Beranda / Romansa / Menulis Ulang Takdir / Bab 4 - Sikap yang Mulai Berubah

Share

Bab 4 - Sikap yang Mulai Berubah

Penulis: vitafajar
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-21 23:55:20

Lyra memandang pria itu dengan tajam. Dadanya bergemuruh seperti guntur yang siap meledak. Tatapannya menusuk, seolah ingin menembus kedalaman jiwa pria itu. Wajahnya memerah, menahan amarah. Tangannya mengepal erat, urat-urat di tangannya menegang. Lyra bisa merasakan seluruh tubuhnya bergetar, dipenuhi oleh energi yang siap meletus. 

 Adegan pengkhianatan itu kembali terngiang dalam kepala. Dia ingin meluapkan emosi pada pria itu. Mempertanyakan, di mana letak kesalahan yang dia buat sampai tega menyakitinya seperti ini? Namun, tiba-tiba sebuah tepukan kecil Della menyadarkannya. Menariknya ke kenyataan bahwa dia kini berada di 20 tahun sebelum mereka menghancurkan hidupnya.

 "Lyra, kamu kenapa?" tanya Della, wajahnya terlihat sangat khawatir tapi itu tidak akan membuat Lyra tertipu lagi.

 "Tidak apa-apa," jawabnya singkat. 

 Lyra segera berjalan menuju meja kosong yang ada di paling belakang. Mengabaikan pandangan Adrian dan Della yang kebingungan. 

 "Lyra," panggil Adrian. Dia menatap Della sekilas, belum sempat dia bertanya, tiba-tiba dosen masuk, kelas akan segera dimulai.

 Lyra merasakan tatapan tajam yang mengarah padanya, tapi dia tidak peduli. Dia tidak ingin berurusan lagi dengan Della ataupun Adrian. Dia ingin segera lepas dari mereka. Tetapi takdir berkata lain. Seolah ada kekuatan gaib yang terus mempersatukan mereka, mengikat Lyra dalam pusaran takdir yang tak bisa ia hindari.

 Seperti yang terjadi saat ini, di saat Lyra berkata bahwa dia tidak bisa lagi bersama dengan Adrian, pria itu malah mengira dirinya sedang bercanda. Padahal dia sudah menunjukkan keseriusan, tapi Adrian seakan tidak tahu malu dengan terus mengikutinya.

 Della juga terus saja mempersatukannya dengan Adrian. "Lyra, jangan seperti ini. Adran sudah bersusah payah membuktikan cintanya, rela melakukan apa saja demi membuatmu tersenyum," ucap Della ketika melihat Lyra, untuk kesekian kalinya bersikap dingin pada Adrian.

 Lyra berbalik, tatapannya dingin, membuat Della tersentak. Lyra yang selalu patuh, kini menatapnya dengan kebencian yang tak terselubung.

 "Lyra," panggil Della hati-hati, dia menepis pikirannya, tersenyum hangat pada Lyra.

 Lyra mengerjapkan mata, perlahan dia memaksakan senyumannya lalu berkata, "Maaf, aku hanya kurang sehat."

 Della menghela napas lega. Dia tersenyum sambil menggandeng tangan Lyra. "Lyra, kamu tahu, tidak? Tadi, aku sempat berpikir kalau kamu sedang menghindariku. Aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan tanpamu, Lyra," ucapnya sambil memanyunkan bibir, memperlihatkan dirinya yang teramat sedih dengan sikap Lyra.

 Lyra hanya tersenyum kecil, perlahan dia melepaskan tangan Della, kembali membuat jarak di antara mereka. "Della, aku harus ke perpustakaan. Ada buku yang harus aku pinjam," katanya, hendak berbalik ketika Dellan lagi-lagi menginterupsi.

 "Aku ikut!" 

 Lyra ingin menolak, tapi Della menempel seperti parasit. Dia akhirnya hanya bisa membiarkan sambil wanita itu terus saja mengoceh.

 "Ngomong-ngomong, kamu mau pinjam buku apa, Lyra?"

 Lyra menoleh, tatapannya dingin, dia lalu melihat ke arah sebuah tanda yang mengatakan bahwa mereka tidak boleh berisik di area perpustakaan. Della tercengir kemudian dia mendatangi sebuah rak sambil terus mendekati Lyra.

