani memasukkan laki-laki kedalam rumah disaat rumah dalam keadaan sepi?" Ayahn Mentari terlihat menahan marah terbukti dengan rahangnya yang mengeras.

Ibu tiri Mentari menahan senyum. Dengan cepat, dia mengusap pelan pundak sang suami. "Sabar, Mas! Mungkin pacarnya Mentari cuma bertamu, apa salahnya 'kan?" ujarnya dengan suara sok dilembut-lembutkan.

Ketiga orang itu masuk kedalam rumah secara bersamaan dan mereka tidak mendapati seorang pun di ruangan tamu.

"Loh kok mereka nggak ada disini?" Fania saling pandang dengan ibunya melempar pandangan licik masing-masing.

"Apa jangan-jangan ...?" Fania menjeda kalimatnya membuat ayah tirinya menatapnya penuh tanda tanya.

"Jangan-jangan apa, Nia?" tanya Marwan terlihat tak sabar.

Tanpa menjawab pertanyaan sang ayah, Fania berlari menuju kamar Mentari. Tapi saat baru tiba diambang pintu Fania mematung dengan wajah syoknya.

"AAAA!! AYAH KAK MENTARI MESUM SAMA PACARNYA DI DALAM KAMAR!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status