Share

Bab 2

Author: Nay Azzikra
last update Last Updated: 2024-12-17 15:21:06

Part 2

Pov Hanan (Suami)

“Saya terima nikah dan kawinnya Safira Aini Binti Haji Mubasyir dengan mas kawin dua puluh gram kalung berlian dibayar tuuu nai!” Ucapan yang keluar dari mulutku sebagai tanda ikatan suci bernama pernikahan--terdengar lantang. Hari ini, telah aku ikrarkan ijab qabul untuk seorang wanita yang duduk beberapa meter di belakang sana.

Safira Aini, janda muda yang beberapa bulan kukenal, telah memikat hati ini. Aku sangat ingin melindungi dan menjadi imam untuknya, juga menjadi ayah untuk anaknya. Maka kuputuskan untuk menghalalkan Safira agar bisa menunaikan tugas itu.

“Bagaimana saksi, sah?” Seorang ustadz yang juga guru spiritualku bertanya pada beberapa orang yang kupilih untuk menjadi saksi pernikahan.

“Sah ....” Jawaban kompak dari beberapa pria yang duduk di samping kanan dan kiri.

Aku menoleh sambil memberikan seulas senyum pada Safira. Ia hanya membalas dengan menarik dua sudut bibir.

“Mbak Safira, silakan bisa maju untuk mencium tangan Mas Hanan.” Guru spirituaku berkata sambil tersenyum pula.

Safira menoleh ke kanan dan kiri. Meminta persetujuan sang ibu yang duduk sambil memeluk sang cucu.

“Majulah! Dia sudah halal untukmu,” ucap wanita paruh baya dengan sudut mata berkaca.

Safira maju dan mencium takdim punggung tanganku. Untuk kali pertama setelah beberapa bulan kenal--kami bersentuhan.

Hasrat yang telah lama terpendam, semakin bergejolak dalam dada. Aku mengecup lembut pucuk kepalanya seraya membisikkan sebuah doa. Doa yang sama yang pernah ku ucap beberapa tahun silamuntuk wanita lain.

Kutatap wajah ayu Safira yang berbalut hijab putih berhiaskan ronce melati. Ada candu saat melihat wajah sendunya. Berharap setelah ini beban hidupnya akan berkurang, bahkan hilang.

“Sudah selesai ‘kan, Mas Hanan, acaranya?” Lelaki yang ku undang menjadi saksi bertanya, membuatku tersadar dan salah tingkah.

“Sudah. Kami juga mau pulang,” jawabku mengalihkan pandangan.

Setelah basa-basi sebentar, aku mengajak Safira, Ibu Mertua dan anak Safira pulang dari rumah Ustadz Ridho.

“Antarkan Ibu ke rumah sakit, Hanan. Nayma biar ikut bersamaku. Kamu ajak Safira pulang. Ia sudah sangat lelah,” kata Bu Widi memecah keheningan.

“Nayma mau pulang sama Bunda atau ikut Nenek?” tanyaku tanpa menoleh karena jalan yang ku lalui sangat ramai.

“Dia akan pulang bersama kita,” sahut Safira.

“Aku mau sama Nenek,” jawab Nayma.

“Nanti tidak boleh masuk rumah sakit,” kataku.

“Umur Nayma sudah sembilan tahun. Badannya besar. Aku bisa mengatakan kalau ia sudah sepuluh tahun,” ujar Bu Widi.

“Tapi, Bu ....” Safira terlihat tidak ingin berpisah.

“Safira, kamu baru saja menikah. Layani suami kamu dengan baik!” Bu Widi sepertinya sedang ingin memberikan waktu untuk kami berdua.

Kami kembali diam. Dan benar saja, Bu Widi mengajak Nayma turun dari mobil.

“Kamu mau aku ajak kemana? Ke rumah, atau ke hotel? Barangkali kamu ingin istirahat sebentar ....”

Safira menatapku sayu. Ah, gelora itu menjadi semakin besar.

“Terserah Mas Hanan,” jawab Safira pasrah.

***

“Bukalah jilbabmu! Kita sudah halal,” ucapku saat kami sudah berada di kamar berdua. Deru napasku sepertinya dirasakan pula olehnya.

