Share

02. Keputusan

last update Last Updated: 2023-12-26 11:59:45

Mendengar teriakan itu, spontan Mentari mendorong tubuh Gala dari atas tubuhnya agar sang ayah tak melihat kejadian yang tidak disengaja itu.

Namun percuma, Fania lebih cerdik dari itu. Dengan liciknya Fania malah memotret bagaimana Gala yang tidak sengaja berciuman dengan Mentari.

Marwan dan istrinya sontak berlari cepat ke arah suara teriakan Fania yang berasal dari arah kamar Mentari.

"Ada apa, Sayang?" Rosa menatap panik anak kesayangannya yang baru saja berteriak.

Tanpa ragu Fania menunjuk Gala dan Mentari yang saat ini hanya bisa menunduk tak berani melihat kedatangan Mawan dan juga Rosa.

"Nia liat mereka lagi berbuat mesum, Ayah," beritahu Fania, ia tentu saja mengerang bebas.

Lidah Fania seolah tak bertulang mengatakan kalimat hina itu tentang Mentari.

"Kamu jangan Fitnah aku, Nia! Itu cuma salah paham, aku cuma mau pinjemin Kak Gala handuk." Mentari mencoba membela dirinya sedangkan Gala hanya diam karena belum saatnya ia bicara.

"Gue nggak fitnah, gue ada buktinya," sahut Fania.

Satu tangan Fania terangkat memegang ponselnya tinggi-tinggi.

"Kalau cuma minjemin handuk, lalu kenapa PACAR kamu ini ikutan masuk ke kamar kamu?" Rosa malah semakin menambahkan agar Marwan lebih mempercayai Fania.

Marwan yang mulai terpengaruh pun menatap marah Mentari yang kembali menunduk.

"Siniin HP kamu, Nia! Ayah mau liat." Dengan rahang mengeras Marwan meminjam ponsel Fania untuk melihat sendiri bukti apa yang Fania punya.

"Ini, Yah. Tapi jangan dibanting ya HP, Nia! Ini tuh handphone mahal soalnya," peringati Fania sebelum memberikan ponselnya kepada Marwan.

Marwan tidak menggubris, ia mengambil ponsel milik Fania tanpa banyak bicara.

Rahang Marwan semakin mengeras saat bisa melihat jelas sebuah foto tidak senonoh yang di dalamnya adalah anak kandungnya sendiri.

Darah Marwan seketika mendidih bersamaan dengan wajah dan matanya yang memerah menandakan kemarahan yang luar biasa.

"DASAR ANAK TIDAK TAU DIRI!"

Deg

Mentari memejamkan mata saat bentakan itu diberikan oleh ayahnya sendiri. Satu-satunya keluarga kandung yang masih Mentari miliki setelah ibunya meninggal beberapa tahun silam.

Tapi, ini bukanlah hal baru lagi bagi Mentari, Ia sudah terbiasa dengan sikap kasar ayahnya semenjak sang ibu meninggal dunia apalagi sejak ayahnya itu beristri baru.

"Sekarang kalian berdua ikut saya!"

Setelah mengatakan itu Marwan berlalu begitu saja disusul oleh Fania dan ibunya yang sempat-sempatnya melempar senyum miring kepada Menteri.

Sebenarnya tadi kedua ibu dan anak itu sudah melihat bahwa Gala tak sengaja terjatuh diatas tubuh Mentari dari jendela. Tapi mereka membuat drama seolah-olah itu adalah kesengajaan yang Mentari perbuat.

Percepat saja, kini mereka semua sudah berada di ruang tamu.

"Hebat kamu, Mentari." Marwan menatap nyalang putrinya yang masih menunduk. "Bukannya membalas jasa saya yang telah bersusah payah membesarkan kamu, kamu malah berbuat hal yang tak senonoh di rumah saya."

"Tari bisa jelasin Ayah. Ini hanya salah paham." Mentari mencoba membela diri.

Saat ini Mentari tengah berdiri disamping Gala yang sama sekali tidak bersuara dari tadi.

Meskipun ini hanya kesalahpahaman, namun Gala tau letak kesalahannya di mana. Tidak seharusnya Gala masuk kedalam kamar seorang gadis disaat rumah gadis itu tengah kosong.

