Share

Curiga

"Jadi kapan, Mas akan jujur sama istrinya, Mas soal ...." Kalimat itu terjeda.

"Kenapa kamu taroh lipstik di koper, Mas?" Itu suara Mas Restu, entah siapa lawan bicaranya.

Tidak terdengar ada jawaban, namun setelahnya terdengar derap langkah menuju ke arah pintu. Begitu pintu terbuka, Mas Restu begitu nampak terkejut dengan kedatanganku.

"Ni-nilam? Sudah berapa lama kamu di situ?" tanya Mas Restu terdengar gugup.

Aku tersenyum, lebih baik aku pura-pura tidak tau apa-apa saja, karena aku juga tidak mendengar dengan jelas, jika aku langsung bertanya tentunya aku tidak aka menerima jawaban yang kuinginkan.

"Baru kok, Mas. Mau nganter bekal Mas yang ketinggalan." Aku menyerahkan bekalnya ke tangan Mas Restu. "Kenapa, Mas kayak takut dan panik gitu?" tanyaku pura-pura tidak tau apa-apa.

"Eum ... Gak apa-apa, ayo kita ke sana!" ajak Mas Restu sembari merangkul pundakku, sepertinya ia sengaja mengajakku menjauh dari ruangannya.

"Kenapa sih, Mas?" tanyaku masih dengan pura-pura tidak paham, dan melihat wajahnya begitu panik.

"Gak apa-apa biar lebih enak aja ngobrolnya," kilahnya yang malah terdengar tidak masuk akal.

Dengan cepat aku mencegah langkahnya. "Tunggu! Kenapa Mas kayak menyembunyikan sesuatu dariku?" selidiki sembari menatap lurus pada kedua bola matanya, Mas Restu terdiam ia nampak salah tingkah.

"Gaka ada apa-apa, Sayang percayalah," rayunya sembari hendak memegang tanganku, tapi segera ku tepis dan cepat melangkah ke dalam ruang kerjanya.

"Nilam ...," panggil Mas Restu terdengar begitu panik.

Tapi, aku tak menghiraukannya dan terus melangkah aku ingin melihat siapa perempuan di dalam sana yang Mas Restu sembunyikan.

Begitu masuk aku menelisik setiap sudut ruangan, tidak ada tanda-tanda kalau ada orang di sini. 'Apa aku tadi yang salah dengar?' batinku. Tapi, aku sangat yakin kalau tadi aku mendengar suara lain selain, Mas Restu.

"Kamu ngapain sih?" tanya Mas Restu yang kini sudah tiba di belakangku.

Aku tidak mungkin mengatakan kalau aku sedang mencurigainya, bukankah selama ini dia suami sekaligus ayah yang baik buat anak-anak.

Aku tersenyum. "Aku cuma mau lihat ruangan kerja kamu aja, Mas. Gak boleh?" tanyaku balik.

Mas Restu nampak membuang nafas lega, wajah paniknya perlahan menghilang berganti dengan senyum. Mungkin karena aku tidak menemukan siapa pun di dalam sini, padahal aku sangat yakin kalau ada orang lain.

"Boleh dong, Sayang masa gak boleh," jawabnya yang menurutku terdengar tak biasanya.

"Ya udah kalau gitu aku pergi dulu ya, Mas!" pamitku.

Mas Restu mengangguk. "Lam?" panggilnya setelah aku melangkah menjauh darinya, aku pun menoleh.

"Iya ada apa, Mas?"

"Makasih ya!" ucapnya sembari menunjukkan kotak bekalnya.

Aku tersenyum, lalu mengangguk. Kemudian kembali melangkah ke luar.

Rasanya kalau saja tidak ingat pekerjaan, aku ingin seharian di sini melihat sendiri apa sebenarnya yang sedang disembunyikan Mas Restu dariku. Apa benar kalau dia se ... Cepat aku menepis dugaan itu. Bagaimana mungkin aku bisa berpikir begitu pada suamiku sendiri, lelaki yang sudah membersamai kami selama tujuh tahun terakhir ini.

Tapi, entah mengapa perasaanku sebagai perempuan dan feelingku sebagai istri mengatakan ada sesuatu yang tengah Mas Restu sembunyikan.

Aku menggeleng, menepis segala praduga tak enak. Tapi, tak ada salahnya bukan jika aku mencari tau sendiri. Ya aku harus mencari tau sendiri. Toh jika pada akhirnya jika kecurigaan ku tak terbukti bukankah memang itu yang kuharapkan?

Tiba di parkiran aku segera masuk ke mobil, dan bersiap untuk segera pergi. Namun, tanpa sengaja aku melihat sesuatu yang membuat kecurigaanku semakin bertambah.

Bersambung ...

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Restu pinter ngeles
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
nilam sebagai istri sdh yakin suami selinggkuh,tapi suami masih ngelak
goodnovel comment avatar
Yunus Almoro
terkejut akoh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status