Safira tidak menjawab. Ia hanya menatapku lekat. Tangan ini yang akhirnya menggantikan tugasnya. Melepaskan ronce yang terpasang di jilbab, lalu terakhir meletakkan kain putih yang sejak tadi menutup kepala perempuan berbulu mata lentik itu--di atas kasur.

“Jangan takut lagi! Aku sudah di sini,” kataku sambil mendekatkan wajah hingga jarak diantara kami hampir tidak ada lagi. Ujung hidungku bertemu dengan ujung hidungnya yang mancung.

Semuanya buyar tatkala ponsel yang ada di saku celana berdering. Aku mengambilnya.

My wife memanggil.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 33

    Part 33Sejujurnya hati Felicia membara ketika mobil berjalan masuk di komplek perumahan elit. Kini ia bisa melihat dengan jelas kebohongan yang disembunyikan Hanan selama ini. Setega itu menggunakan uang mereka untuk membahagiakan istri kedua.“Kamu lelaki penyayang ya, Pah, membelikan rumah yang bagus di komplek yang elit,” sindir Felicia.“Aku membeli ini agar tidak kejauhan pulangnya,” jawab Hanan asal.“Benarkah? Jadi kamu tidak membelikan rumah ini untuk gundik kamu?”“Feli, mulai sekarang biasakan memanggil adik madumu dengan namanya. Bukankah kamu sudah setuju dengan pernikahanku? Kenapa masih memanggil dia serendah itu?”“Jadi kamu tidak terima aku memanggil dia seperti itu? Kamu sakit hati? Wah, hati kamu sudah lebih banyak buat dia ternyata ya? Pantas saja lupa sama Abizar dan juga ibu kamu. Malang sekali nasibku. Sudah tidak mendapatkan nafkah batin tapi masih harus mengurusi ibu kamu.” Hati Felicia terasa nyeri menyadari Hanan seperti tidak tertarik pada tubuhnya lagi.“B

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 32

    Part 32Felicia langsung mengantar Abizar ke sekolah tanpa pulang ke rumah lebih dulu. Setelahnya ia langsung ke butik. Hatinya masih malas Hanan menunggu rumah seorang diri karena ternyata pembantu dan sopir Felicia disuruh berlibur.Ia bangun dan mendapati rumah yang sangat sepi. Tak ada makanan, tidak ada Felicia yang menyambut hangat seperti jauh sebelum ia bertemu Safira. Dalam keadaan kesepian dan bingung, pria itu memilih membuka ponsel dan mengecek barangkali ada pesan penting. Tangannya berhenti pada pesan yang dikirim dari Safira.Aku tidak tahu apa yang akan Mas putuskan dengan hubungan kita. Aku sudah lelah, sangat lelah. Jika memang Mas mau menceraikan aku dan memilih Mbak Feli, aku ikhlas, Mas. Dari awal aku memang hanya istri simpanan yang meminjam dari Mbak Feli. Sekarang waktunya aku mengembalikan Mas pada pemiliknya.Hanan langsung menelpon Safira. Terdengar suara dari seberang sedang menangis.“Aku tidak akan meninggalkan kamu. Percayalah padaku, Fira! Hanya saja, a

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 31

    Part 31“Feli, mama papa kamu bicara apa tadi?” tanya Hanan setelah mertuanya pergi dan dia berani masuk ruangan.“Menanyakan tentang kabarku selama tidak bertemu mereka. Memintaku untuk membawa Abizar ke rumah mereka. Dimana tadi Abizar aku cari pas Mama Papa pengen ketemu kok gak ada?”“Dia pergi keluar sama Si Mbak. Apa kamu sudah menyuruh dia untuk menjauhiku, Feli?”“Selain kamu tidak setia, kamu sudah berubah, Hanan. Kamu penuh curiga dan tukang fitnah. Bukankah kamu sendiri yang menciptakan jarak dengan anakmu? Kamu masih ingin terus menyalahkanku, Hanan?” Felicia menatap Hanan tanpa kedip.“Maaf aku salah.”“Kamu mau menginap di sini atau kembali ke rumah istri kamu?” tanya Felicia sambil berlalu ke kamar mandi.“Ini masih rumahku, ‘kan? Kenapa bertanya seperti itu?”Felicia keluar dengan wajah basah. “Aku tidak tahu, apa kamu masih menganggap ini rumahmu, aku istrimu dan Abizar anakmu atau tidak.”“Feli, kamu sudah bertemu dengan orang tuamu, apa mereka memaafkan kesalahanmu

