Share

Bab 114

Author: Jannah Zein
last update Last Updated: 2025-03-05 05:56:32

Bab 114

"Kenapa jadi begini? Kenapa mereka sampai bisa punya anak??!" Gigi-gigi perempuan itu gemertak. Dia bahkan langsung mengurangi kecepatan laju mobil. Emosinya sudah naik ke ubun-ubun.

Ini fakta baru yang ia temukan dari Winda saat perempuan itu datang ke resepsi pernikahan Alifa dengan Aariz.

Begitu rapatnya Atta menyimpan rahasia itu hingga setahun kemudian baru terungkap.

Eliana tidak menyangka jika saat itu Alifa tengah hamil dan perempuan itu ternyata tidak memberitahu Keenan sama sekali. Seandainya dia tahu lebih awal, mungkin ia akan langsung melenyapkan bayi itu sejak masih dalam kandungan. Dia tidak sudi jika warisan Keenan nanti jatuh ke tangan anak dari istri pertama Keenan. Dia sudah berusaha semaksimal mungkin, mati-matian agar bisa hamil, termasuk dengan cara minta dihamili oleh Roger.

Eliana tidak suka anak-anak, tapi jika begini caranya, sepertinya dia mulai putar haluan. Dia akan mengambil kembali Sherina untuk mengalihkan perhatian Keenan pada istri pertamany
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 115

    Bab 115"Awas hati-hati, Mbak!" peringati Ina saat Donita mencoba menggendong Sherina. Bobot tubuh Sherina cukup berat, apalagi saat ini wanita itu tengah hamil dan perutnya sudah membuncit."Its, oke. Nggak masalah," ujar Donita. Wanita itu tersenyum. Tak ada penolakan dari balita mungil itu. Malah tangan kecilnya melingkar di leher Donita."Ma ma," ocehnya riang. Lalu tertawa-tawa."Ya ampun... kamu menggemaskan sekali sih." Wanita itu balas ketawa. Dia membawa Sherina berjalan menuju pintu utama lantaran suara bel di depan pintu terdengar.Nampaknya ada tamu untuk mereka.Tanpa memeriksa siapa yang datang dari kaca kecil yang berada di tengah-tengah pintu, Donita langsung membuka pintu begitu saja. "Bu Eli." Refleks wanita itu mengeratkan gendongannya."Apakah kamu kaget jika aku datang kemari? Apakah kamu mengira, jika saya tidak tahu di mana tempat tinggal kalian sekarang?" Terlihat sekali jika Eliana tengah memindai penampilan Donita saat ini.Donita hanya mengenakan dress over

    Last Updated : 2025-03-05
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 116

    Bab 116"Tidak mungkin! Kamu pasti bohong, kan? Anakku bernama Zaid, dan dia sudah meninggal dunia!""Dan kamu percaya begitu saja?!" sinisnya. Eliana memang memilih untuk memberitahu Keenan dan Donita, supaya Keenan berpikir untuk merebut kembali Alifa dari dokter Aariz. Dan ia akan mengambil kesempatan itu untuk mendekati pria kaya raya itu. Kebetulan dia sendiri sudah cukup kenal dengan dokter Aariz. Bukankah dokter Aariz yang menanganinya saat melahirkan Sherina? Itu akan menjadi jalan yang cukup mudah untuknya bisa meraih simpati pria itu.Dia tidak peduli jika drama rumah tangga ini akan terus berlanjut, yang jelas dia akan mengambil sesuatu yang dirasa lebih menguntungkan untuknya, lagi pula apa gunanya mengemis rujuk dengan Keenan? Yang ada, dia harus dipaksa untuk menerima Sherina yang jelas-jelas dia tidak suka, sementara dokter Aariz tidak punya anak. Itu yang ada di dalam pikirannya sekarang.Soal bagaimana respon bu Wardah, itu akan di pikirkannya nanti."Apa mungkin mas

    Last Updated : 2025-03-06
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 117

    Bab 117 "Kamu ingin aku menjadi suamimu seutuhnya, Alifa? Kamu ingin aku memberikan nafkah batin untukmu?" tebaknya, yang sialnya tebakan itu memang benar. Pria itu kembali menggeser tubuhnya dan kini kami kembali merapat. "Kalau itu adalah kemauanmu, baiklah. Aku akan memberimu nafkah batin. Bukankah seorang pria tidak memerlukan perasaan jika ingin melakukan hubungan intim?" "Kamu salah paham, Mas. Bukan itu maksudku." Aku merasa mas Aariz seperti meledekku. Kenapa aku jadi terlihat seperti wanita murahan yang menuntut untuk dibelai meski itu oleh pasangan halalku? "Aku tidak sedang salah paham. Jika memang seperti itu yang kamu inginkan, maka aku akan memenuhi semua keinginanmu, tapi dengan syarat, kamu nggak boleh minta cerai," ujarnya seolah bernegosiasi. "Bagaimana mungkin Mas bisa melakukannya? Mas tidak mencintaiku, kan? Pernikahan ini Mas lakukan hanya karena ingin menyenangkan hati Mama." Aku memejamkan mata, berusaha menahan air mata ini. Aku malu seandainya harus

