ホーム / Romansa / Menulis Ulang Takdir / Bab 5 - Diremehkan Orang Tua

共有

Bab 5 - Diremehkan Orang Tua

作者: vitafajar
last update 最終更新日: 2025-03-22 22:40:30

Senyum tipis muncul di wajah Lyra. Saat dia mencoba memutus hubungan dengan Adrian, Lyra baru menyadari bahwa itu tidak akan mengubah takdirnya. Maka, dia harus mengubah strategi. Dengan membuat mereka tetap bersama, perselingkuhan itu akan terbongkar, dan dia bisa menulis ulang takdirnya. 

 

Lyra berjalan menuju pintu gerbang, melewati deretan mobil di parkiran. Pandangannya tidak sengaja bertemu dengan pria di perpustakaan tadi yang tengah masuk ke dalam mobilnya.

 

Sesaat sebelum pintunya menutup, matanya bertemu dengan mata Lyra. Membuat jantung Lyra terhenti beberapa saat sebelum akhirnya pintu menutup sempurna. Mobil pria itu tidak pergi, hanya diam dengan mesin mobil yang menyala. Lyra tidak tahu apa yang terjadi di dalam, tapi dia merasa seolah dirinya sedang diawasi.

 

Lyra menggelengkan kepala, mencoba menenangkan dirinya. Ini hanya perasaan saja, dia harus tetap tenang dan berpikir rasional. Namun, beberapa menit dia berdiri di sana menunggu jemputannya, mobil itu belum juga pergi.

 

Lyra meneguk saliva, dia menoleh, matanya menyipit. Berusaha untuk melihat ke bagian dalam dari kaca depan mobil. Seketika dia tersentak, pria itu ternyata sedang memperhatikannya. Lyra langsung menunduk, dengan pikiran yang terus berkecamuk.

 

Siapa dia? Kenapa sepertinya Lyra pernah bertemu dengannya? Tapi dimana, dan kapan? Kenangan itu samar, seperti bayangan yang sulit ditangkap, meninggalkan Lyra dengan rasa penasaran yang mengganjal.

 

Suasana tegang sirna seketika dengan kedatangan mobilnya. Lyra merasa lega, dia segera masuk dan meninggalkan tempat itu, mencoba melupakan pertemuan tidak terduga dengan pria misterius tersebut.

 

Lyra menarik napas dalam, dia menggelengkan kepala. Saat ini ada hal yang lebih penting daripada mengingat kenangan yang tidak jelas. 

 

Berita mengenai Lyra yang memilih untuk berpindah jurusan, dengan cepat sampai ke telinga ayahnya. Malam hari setelah makan malam, Charles langsung bertanya, "Apa benar kamu memilih sekolah bisnis?" 

 

Tubuh Lyra menegang. Sejak awal dia memilih seni lukis, ayahnya menentang dengan keras. Bahkan mengancam untuk tidak membayar uang kuliahnya. Namun, ketika Lyra tetap mendaftar seni lukis, dan sang ayah tidak merealisasikan ucapannya. 

 

Sekarang ketika dia sudah melakukan sesuai dengan keinginan ayahnya, apakah dia akan mendapatkan pujian? Apresiasi yang tidak pernah didapatkannya, apakah dia akan menerimanya?

 

Lyra adalah gadis yang pintar. Dia selalu mendapatkan peringkat satu. Lyra tidak pernah bermain dan selalu melakukan sesuai yang diinginkan oleh orang tuanya. Dia rela belajar sampai kelelahan hanya demi mendapatkan perhatian mereka.

 

Namun, ketika dia berada di semester akhir bangku SMA, ketika dia bertemu dengan Della dan Adrian, Lyra menyerah untuk terus mendapatkan perhatian orang tuanya. Dia menyadari bahwa sekeras apapun dia berusaha, orang tuanya akan selalu mementingkan pekerjaan dibandingkan dirinya. 

 

Tentu saja semua berubah ketika Lyra menjalani kehidupan hingga usianya 39 tahun, sampai dia dikhianati oleh sahabat dan suaminya. Lyra bertekad untuk menjalani kehidupan keduanya dengan baik dan menendang dua orang jahat itu dari hidupnya.