"Saya kecewa sama kamu, Mentari. Saya menyesal telah punya anak seperti kamu, kenapa kamu tidak bisa menjadi seperti adikmu. Dia selalu tahu bagaimana caranya membahagiakan orang tua."

Air mata Mentari semakin mengalir deras saat lagi dan lagi dirinya dibanding-bandingkan dengan adik tirinya.

"Tari kurang apa lagi, Yah? Harus bagaimana lagi caranya supaya Tari bahagiain, Ayah? Hiks ... Ta-Tari udah bisa masuk kampus favorit dengan beasiswa, Tari juga udah dapet piala dan berbagai piagam dari berbagai kejuaraan. Tari harus gimana lagi, hiks?"

Kadang Mentari heran sendiri, sebenarnya apa kelebihan Fania daripada dirinya? Kenapa Fania selalu dianggap sempurna sedangkan dirinya yang selalu mencoba untuk menjadi lebih baik selalu tidak dihargai.

Setahu Mentari, Fania tidak memiliki prestasi apapun kecuali hobi shopping dan menghambur-hamburkan uang.

Apakah Itu yang harus ia tiru?

"Kalau kamu memang mau membahagiakan ayah kamu, lalu kenapa kamu memasukkan laki-laki ke dalam kamar kamu disaat rumah dalam keadaan kosong, Mentari?"

Rosa sok memasang wajah kecewanya menatap Mentari seolah-olah dirinya ikut kecewa dengan apa yang Mentari lakukan.

Padahal aslinya ia sudah tertawa puas dalam hati melihat Mentari sudah berada dalam masalah besar.

"Tapi Bu---"

"DIAM KAMU MENTARI! SAYA SUDAH MUAK MELIHAT WAJAH KAMU!" bentak Marwan sembari mengangkat tangannya tinggi-tinggi. 

Melihat itu, Gala mengepalkan tangannya kuat-kuat saat satu-satunya orang yang ia sayangi di dunia ini kini dibentak dan dihina di depan matanya.

Terlebih, kala adik dan ibu tiri kembali berdrama.

"Kak Mentari sebagai Kakak aku harusnya berikan contoh yang baik sama aku. Kalau udah gini Ayah sama ibu juga yang bakal malu sama tetangga, mau tarok dimana muka mereka kalau sampai elo yang orang-orang kenal baik selama ini malah hamil diluar nikah."

"Apa yang adik kamu katakan benar, Mentari. Ibu nggak mau menanggung malu kalau sampai ada tetangga yang tau kalau kamu membawa seorang laki-laki ke dalam kamar."

"Tapi aku nggak berbuat apa---"

"DIAAAM!!"

Marwan berteriak sambil berdiri lalu membawa langkahnya untuk lebih dekat kepada putrinya.

"Kamu, kenapa kamu diam sedari tadi? Apa saja yang telah kamu lakukan kepada anak gadis saya?"

Kini Marwan menunjuk Gala yang masih berdiri disamping Mentari dengan wajah tenangnya.

Inilah salah satu hal istimewa dalam diri Gala. dalam situasi seperti apapun pria itu akan tetap bersikap tenang agar tidak gegabah dalam mengambil keputusan.

"Kalau saya jawab jujur apakah Om akan percaya?"

Gala memberanikan diri untuk mendongak menatap kedua mata Marwan dengan berani.

"Jawab dengan jujur! Saya tidak mau lagi mendengar kebohongan," tekan Marwan.

"Saya tidak berbuat apapun kepada Mentari. Saya hanya ..."

"Hanya apa, Hah? HANYA MENGAMBIL KEHORMATAN GADIS BODOH INI?!" teriak Marwan sangat marah.

Bugh

Satu pukulan mendarat di rahang Gala sehingga membuat sudut bibirnya robek dan mengeluarkan cairan kental berwarna merah.

Tapi Gala sama sekali tidak bereaksi apa-apa. Ia masih berdiri ditempat semula, bahkan ia sama sekali tidak meringis.

"CUKUP, AYAH HENTIKAN!" Mentari yang masih menangis itu memekik saat ayahnya malah memukuli Gala.

Marwan terkekeh sesinis saat Mentari berani berteriak kepadanya hanya demi membela laki-laki miskin itu.

"Setelah berbuat mesum dirumah saya sekarang kamu juga berani berteriak kepada saya?" desis Marwan.