    Last Updated : 2025-03-07
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 118

    Bab 118Pria itu tersenyum samar lalu menghela nafas. Dia mengulurkan tangan yang disambut oleh Alifa dengan sebuah kecupan."Baik-baik di rumah ya. Dan tolong, jangan banyak pikiran. Yakinlah, semua akan baik-baik saja."Bagaimana mungkin dia bisa dengan begitu ringannya mengucapkan kata baik-baik saja, sementara aku sendiri merasa jika semuanya akan bertambah rumit? Ini tidak semudah logikanya.Firasatku mengatakan jika akan ada sesuatu setelah ini, jika kami terlambat untuk saling memperbaiki hubungan.Komunikasi diantara kami bahkan hanya seperlunya saja. Ini sangat menyedihkan.Aku menatap sendu langkah-langkah tegap suamiku yang tengah berjalan menuju mobilnya. Tidak ada lambaian tangan dan senyum manis. Dia pergi begitu saja. Agaknya bersikap manis kepadaku sekarang bukanlah hal yang mudah untuknya. Padahal bulan demi bulan sudah berlalu.Ah, kenapa aku jadi terlalu berharap? Bukankah dia sendiri yang bilang jika dia tidak mencintaiku? Bahkan percintaan panas tadi malam pun bi

    Last Updated : 2025-03-08
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 119

    Bab 119"Tapi, Dok...." Gadis itu menggumam."Kalau saya suruh pulang, ya pulang. Kalau orang tuamu sampai komplain sama rumah sakit ini gimana?" dengus pria itu. Dia memang sudah menceritakan tentang Zaid kepada Nia, tapi bukan berarti Nia bisa ikut campur. Aariz bercerita supaya Nia tahu. Tak lebih. Karena Nia adalah asisten pribadi yang membantu mengurus pekerjaannya di rumah sakit. Nia juga sering ia titipi pesan untuk Alifa supaya jangan menunggunya pulang, karena Aariz tidak mau ditagih jatah malam.Ini tidak lucu. Biasanya pihak wanitalah yang diuber-uber untuk melayani suami, justru dialah yang terbebani. Aariz sungguh tak berminat untuk melakukan hal itu. Dia melakukannya lantaran tak tega, dan takut kalau Alifa kabur, tentunya.Rumah tangga mereka harus terus berjalan.Akhirnya Nia mengalah. Gadis itu mengambil tasnya dan bergegas meninggalkan ruangan USG, meninggalkan Aariz yang tengah sibuk menekuri beberapa map yang barusan diambilnya dari Nia.Tak ada lagi pekerjaannya.

    Last Updated : 2025-03-09
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 120

    Bab 120Tanpa bertanya lagi, Atta segera membersihkan tangannya, lalu beranjak meninggalkan meja makan.Dia sangat penasaran, siapa tamu yang pagi-pagi datang kemari? Bukankah hari ini hari libur? Meskipun baginya tidak ada istilah hari libur, karena hari ini pun dia berencana akan pergi ke hotel. Arum sudah memberinya setumpuk berkas yang harus ia periksa hari ini juga."Kamu...." Pria itu langsung tertegun. Tak menyangka jika pria ini menyambangi rumahnya pagi-pagi."Selamat pagi." Keenan mengulurkan tangan, mengajak pria itu bersalaman."Oke, silahkan duduk kembali, Mas."Pria itu mengangguk dan kini mereka sudah duduk saling berhadapan."Apa ada sesuatu hal yang ingin kita bicarakan? Bukankah kontrak kerja kemarin sudah masuk ke emailnya Mas Keenan?" todong Atta. Dia pura-pura tak paham. Tebakannya pasti tidak pernah meleset. Bagaimana mungkin Keenan pagi-pagi menyambangi rumah ini hanya untuk membahas soal pekerjaan?Mantan suami Alifa ini pasti ingin bertemu dengan Alifa dan Gib

    Last Updated : 2025-03-10
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 121

    Bab 121"Aku nggak menyangka Mas masih mau menggandeng perempuan hamil ini," sinis Eliana sembari berjalan terus mendekat.Genggaman tangan Donita melonggar. Telapak tangannya sudah berkeringat dingin. Donita merasa sangat gugup. Bagaimanapun, dia hamil diluar nikah dan itu adalah aib bagi seorang wanita.Ini Indonesia, bukan luar negeri. Seorang wanita hamil diluar pernikahan dan memelihara anak sendirian itu bukan hal yang biasa, meski cukup banyak kasus seperti itu terjadi di negeri ini."Apa ada yang salah?" Masih dengan menggandeng Donita, Kenan bergerak perlahan menjauh dari mantan istrinya ini. "Kita sudah bercerai, dan aku bebas menggandeng siapapun.""Tentu saja aku tidak menyangka, mantan suamiku demikian bodohnya mau memelihara wanita yang hamil diluar nikah!""Dan itu karena orang suruhan kamu, pria selingkuhanmu! Seharusnya kamu yang bertanggung jawab, karena sudah menyuruh Roger untuk menghamili Donita, bukan malah memaki-makinya seperti ini. Seharusnya kamu sadar itu!"