 

Lyra tersenyum tipis, dia mengangguk lalu menjawab, "Iya, Pa. Aku ingin sekolah bisnis"

 

"Kenapa?"

 

Keheningan menyelimuti mereka. Pertanyaan ayahnya sederhana namun berat. Suaranya meskipun tenang, seperti ada beban yang menindih Lyra. Dia terdiam, terhimpit oleh tekanan yang tidak terlihat namun begitu nyata.

 

"Karena aku sadar bahwa aku adalah satu-satunya anak yang harus meneruskan usaha keluarga." Senyuman Lyra semakin dalam, kepercayaan dirinya tiba-tiba muncul di tengah tatapan sang ayah yang tajam dan penuh pertimbangan.

 

"Aku tahu bahwa Papa sudah bekerja keras untuk membesarkan perusahaan yang sudah susah payah dibangun Kakek. Dan aku juga tahu, Papa tidak mau perusahaan jatuh ke tangan orang yang salah."

 

Lyra menarik napas dalam, matanya tidak lepas dari wajah ayahnya. Dia tidak bisa membaca pikiran Charles. Meskipun tidak yakin sepenuhnya, tapi dia berharap penjelasannya telah mampu meluluhkan hati sang ayah.

 

"Aku tahu bahwa ini tidak akan berjalan mudah, tapi aku berharap, Papa bisa memberikanku kesempatan untuk mempelajarinya," sambungnya, suaranya lembut namun penuh keyakinan.

 

Ekspresi Charles sama sekali tidak berubah. Dia hanya mengangguk kemudian meneruskan makan malamnya. Itu membuat Lyra agak sedikit kecewa. Dia tersenyum getir, betapa bodohnya dia menginginkan pujian dari orang tua yang tidak akan memuji hal baik dalam dirinya.

 

Setelah selesai makan malam, Charles kembali ke kamarnya meninggalkan Lyra dan Victoria. Suasana berubah canggung, berulang kali Lyra berusaha menarik napas untuk membuat dadanya tidak semakin berdebar. 

 

Mereka sudah lama sekali tidak duduk berdua sebagai seorang ibu dan anak. Jarak yang ada di antara keduanya sangat tinggi sehingga sulit sekali untuk dirobohkan. Lyra tidak tahu awal mulanya tapi sejak kembali ke masa lalu, dia bertekad ingin memperbaiki hubungannya dengan ibunya.

 

"Kamu yakin mau belajar bisnis?" tanya Victoria, alisnya terangkat sebelah, tatapannya tajam dan meremehkan, seolah Lyra adalah seorang anak kecil yang bermain-main dengan hal yang terlalu besar baginya.

 

Lyra awalnya sudah memuka mulut, ingin mengajaknya bicara sesama wanita. Dia jadi mengurungkan niatnya, kepalanya otomatis tertunduk, kesedihan menyelimuti hatinya.

 

"Kenapa? Mama tidak setuju kalau aku belajar bisnis?" tanya Lyra setelah berusaha mengumpulkan kembali kepercayaan dirinya.

 

Victoria mengedikkan bahu, sorot matanya semakin dalam. "Entahlah. Sejujurnya mama tidak begitu yakin dengan kemampuanmu," ucapnya acuh tak acuh.

 

Sejak kecil, semua yang berurusan dengan sekolah Lyra, sudah diatur oleh suaminya. Dia tahu bahwa Lyra adalah anak yang pintar tapi yang dia tahu, Lyra lebih berbakat di bidang seni. Namun, mendengar Lyra tiba-tiba ingin meneruskan perusahaan keluarga, membuatnya ragu. Keraguan dan kebingungan merayap di hatinya.

 

Tangan Lyra terkepal erat di bawah meja, dia berusaha keras menahan air matanya. Sejak kecil, ibunya tidak pernah mempedulikannya. Selalu bersikap seolah Lyra tidak ada. Entah apa kesalahannya, padahal dia adalah anak kandung, tapi seperti dia adalah anak tiri.

 

"Apa yang membuat Mama tidak yakin padaku, padahal Mama bahkan tidak pernah melihat kemampuan yang sebenarnya ada dalam diriku?" Suara Lyra gemetar, berusaha keras menahan emosinya yang meluap-luap dalam kekecewaan.