 Lyra sengaja berlama-lama di perpustakaan, dia seolah mengulur waktu. Dalam hatinya menghitung mundur ketika akhirnya Della mendekati dan berbisik, "Lyra, aku keluar dulu, ya. Kalau kamu sudah selesai, aku ada di taman."

 Lyra mengangguk lalu kembali pada aktivitasnya. Dia sudah menduga bahwa Della tidak akan tahan berlama-lama di tempat ini. Dia pun sama, tapi ruangan yang hening seperti ini sangat berarti baginya. Masih ada beberapa kelas yang harus dia hadiri dan itu akan sangat menyebalkan jika terus mendengar ocehan Della yang menyebalkan.

 Cukup lama Lyra terbenam dalam buku bacaannya sampai alarm ponselnya berbunyi. Tanda bahwa pelajaran selanjutnya akan segera dimulai. Dia memasukkan buku-bukunya ke dalam tas lalu mengambil sebuah buku yang harus dia pinjam. 

 Ketika dia berbalik, tubuhnya bertabrakan dengan tubuh seorang pria. Dia mendongak, saat itu matanya bertemu pandang dengan sepasang mata yang sangat tidak asing baginya. 

 Sesaat Lyra hanya diam, tapi otaknya sudah berkelana. Dia merasa pernah menatap mata itu di suatu tempat tapi dia tidak bisa mengingat tepatnya kapan dia bertemu dengannya.

 "Jika kamu sudah tidak apa-apa, tolong, angkat kakimu dari kakiku," ucap pria itu.

 "Oh, maaf." Lyra tersadar, rupanya ketika mereka bertabrakan, tubuhnya terhuyung dan menyebabkan kakinya tanpa sengaja menginjak kaki pria itu.

 Pria itu tidak berkata-kata, dia langsung pergi meninggalkan Lyra sendirian yang termenung sambil terus menatap punggungnya yang menjauh.

 Lyra pergi menuju ruang kelas dengan pikiran yang masih berkelana. Mata pria itu sangat mengganggunya tapi dia malah tidak bisa mengingat apapun. Dan itu sangat menjengkelkan.

 "Lyra," panggil Della ketika dilihatnya Lyra hanya diam saja ketika dia berbicara.

 Lyra menoleh tapna bicara.

 "Kamu lagi mikirin apa, sih?" Della terlihat kesal karena merasa diabaikan.

 "Tidak." Lyra melihat jam tangannya lalu berkata, "Della, aku harus pergi. Maaf tidak bisa pulang bersama."

 "Apa? Bukannya kamu sudah berjanji mau pergi berbelanja bersama denganku?" Della semakin kesal.

"Apa?" Lyra tidak ingat dia telah mengucapkan janji itu. Tapi dalam otaknya tiba-tiba terbayang sebuah adegan yang terjadi kemarin. Hari sebelum dia kembali ke masa kini. "Oh, iya. Maaf, aku lupa."

 Saat itu Adrian sudah tiba di tengah-tengah mereka. Lyra langsung berkata, "Adrian, tolong temani Della berbelanja, ya."

 "Lyra, mana bisa seperti ini," ucap Della kesal. "Kamu tidak bisa membatalkan janjimu seperti ini."

 Lyra memasang wajah menyesal, sambil tersenyum kecil dia berkata, "Maaf, Della. Aku berjanji akan menggantinya di lain waktu."

 Lyra segera pergi tapi Della mengejarnya dan diikuti Adrian. "Lyra," panggilnya berbisik. "Bagaimana mungkin aku pergi berduaan bersama dengan kekasih sahabatku?"

 Lyra melihat Adrian dan Della bergantian, nada suaranya santai, "Kenapa? Apa kamu akan mengkhianatiku dan berselingkuh dengan kekasihku?"

 Della membelalak, dia tidak menyangka Lyra akan mengatakan kata-kata tajam seperti itu dengan nada santai seolah itu bukan masalah baginya. "Lyra, apakah kamu menuduhku akan melakukan hal keji itu?"