    Last Updated : 2025-03-10
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 122

    Bab 122"Bagaimana Mas?" Aku langsung mencecar suamiku dengan pertanyaan. Sejak tadi aku merasa sangat gelisah, mengkhawatirkan soal kondisi pasien itu. Tidak mungkin Nia menelpon dengan nada yang sangat panik seperti itu jika tidak benar-benar gawat."Operasinya sudah selesai dan dia belum sadar. Kondisinya masih dalam pemantauan tim. Semoga saja bisa segera dipindahkan ke ruang rawat biasa."Namun meski jawabannya cukup melegakan, tetapi aku menangkap raut wajahnya yang murung. "Masalahnya apalagi, Mas? Operasinya kan sudah selesai, dan si pasien selamat. Lalu apalagi?""Dokter Hera. Seharusnya yang memberi tindakan itu dokter Hera, bukan aku. Tapi dia nggak mau. Kamu kan tahu sendiri alasannya kenapa?" Pria itu mengingatkanku dengan percakapan dengan Nia saat kami masih berada di mobil."Karena dia nggak berani dan takut ujung-ujungnya bakalan disalahkan sama penanggung jawab pasien. Soalnya pas dirujuk kemari, si pasien dalam kondisi pendarahan yang hebat.""Iya." Pria itu menghe

    Last Updated : 2025-03-10

Latest chapter

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 181

    Bab 181"Daripada dia tantrum, tambah repot lagi. Kasihan Maya. Mbak Alifa kan sibuk, lagi pula Mbak Alifa harus fokus dengan kandungan Mbak." Pria itu berucap dengan nada yang datar, nyaris tanpa ekspresi apapun. Dia mendekap Anindita dalam gendongannya. Tubuh mungil itu tampak damai dalam tidur, mungkin dia tengah bermimpi indah, sehingga tak perlu mendengarkan pembicaraan tiga orang dewasa yang tengah membahas dirinya."Ya udah, nggak apa-apa. Yang penting putri kamu itu baik-baik saja, Ta." Aariz menengahi. Dia sudah memprediksi bakal terjadi keributan jika meneruskan meladeni tingkah Atta. Pembicaraan ini sangat sensitif. Jangan sampai Atta dan Alifa merasa tidak enak hati, apalagi Alifa. Jangan sampai istrinya merasa bersalah karena merasa menomor duakan anak susuan yang merupakan putri angkat Atta itu.Sebenarnya Aariz tidak pernah membedakan anak-anaknya, hanya saja memang akhir-akhir ini sejak Anindita disapih, perhatian Alifa memang berkurang, karena lebih sering mengurung

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 180

    Bab 180"Mas...." Alifa mendesah. Dia menggenggam tangan sang suami, lalu mengecup ujung jemari Aariz sekilas. "Kalau aku nggak bisa melahirkan anak laki-laki kayak Mama Wardah, apa Mas Aariz akan menceraikanku atau berpoligami?"Pertanyaan yang membuat Aariz seketika membeku. "Hei... Mas kenapa diam?" Alifa mengibaskan tangannya persis di depan mata sang suami."Apa Mas ingin menjawab jika di dalam keluarga El Fata, setiap generasi wajib memiliki anak laki-laki?" Alifa tentu saja berpikir karena Hasyim El Fata berasal dari negara timur tengah, sama seperti syekh Ishak yang garis keturunannya menginduk ke syekh Sulaiman Al-Qurthubi. Pertemuan singkat dengan Zara sedikit banyaknya mempengaruhi jalan pikiran Alifa saat ini.Soal anak. Dia tidak pernah berpikir jika ada keluarga yang begitu mengagungkan anak laki-laki, terutama bagi keluarga-keluarga yang garis keturunannya ditarik dari pihak laki-laki.Baru ia menyadari sekarang jika bukan tidak mungkin keluarga El Fata akan mengungki