"Bukan seperti itu maksud Tari, Ayah."

Mentari mencoba meraih tangan sang Ayah untuk meminta maaf. Tapi tangannya malah ditepis kasar hingga ia hampir terjatuh jika saja Gala tidak menahan tubuhnya.

"Dasar anak tidak tahu diri! Pergi kamu dari rumah saya!"

Pria paruh baya itu dengan teganya mengusir anak kandungnya dari rumah hanya karena sebuah kesalah pahaman dan tidak membiarkan putrinya menjelaskan.

"Maafin Tari, Ayah! Tari nggak maksud bentak Ayah." Mentari dengan air mata meleleh tiada henti terus memohon maaf agar tidak diusir.

"Usir saja dia, Mas! Kamu mau menanggung malu karena punya anak yang hamil di luar nikah?"

Mendengar hal itu Mentari hanya bisa menangis, Sedangkan Gala pria yang berdiri di samping Nafisa tidak tega melihat gadis yang ia cintai di usir dari rumah begitu saja.

"Saya akan menikahi Mentari dan membawanya pulang bersama saya jika kalian tidak menginginkannya lagi," ujarnya begitu lantang dan sangat yakin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mentari Pernikahan Dini    63. Berubah manis (Ending)

    Tahun demi tahun telah berganti, kini kehidupan Galaksi dan Mentari telah banyak berubah.Kontrakan kecil mereka dulu kini sudah berubah menjadi rumah mewah yang di bangun dari hasil kerja keras Gala dan Mentari, Alzi juga sudah mekahi Arumi dan berhasil merebut kembali haknya dari Om Nino setelah ia lulus kuliah.Gala dan Alzi juga telah membangun sebuah rumah sakit mewah untuk istri mereka sesuai dengan cita-cita kedua perempuan itu yang ingin memiliki rumah sakit sendiri.Fakta mengejutkan juga terjadi, Bu Santi ternyata adalah ibu kandung Gala dan Tuan Surya si lintah darat ternyata ayah kandungnya. Saudara kembar Gala ternyata telah meninggal dunia setelah kejadian naas yang menimpa keluarganya kala itu, dan Tuan Surya kini sudah tobat dan berhenti menjadi rentenir.Gala sudah menerima orang tuanya, mereka terpisah bukan karena keinginan orang tuanya. Gala tidak membenci mereka karena ia tau mereka juga tersiksa karena mencari dirinya selama

  • Mentari Pernikahan Dini    62. Suara indah

    Gala memandang nanar kaki kirinya yang terpasang gips, mendengar dari istrinya bahwa kaki kirinya retak membuat Gala syok berat. Mentari masih setia memeluk sang suami sambil menangis, Mentari tak kuasa melihat wajah sedih Gala saat pertama kali ia katakan bahwa kaki Gala retak dan butuh waktu selama empat bulan untuk menyembuhkannya. “Kak Gala nggak perlu mikirin apapun, cuma empat bulan, Kak. Abis itu kaki Kakak bakalan sembuh lagi.” Gala menatap istrinya begitu sendu. “Iya cuma empat bulan, tapi menjalang itu kita gimana? Gimana caranya Kakak bisa kerja dalam keadaan kaki di gips kayak gini?” Gala pusing membayangkan mereka akan makan apa kedepannya, dengan apa ia harus membayar uang kontrakan kalau dirinya tidak bekerja. Untungnya skripsi Gala telah selesai dan tinggal menunggu hari wisuda, harusnya Gala sudah langsung bekerja di salah satu perusahaan besar setelah mendapatkan ijazah. Tapi

  • Mentari Pernikahan Dini    61. Tangisan

    “Keadaan pasien sudah baik-baik saja, operasinya berjalan lancar.” “Hufff ….” Mentari menghela nafas lega, pasokan udara yang mulanya seolah menghilang dari paru-parunya kini kembali terisi penuh dan Mentari sudah bisa bernafas dengan leluasa. Begitu pula dengan Alzi dan Arumi, keduanya juga nampak lega mendengar kabar baik dari Dokter yang baru saja selesai menangani operasi Gala. “Tapi saya juga membawa kabar buruk, kaki kiri pasien mengalami retak sehingga harus dipasangkan gips.” Deg Ucapan Dokter itu membuat Mentari kembali menegang, sebenarnya tak apa apapun yang terjadi pada Gala Mentari akan tetap menerima asalkan nyawa suaminya itu terselamatkan. Tapi Mentari memikirkan bagaimana nanti reaksi Gala saat mengetahui bahwa kakinya retak, Mentari sangat paham kalau tulang retak tidak akan bisa sembuh dalam waktu singkat. Paling cepat mungkin bisa mencapai waktu empat bulan, b

