Share

07. Tangis Mentari

"Coba lo ulangi lagi, Gal! Siapa tau aja gue salah denger?"

Arumi menatap Galaksi dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Nggak, Rum. Lo nggak salah denger, gue sama Mentari emang udah nikah kemarin."

Jawaban Galaksi berhasil membuat Arumi terduduk seketika. Arumi beralih menatap sahabatnya yang hanya diam menunduk.

"Kenapa kalian tiba-tiba nikah? Lo nggak hamil 'kan?" tanya Arumi membuat mentari menatapnya dengan tajam.

"Serendah itu kamu mikir tentang aku, Rum?" 

Mendadak Arumi merasa bersalah. "Sorry kalau ucapan gue bikin lo tersinggung. Tapi gue perlu tau alesan kenapa kalian menikah?"

"Ada apa, Gal? Apa yang gue nggak tau?" Kini giliran Alzi menanyai Gala.

"Gue sama Mentari menikah karena kesalahpahaman---"

Suami istri muda itu lalu menceritakan seluruh kejadian yang mereka alami alasan mengapa mereka bisa menikah secara mendadak.

"Gue nggak punya pilihan lain selain nikahin Mentari. Gue nggak mungkin tega biarin gadis yang gue cintai harus diusir dari rumah dan nggak tau harus kemana." Galaksi tersenyum tipis. "Lagian mau itu sekarang ataupun besok sama aja bagi gue. Gue bakalan tetep nikahin Mentari," lanjutnya.

"Emang biadab itu si lampir sama nenek sihir. Tega banget mereka nyingkirin elo dari rumah lo sendiri." Arumi mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Bukan Arumi yang diperlukan seperti itu, tapi rasa sakit yang Mentari rasakan dapat Arumi rasakan juga. 

"Tega banget ayah lo, Tar. Itu lidahnya nggak berat apa bilang mutusin hubungan sama anak kandungnya sendiri?" Sungguh Alzi tak habis pikir dengan isi otak si botak Marwan itu.

"Emang ada baiknya juga Tari tunggal disini. Mereka selalu perlakukan Mentari dengan tidak baik dan sangat tidak adil,” tambah Arumi diangguki Alzi.

"Setelah gue sukses nanti mereka bakal terima serangan balik dari gue," gumam Gala yang hanya bisa didengar oleh Alzi saja.

"Sekarang udah ngobrolnya, kamu cepetan beli obat buat Mentari!" titah Arumi teruntuk sang kekasih tercinta Alzi Abraham sang pewaris tunggal keluarga konglomerat yang sayangnya hidupnya harus diatur oleh pamannya sendiri.

Di sini hanya Arumi yang kehidupannya lebih baik. Meskipun berasal dari keluarga sederhana hidup pas-pasan, setidaknya Arumi punya kedua orang tua yang sangat menyayangi dirinya.

"Siap Ayang!" Alzi memperagakan hormat kehadapan sang kekasih. "Babang Alzi akan pergi sekarang juga," lanjutnya dengan segala tingkah tengilnya.

"Rum, gue titip Mentari dulu ya. Gue mau bikinin dia sarapan dulu," pinta Gala dibalas acungan jari jempol dari Arumi.

Gala beranjak menuju dapur kecilnya yang hanya ada satu kulkas, satu meja kecil tempat kompor gas, satu rak piring kecil dan tidak ada meja makan.

Hanya sebuah tikarlah yang menjadi tempat Gala makan selama ini. Tapi Gala tetap bersyukur dengan hidupnya meskipun hidup serba kekurangan dan sebatang kara, bahkan Gala sama sekali tidak tau siapa orang tuanya ataupun seperti apa rupa mereka.

Gala tidak mau tau mencari tau siapa orang tua kandungnya, baginya orang yang sudah membuangnya tidak ada gunanya ia cari lagi.

Bagi Gala, ia hanyalah seorang anak malang yang ada karena tidak diinginkan. bisa jadi dia anak dari wanita malam dan wanita itu membuang dirinya setah lahir.

Gala sebodoh amat dengan siapa dirinya yang sesungguhnya, Gala akan membuktikan dirinya akan sukses meskipun ia hanya hidup sebatang kara.

Gala menggeleng mengusir pikiran tenteng orangtunya. Ia kembali fokus pada bahan makanan di depannya.

"Biasanya kalau orang sakit makannya bubur 'kan ya? Ya udah deh, bikinin Tari bubur aja."

Gala berceloteh seorang diri sambil bergerak lincah dan begitu fasih dengan alat serta bumbu-bumbu dapur yang ia pegang.

"Gue harus kerja lebih rajin lagi nanti. Sekarang gue harus berusaha bikin Mentari bahagia dan kalau gue banyak uang dan enggak miskin lagi dia bakalan bahagia."

Semangat seorang Galaksi untuk meraih sebuah kesuksesan semakin bertambah sejak Mentari menjadi istrinya.