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 30

    Part 30Pagi telah menjelang.Hanan tetap berada di toko, Felicia kembali ke rumahnya dan Safira masih meratapi nasib di atas tempat tidur. Widiyanti terus memaksa agar putrinya bangkit dari keterpurukan serta bertindak segera untuk segera menghancurkan toko milik Felicia. Akan tetapi, Safira belum mau beranjak.“Kamu mau terus menangis sampai kapan? Kamu sudah mengorbankan banyak hal demi mendapatkan Hanan. Kamu mau terus seperti itu atau kamu akan menghancurkan toko Felicia agar dia merasakan penderitaan juga?”“Biarkan aku berpikir dulu, Ibu. Ibu pikir ini mudah? Aku mencintai Mas Hanan bukan karena harta, tetapi karena aku mencintai dia, Ibu. Kalau aku bertindak gegabah, Mas Hanan bisa meninggalkanku.” Safira yang kesal berteriak.“Bunda, aku bagaimana? Berangkat sekolah atau tidak, Bunda?” Nayma yang sudah mandi bertanya bingung.Safira tambah stres, sejenak menyesali keputusan Hanan yang memindahkan sekolah Nayma. Untuk berangkat kesana perlu diantar, tidak seperti di sekolah se

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 29

    Part 29Felicia memilih b menginap di hotel sendirian. Ia juga mematikan ponsel setelah sebelumnya memberi kabar pada Abizar agar tidak cemas menunggu telepon darinya. Masuk ke kamar, Felicia segera menggelar sajadah dan berdzikir sambil menangis.“Ya Allah, aku sudah terlanjur mencintaiMu, maka jangan jadikan ujian ini untuk melemahkan imanku,” kta Felicia lirih dalam sujud.Lama ia mengadukan keadaan hati pada Sang Pemilik Hidup, hingga tak sadar waktu sholat sudah silih berganti. Selepas Isya Felicia bangun dan teringat kalau ia belum memberi kabar pada Veronica. Tadinya hanya pamit untuk membeli keperluan pribadi, tetapi akhirnya memutuskan untuk menyendiri di hotel.“Biar sajalah besok saja,” kata Felicia mengabaikan perasaan. Ia tidak ingin diganggu oleh siapapun.Felicia terpaksa meminum obat tidur agar tidak terbebani dengan banyak pikiran. Tubuhnya lelah perlu istirahat, tetapi tanpa sebuah obat, mustahil dapat memejamkan mata.Veronica yang tidak bisa tidur karena memikirkan

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 28 B

    “Teruntuk suamiku, Mas Hanan, pria yang sudah membuat aku memeluk Islam dari aku yang sebelumnya nonis, selamat menempuh hidup baru ya, Pah. Terima kasih sudah membohongi aku dan Abizar. Terima kasih sudah meninggalkan kami sendirian dan kamu memilih hidup di kota ini demi bersama dengan dia istri simpanan kamu. Aku menemanimu dari yang awalnya kamu pemuda miskin tidak punya apa-apa, sampai sekarang kaya raya dan bisa membuat pesta yang sangat megah. Aku dimusuhi keluargaku, meninggalkan kedua orang tuaku yang kaya raya demi hidup bersama kamu. Masih ingat tidak, Pah, kita memulai usaha semua dari tabungan aku. Aku menyayangi ibumu dan memenuhi kebutuhan keluargamu tanpa pernah mengungkit. Aku kira itu cukup bisa membuat kamu setia, ternyata di belakang aku, kamu berkhianat.” Dengan nada lemah lembut Felicia berucap.Semua tamu yang hadir langsung duduk dan mendengarkan.“Kau menggunakan uang kita untuk membahagiakan perempuan yang di sampingmu. Aku ikhlas, Pah. Sangat ikhlas. Aku seba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status