  • Mentari Pernikahan Dini    60. Tentang keadaan Galaksi

    Duduk sendirian di atas lantai dingin rumah sakit dengan perasaan kalut luar biasa, itu yang Mentari rasakan saat ini. Di depan ruangan operasi yang lampunya sedang menyala pertanda bahwa operasi sedang berlangsung Mentari duduk seorang diri.Tangis perempuan berusia dua puluh satu tahun itu tidak reda sejak melihat langsung betapa menyedihkannya keadaan sang suami yang kini tengah berjuang antara hidup dan mati.Orang-orang yang berlalu lalang di koridor rumah sakit hanya bisa menatap iba Mentari, mata gadis itu sudah bengkak dan memerah tapi tangisnya belum berhenti.“Apa engkau juga akan mengambil suamiku setelah engkau renggut ibu ku, Tuhan? Aku harus dengan siapa kalau Kak Gala benar-benar pergi?”Mentari menjerit pilu, ia tak peduli akan semua orang yang tengah menatapnya. Yang Mentari inginkan sekarang hanyalah keselamatan Galaksi, suaminya.Dunia Mentari sekarang berpusat pada Gala, hanya demi Gala ia memilih tetap hidup di dunia

  • Mentari Pernikahan Dini    59. Hancur

    Dunia seakan runtuh tepat menimpa kepala Mentari saat ini, tubuhnya bergetar hebat dengan nafas terasa berat melihat pemandangan menyakitkan mata di depan sana.“K-kak Gala.” Bahkan untuk bicara sepatah kata saja suara Mentari langsung bergetar, bahkan hampir tak terdengar.“Maaf, Nak. Kamu kenal korban itu?”Kesadaran kembali mengambil alih tubuh Mentari.“Di ma-na korban motor Scoopy merah itu, Pak?” tanya Mentari terbata, jari telunjuknya terulur menunjuk motor Scoopy yang mentari yakini seratus persen adalah motor suaminya.“Ada seberang sana, Neng.” Bapak-bapak itu menunjuk halte bus di seberang jalan. “Keadaannya cukup parah, tapi masih beruntung dari pada korban lain yang langsung meninggal di tempat.”Mata Mentari tertuju ke halte bis yang ditunjukkan oleh warga itu, di sana Mentari dapat melihat ada beberapa orang yang tengah menjaga korban kecelakaan.“Bilang sama Tari, kalau itu bukan Kak Gala.” Mentari terus berceloteh di sepanjang larinya menuju seberang jalan.Karena kec

  • Mentari Pernikahan Dini    58. Tragedi di tengah hujan

    “Kak Gala kok nggak bisa dihubungi ya, Alzi juga nggak angkat telpon dari aku. Harusnya Kak Gala udah sampai di cafe.”Mentari meremas erat ponsel yang baru saja ia gunakan untuk menghubungi Gala dan Alzi, tapi ponsel keduanya yang sama-sama tidak bisa dihubungi membuat perasaan Mentari semakin cemas.Jika ponsel Gala tidak aktif, Alzi malah tidak menjawab panggilan darinya.“Kemana aja sih mereka?”Dalam rasa gelisah yang melanda, Mentari juga merasa kesal dalam waktu bersamaan.Sudah tiga puluh menit sejak Gala pergi, harusnya suaminya itu sudah sampai di cafe.“Kalau Kak Gala udah sampe kenapa dia nggak ngabarin aku?” Pertanyaan itu lolos dari bibir Mentari.Hati Mentari semakin tak tenang memikirkan keberadaan suaminya, kenapa disaat ia benar-benar butuh kabar seperti ini Gala malah tidak memberinya kabar.“Aku makin nggak tenang kalau gini caranya, aku harus susul Kak Gala sekarang juga.”Tanpa pikir panjang, Mentari langsung menyambar tas selempang kecil yang hanya muat satu han

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status