 "Lalu, kamu tidak akan melakukannya? Apakah kamu akan memilih sahabatmu yang sudah sangat mempercayaimu?" Lyra bertanya lagi, seolah memojokkan Della yang sudah tidak bisa berkutik.

 "Hahaha," tawa Adrian mengintervensi perselisihan tersembunyi antara Lyra dan Della. "Lyra, yang benar saja! Mana mungkin Della melakukan itu ketika dia yang mempertemukan kita." 

 Adrian merangkul bahu Lyra lalu kembali berkata, "Aku yakin Della sebenarnya hanya tidak mau kamu salah paham. Kalian 'kan sahabat sejak SMA, dia pasti tidak akan sanggup menyakiti sahabatnya."

 Lyra mengangguk-angguk, dia melepaskan rangkulan Adrian tanpa ragu lalu berkata, "Kalau gitu, pergilah belanja berdua. Maaf, aku tidak bisa menemani kalian. Aku akan ganti di waktu lain. Oke?"

 ***

 Bersambung~

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 18 - Pertarungan di Meja RUPS

    Lyra tidak tidur malam itu. Dia hanya minum kopi dan mengulang presentasinya. Dia memvisualisasikan skenario, Peter akan mencoba menekan, merendahkan, dan memutarbalikkan fakta. Dan dia harus melawan dengan fakta dingin dan ketenangan yang dia pelajari dari William.Matahari seolah terbu-buru menampakan sinarnya.Setelah membersihkan diri, Lyra segera mengenakan setelan bisnis formal yang dipilih William, bukan gaun pesta mewah, melainkan setelan abu-abu bergaris yang memancarkan otoritas dan keseriusan.Setelah sarapan, Lyralangsung berangkat kegedung Grup Hawkins, di mana RUPS darurat akan diadakan.Ketika sampai, Lyra disambut oleh Charles di lobi. Wajah Charles tampak tegang, tetapi ada sedikit rasa hormat di matanya yang belum pernah Lyra lihat sebelumnya.“Kau datang sebagai tunangan William Hawkins,” bisik Charles, nadanya memperingatkan. “Kau akan mewakili kepentingan aliansi Hawkins-Watson. Jangan membuat kesala

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 17 SERANGAN PRIBADI

    “Peter menggunakan Della bukan untuk skill, Lyra,” William menjelaskan, suaranya rendah dan tajam. “Dia menggunakan Della untuk informasi emosional dan sosial. Della telah menghabiskan bertahun-tahun di sisimu.”Lyra terlihat kebingungan, William buru-buru menyambungkan, “Peter membutuhkan Della untuk mengendalikan Adrian, mengetahui kelemahanmu dan segala hal yang kau bicarakan dengan Della di masa lalu. Della adalah senjata sosial Peter. Dan jika Della dibayar penuh, dia terikat pada Peter. Dia menjual informasi tentangmu kepada Peter, termasuk semua yang kau bicarakan saat ini.”Lyra merasa dunianya berputar. Della bukan hanya pengkhianat dan pesaing cinta Adrian. Della adalah mata-mata yang dibayar oleh musuh terbesar mereka untuk menghancurkan Lyra.Sekarang dia menyadari betapa munafiknya air mata dan dukungan Della selama ini.“Kita harus menggunakan informasi ini,” Lyra bertekad. “Aku akan membuatnya semakin panik sebelum RUPS.”William tersenyum, senyum pertama yang benar-ben

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 16 - Mata dan Telinga di Kampus

    William melepaskan genggaman tangannya. Logika kembali berkuasa. “Tugasmu sekarang menjadi agen ganda, Lyra.”Tatapannya semakin tajam, ia menjelaskan, “Pertama, siapkan argumen legal untuk RUPS yang diadakan dalam dua hari. Kau harus hafal setiap detail dari laporan yang kau buat untuk papamu. Kedua, cari tahu siapa yang menjadi mata Peter di kampus kita.”“Mungkinkah Della?” tanya Lyra, nadanya penuh ketidakpercayaan. Lyra masih sulit menerima bahwa sahabatnya selama ini adalah pengkhianat berlapis.“Mungkin,” William menimpali. “Tapi Della terlalu emosional untuk direkrut langsung oleh Peter sebagai analis. Peter membutuhkan Della untuk informasi sosial dan kontrol terhadap Adrian. Dia butuh seseorang yang memiliki keahlian. Kau harus memprovokasi musuhmu dan lihat siapa yang bereaksi paling histeris.”Lyra mengangguk. Dia harus menggunakan status barunya sebagai tunangan William Hawkins untuk memancing Della hingga bertindak ceroboh.Keesokan harinya, Lyra memasuki kelas akuntansi