 

Victoria tidak langsung menjawab, melihat mata Lyra berkaca-kaca, dia merasakan gejolak aneh dalam dadanya. Rasa bersalah merayap dalam hati. Namun, dengan cepat Victoria menepis semua pemikirannya. 

 

"Karena yang mama tahu, kamu hanya pandai melukis. Itu saja." Victoria berdiri, dia berbalik dan belum sempat dia melangkah pergi, dia berkata, "Dan karena alasan itu, mama tidak mau kamu menghancurkan perusahaan keluarga dan berakhir dengan kebangkrutan."

 

Victoria melangkah pergi meninggalkan Lyra, namun ketika sampai di ambang pintu, dia berucap, "Jika kamu bersikeras melakukannya, lakukan saja dengan benar."

 

Lyra berbalik, dia melihat punggung ibunya yang menjauhi ruang makan. Saat itu dia tidak bisa membendung air mata. Semuanya tumpah dalam kesendirian dan kekecewaan. 

 

Sebenarnya kenapa? Kenapa ibunya sangat membenci dia? Apa yang sudah Lyra lakukan sampai pantas mendapatkan kebencian seperti ini dari ibu kandungnya?

 

***

 

Bersambung~

 

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 37 - Perjamuan Para Pengkhianat

    Layar raksasa di aula Sektor Kaelum memproyeksikan rekaman hitam-putih sepuluh tahun silam. Sosok Arthur Hawkins muda terlihat menekan tuas pengunci udara Sektor Empat dengan ketenangan mengerikan.Di layar, Thomas Hawkins menggedor pintu baja, mulutnya menyebut nama "Arthur" sebelum gas saraf merenggut nyawanya. Suara desis gas yang bergema menciptakan kesunyian yang memuakkan.Della membeku; tabung Echo Genesis di tangannya terasa seberat dosa masa lalu Hawkins. Di belakangnya, Adrian tampak seperti mayat hidup, wajah sombongnya luntur menjadi ketakutan murni yang menggetarkan lututnya."Ini … ini tidak mungkin," gumam Adrian, suaranya pecah di tengah ruangan yang kedap suara. "Arthur bilang Thomas mati karena kecerobohannya sendiri dalam protokol eksperimen. Dia bilang dia mencoba menyelamatkannya—""Dia berbohong padamu, Adrian. Sama seperti dia berbohong pada seluruh dunia selama sepuluh tahun ini," William memotong dengan suara yang setajam silet, membelah kesunyian.Ia melangka

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 36 - Gerbang Sektor Kaelum

    Sektor Kaelum menjulang sebagai benteng baja di tengah kabut Hutan Nox, sebuah wilayah anomali di mana hukum Grup Hawkins tak lagi berlaku. Dinding betonnya memancarkan gelombang pengacak sinyal, mengisolasi tempat itu dari radar dunia luar. Di zona bayangan ini, otoritas korporat hancur dan informasi menjadi satu-satunya mata uang yang lebih berharga daripada nyawa.William mematikan mesin perahu saat mereka mendekati dermaga tersembunyi yang dijaga oleh pria-pria berpakaian taktis tanpa lencana. Lyra membantu dia memapah Dr. Vance yang masih tidak sadarkan diri, tubuh dokter itu terasa sangat ringan dan rapuh di pundaknya.Lyra gemetar, bukan hanya karena angin danau yang menusuk tulang, tetapi karena bayangan wajah Della yang terus menghantui setiap langkahnya."Kau gemetar," gumam William tanpa menoleh, seolah ia memiliki mata di belakang kepalanya untuk membaca ketakutan Lyra."Aku memikirkan dia," bisik Lyra, suaranya parau karena amarah yang berusa