"Jangan bilang setelah menikah lo juga berubah jadi orang sinting, Gal?" Alzi yang baru pulang dari apotek langsung menghampiri Gala ke dapur dan tanpa disengaja ia melihat Sahabatnya itu berbicara sendiri

Gala mendengkus kasar melihat kedatangan Alzi. "Gue cuma lagi merancang buat cari kerjaan tambahan supaya bisa kasih yang terbaik buat Mentari," sahut Gala membuat Alzi menghela nafas kasar.

"Beban lo makin gede aja setelah menikah. Lo nggak perlu cari kerja tambahan, gue selaku bos yang baik bakal naikin gaji lo asalkan lo mau sesekali nyanyi juga di Cafe."

Gala terlihat berpikir sejenak mendengar penawaran dari sahabat sekaligus bos nya itu. Biasanya Gala hanya bekerja sebagai juru masak di Cafe Alzi, tapi beberapa waktu terakhir ini Alzi meminta dirinya untuk menjadi penyanyi juga karena kebetulan Gala memiliki bakat dalam menyanyi.

"Boleh deh, tapi gue nggak mau kerja sampai larut malam karena gue nggak mungkin biarin istri gue sendirian di kontrakan."

"Oke, nggak masalah. Lo bisa pulang jam sembilan malam, satu jam lebih terlambat daripada biasanya."

"Oke Pak Bos, berarti fiks nih ya gaji gue dinaikin?" canda Gala sehingga membuat Alzi gemas mendengar panggilan pak bos dari Sahabatnya sendiri.

Iya, Alzi gemas ingin menampol.

"Serah lo, dah." Alzi menatap kesal Galaksi tapi merasa terenyuh dalam hati. 'Selagi gue mampu buat bantuin lo maka bakal gue lakuin apapun itu, Gal,' lanjutnya dalam hati.

Melihat senyum Gala yang seperti tanpa beban membuat Alzi merasa bangga dengan sahabatnya ini.

Alzi sangat tau bahwa pikiran Gala tak setenang wajahnya. Beban yang dipikul Gala semakin bertambah besar untuk kedepannya.

Belum lagi kalau Gala juga harus punya anak, tapi Alzi berharap Sahabatnya itu menunda untuk punya anak setidaknya menjelang mereka lulus kuliah dan Gala sudah mendapatkan pekerjaan yang tepat.

Alzi yakin tidak akan sulit bagi Gala yang memiliki otak yang sangat cerdas untuk mendapatkan pekerjaan setelah gelar sarjana sudah berhasil ia dapatkan.

Beralih ke dalam kamar, kini Menteri tengah dibantu duduk oleh Arumi.

"Lo kuat nggak? Kalau nggak kuat mending tiduran aja dulu!" tutur Arumi dengan sangat perhatian.

Bersahabat selama bertahun-tahun membuat dua gadis itu saling menyayangi layaknya saudara kandung.

"Aku kuat kok, Rum. Aku juga udah agak baikan kok," jawab Mentari dengan senyum menenangkan.

"Jangan terlalu dipikirin masalah lo, Tar! Gue tau mental lo nggak baik-baik aja karena masalah ini. Tapi tolong pikirin kesehatan lo sama perasaan Gala juga!"

"Pasti Kak Gala makin terbebani dengan adanya aku ya, Rum? Baiknya aku ini emang mati aja sekalian nyusulin ibu ke surga."

Arumi menggeleng kuat. "Bukan gitu maksud gue, Tari ... lo nggak boleh ngomong gitu! Mati nggak akan bisa nyelesain masalah, jadi stop punya pemikiran sesempit itu!"

"Aku ini cuma bakalan jadi beban buat Kak Gala, Rum. Aku nggak mau bikin dia susah cuma karena harus hidupin aku juga. Akan jauh lebih baik kalau aku mati aja, Rum," balas Mentari dengan mata berkaca-kaca.

"Berhenti punya pikiran kayak gitu, Mentari!" Sela Gala yang baru memasuki kamar kontrakannya bersama Alzi.

Gala berjalan cepat dengan semangkok bubur yang ia bawa.

"Kamu mau ninggalin Kakak sendirian di dunia ini, Tari?" lirih Gala dengan suara bergetar menahan tangis.

Jika saja Mentari dibiarkan sendiri dalam keadaan seperti ini bukan tidak mungkin Mentari akan berbuat nekat dan menyakiti dirinya sendiri dan Gala tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Selam Kakak hidup di dunia ini baru kali ini Kakak ngerasa memiliki keluarga dengan hadirnya kamu, Tari. Jadi kamu mau menghancurkan banyak harapan yang sudah Kakak bangun untuk kita?"

Menteri menggeleng kuat. Tatapan kosong yang Gala tunjukkan sudah cukup membuat hati Mentari terenyuh.

"Maaf, Kak Gala. Maafin Tari, hikss Tari nggak maksud bikin Kakak sakit hati."

Mentari menangis sejadinya sambil memeluk Gala dengan erat.

"Jangan pernah bicara seperti itu lagi Mentari! Kita akan hadapi semuanya."

Mentari semakin terisak dengan pelukannya kepada Gala yang semakin erat. Sementara itu, Arumi dan Alzi yang menyaksikan itu dibuat ikut meneteskan air mata haru.

"Ingus kamu meler tuh!" Ucapan Arumi sontak membuat Alzi mendelik.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status