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 15 - Umpan Cinta

    Persetujuan telah dibuat. Lyra dan William kini adalah partner perang, dan juga partner dalam sandiwara cinta yang berbahaya. Mereka akan menggunakan status "pasangan" mereka sebagai senjata untuk menarik perhatian Adrian dan Peter.Lyra kembali ke kampus keesokan harinya, tetapi bukan untuk menghadiri kelas. Dia langsung menemui William di kantor penelitiannya yang tersembunyi. William sedang mengawasi pergerakan saham Grup Hawkins secara real-time.“Kita harus menyerang celah Grup Hawkins sebelum dia mengkonsolidasikan kekuatannya,” kata William tanpa melihat Lyra. Ia tampak kelelahan, tetapi matanya tajam.“Apa langkah pertamaku?” tanya Lyra sambil mendekat ke monitor."Aku sudah memberikan dana kecil dari investasiku. Itu cukup untuk pembelian awal. Dengarkan baik-baik. Kau akan membeli saham minoritas yang sangat spesifik di Grup Hawkins. Bukan untuk kontrol, tapi untuk hak suara di rapat umum pemegang saham nanti."Lyra mengamati grafik saham. "Saham minoritas di Grup Hawkins? P

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 14 - Api yang Terlarang

    Lyra berhenti di depan ibunya. Dia harus mempertahankan narasi bisnisnya untuk melindungi William dan dirinya sendiri. Lyra memegang map laporannya erat-erat.“Mama,” Lyra menjawab, suaranya tenang dan tegas. “Aku tidak berselingkuh. Aku tahu ayah William pingsan. Aku dan William semalaman menyusun laporan analisis risiko mendesak.”Victoria menatap tajam Lyra, mencurigai ada kebohongan. “Laporan? Kau meninggalkan Adrian di pesta, lalu menghilang ke kamar pria lain. Ini memalukan.”“Adrian menolak ikut ke acara bisnis penting ini. William mau bekerja,” Lyra membalas, melirik ke map. “Aku tertarik mempelajari manajemen risiko perusahaan papa. Aku harus pulang sekarang untuk menyerahkan ini kepada papa.”Victoria akhirnya menghela napas, memutuskan. Sikap Lyra yang tiba-tiba serius tentang bisnis, ditambah nama William Hawkins, membuatnya harus bertindak. Dia meraih Lyra dan menariknya cepat menuju lift. “Mama akan ikut. Kita pulang sekarang.”Victoria memelototi Lyra sepanjang perjalan

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 13 - Sebuah Ancaman

    Lyra merasakan teriakan melengking Victoria Grant menusuk telinganya. Arthur Hawkins tergeletak kaku di kursinya, dan di tengah kegaduhan yang mendadak, William bertindak cepat.“Ini bukan serangan jantung, Lyra. Peter melakukannya. Kita sudah terlambat,” bisik William, suaranya mengandung bahaya yang nyata.William tidak peduli pada pandangan orang lain. Dia segera memanggil salah satu staf kepercayaannya yang sudah berjaga. Dengan cekatan, Arthur Hawkins segera dilarikan keluar melalui pintu samping, menghindari pertanyaan media dan kerumunan yang panik.“Rumah sakit!” Lyra berbisik, panik.“Tidak,” kata William tegas, menghentikan Lyra. “Rumah sakit menarik perhatian. Dan Peter akan ada di sana, dia akan mengambil alih. Kita akan mengamankannya di suite hotel ini. Ada dokter pribadiku di sana.”Lyra menatap Peter Hawkins yang kini sudah dikelilingi oleh para eksekutif yang berpura-pura simpati. Peter menoleh ke arah Lyra dan William, matanya memancarkan peringatan yang dingin. Dia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status