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 35 - Pijar di Hutan Nox

    Lorong-lorong beton Project Chimerakini dipenuhi oleh suara mekanis alarm yang memekakkan telinga. Cahaya merah yang berputar memberikan kesan distopia pada wajah William yang tetap tenang, kontras dengan Lyra yang jantungnya berpacu hebat.Di belakang mereka, Peter telah menghilang ke arah koridor utama, menjadi tameng hidup yang didorong oleh dendam sedekade.William tidak berhenti untuk menoleh. Ia memegang ujung tandu Dr. Vance dengan kekuatan yang tidak proporsional untuk seorang pria yang telah berjam-jam tidak tidur.Lyra di sisi lain, berusaha mengimbangi langkah lebar William sambil membawa laptop yang masih terhubung ke jaringan keamanan internal."William, perhatikan!" teriak Lyra secara spontan, suaranya melengking di atas bunyi alarm. "Dua unit taktis baru saja mendarat di atap sektor utara. Mereka tidak masuk lewat pintu depan, mereka melakukan infiltrasi vertikal!"William menghentikan langkahnya tepat di depan persimpangan men

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 34 - Kebenaran Paling Pahit

    Udara di sekitar kompleks Project Chimeraterasa mati, seolah-olah pepohonan pinus di Hutan Nox pun enggan bernapas. William masih menggenggam amplop tua itu, jemarinya memutih karena tekanan yang kuat.Lyra berdiri terpaku, matanya menatap amplop berpudar itu dengan ribuan pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya."William," Lyra memulai, suaranya hampir tidak terdengar di tengah desiran angin hutan. "Tadi kau bilang itu surat kematian asli ayah Peter. Tapi…bukankah kalian bersaudara? Bukankah ayah kalian adalah Arthur Hawkins?"Ini … sangat berbeda dari pengetahuan masa depannya.William tidak langsung menjawab. Ia memasukkan kembali amplop itu ke balik jaketnya, lalu menatap lurus ke arah bangunan beton di depan mereka. Ia menyentuh bekas luka lama di telapak tangannya, sebuah gestur yang menyiratkan rasa sakit yang bukan berasal dari masa sekarang, melainkan sisa-sisa trauma yang terbawa melampaui waktu.

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 33 - Pecahnya Aliansi Berdarah

    Keheningan di dalam gudang tua di pinggiran Hutan Nox terasa menyesakkan setelah pesan singkat itu terkirim. Tiga kata dalam pesan itu adalah sumbu pendek yang baru saja dinyalakan Lyra untuk meledakkan kestabilan Grup Hawkins.Di luar, langit mulai berubah menjadi ungu kebiruan, menandakan fajar yang dingin telah tiba.William masih berdiri di belakang Lyra. Tangannya yang berada di bahu wanita itu terasa panas, kontras dengan udara fajar yang menggigit. Dia tidak segera menjauhkan tangannya.Alih-alih terkejut dengan betapa cepatnya Lyra mengeksekusi rencana penghancuran mantan tunangannya, William justru mengetuk-ngetukkan jarinya di bahu Lyra dalam irama yang sangat spesifik.Irama itu menyerupai kode transmisi kuno yang pernah digunakan oleh divisi intelijen Hawkins, sebuah detail yang seharusnya tidak diingat oleh William jika ia tidak membawa beban dari kehidupan sebelumnya."Pesan itu sudah terkirim ke saluran pribadi Arthur melalui server terenkripsi Zyrtec," bisik Lyra."Del

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 32 - Memburu Pengkhianat Ganda

    Fajar telah menyingsing penuh, membanjiri gudang dengan cahaya abu-abu yang dingin, tetapi William dan Lyra tidak menyadarinya. Fokus mereka terpusat pada ponsel satelit. Kepanikan yang disebabkan oleh pesan Marcus Chen.[Adrian telah menarik dana dan melarikan diri]Dan itu mengubah seluruh strategi mereka."Dia tahu," kata Lyra, memegang ponsel itu erat-erat. "Adrian tahu aku akan datang. Dia tidak peduli tentang flash drive Arthur, atau Vance. Dia hanya ingin melarikan diri dengan uang sebanyak mungkin sebelum aku bisa menjebaknya."William tersenyum, senyum yang dingin dan berbahaya. Senyumnya bukan tawa kekalahan, melainkan pengakuan bahwa ia telah memprediksi keserakahan mutlak Adrian."Adrian selalu tahu cara melompat dari kapal yang tenggelam. Dia tidak mengkhianati Arthur, dia hanya berinvestasi pada dirinya sendiri. Dia pengkhianat gand dan itu membuatnya menjadi aset yang jauh lebih berharga bagi kita dan Arthur."Prioritas utama mereka kini adalah melacak jalur pelarian Ad

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status