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 179

    Bab 179 Barulah Alifa maklum. Dia memang benar pernah mendengar tentang tokoh besar yang sangat terkenal di negeri ini. Dan ternyata suaminya Zara adalah salah satu keturunan dari tokoh itu. Keharusan memiliki anak laki-laki yang membuat pria itu memaksa istrinya untuk hamil lagi anak ke-4 dan berharap jika anak keempat adalah laki-laki, padahal kondisi rahim Zara sudah tidak memungkinkan. "Kita tidak bisa memaksakan takdir, Bu. Anak laki-laki atau anak perempuan mutlak ketentuan Tuhan." "Tapi masih ada jalan, kan? Setidaknya itu menurut versi mereka." Zara tersenyum kecut. "Setiap ikhtiar tentu diperbolehkan, tapi bukan berarti harus mengabaikan keselamatan nyawa istri sendiri." "Asal Ibu tahu, saat ini ada seorang perempuan yang berasal dari keturunan mereka siap untuk menjadi istri kedua suami saya." Mata perempuan itu mengerjap. Zara sudah tidak lagi menangis, bahkan ia menghapus sisa-sisa lembab di wajahnya dengan tisu yang disodorkan oleh Alifa. "Bagaimana jika wanita itu

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 178

    Bab 178Keenan bukan pria yang pelit. Jika kepada keluarganya sendiri terkesan hitung-hitungan, dia hanya sekedar memberikan pelajaran. Mencari uang bukan hal yang gampang, dan dia bukan ATM berjalan.Meski ada beberapa orang yang bergantung hidup kepadanya, dan ia biayai selama ini. Dia sengaja membiarkan ibu dan kedua kakak perempuannya bertahan dengan uang bulanan pas-pasan, agar mereka mau belajar menghargai pemberiannya. Jangan mentang-mentang Keenan adalah anggota keluarga mereka, mereka bisa seenaknya.Itulah kenapa dia terlihat begitu royal dengan Alifa. Alifa diratukan saat menjadi istrinya, bahkan sebelum itu, karena Alifa itu perempuan yang tulus. Bukan cuma sekedar tulus, tapi dia juga berjuang untuk keberlangsungan perusahaan. Rasanya wajar jika Keenan memberikan timbal balik. Alifa tidak sekedar cuma bisa menadahkan tangan, tetapi dia berjuang dan terjun langsung mengurus perusahaan. Para karyawannya hafal betul siapa Alifa.Alifa berbeda dengan ibu dan kedua kakak pere

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 177 (No sex before married)

    Bab 177"Yeah.... Yang mau ketemuan sama duda plus papanya anak asuh...." Maya mengerjap gemas melihat tingkah Naira yang kedapatan berkali-kali mengecek penampilannya di cermin yang ada di kamar anak-anak.Maya dan Naira memang tinggal sekamar dengan anak-anak, karena mereka full menjaga anak-anak itu. Gibran dan Anindita yang sedang aktif-aktifnya."Siapa bilang? Ikatan pada rambutku kendor nanti kalau lepas malah kelihatannya nggak rapi. Kamu kayak nggak tahu gimana aktifnya Gibran kalau sudah di luar ruangan," balas Naira. Gadis itu terlihat salah tingkah. Berkali-kali ia malah melirik arlojinya. Gibran sudah ia siapkan sejak pagi sekali. Dan seperti mendukung keinginan papa dan pengasuhnya untuk bertemu, ia sama sekali tidak rewel untuk dibangunkan. Mandi dan berpakaian rapi. Semua perlengkapan Gibran juga sudah siap. Naira pun sudah menyuapi Gibran untuk sarapan."Bentar lagi," gumam gadis itu tak sadar jika suaranya bisa didengarkan oleh Maya."Iya, sabar dikit kenapa sih?" go

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 176

    Bab 176"Kasihan gimana? Memangnya kamu pikir Mas akan mempermainkan Naira?!"Setiap akhir pekan Naira rutin mendampingi Gibran untuk bertemu dengannya, berakhir dengan menginap di apartemen. Meski gadis itu sering terlihat tidak nyaman saat bersamanya, tetapi Keenan berhasil membuat suasana kembali mencair, sehingga tak ada kecanggungan yang kentara, apalagi saat mereka berada di hadapan ibunya Ina yang bernama Rima itu, bahkan perempuan setengah baya itu benar-benar mengira jika Naira adalah calon istri Keenan. Kebersamaannya dengan Gibran perlahan mulai menumbuhkan rasa keterikatan dalam diri bocah kecil itu. Meski sampai saat ini Keenan masih tetap mengajarkan kepada Gibran untuk memanggilnya Om, demi memenuhi janjinya kepada Alifa. Namun itu tidak mengurangi keakraban di antara mereka. Entah sampai kapan. Mungkin sampai putranya dewasa, barulah bisa mengerti alasan dibalik perpisahan kedua orang tuanya. Tapi meski begitu, Keenan juga tidak bisa menjamin apakah Gibran bisa mener

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 175

    Bab 175Plak plak plak!Tiga tamparan keras cukup membuat tubuh Tanti terjengkang. Wanita paruh baya itu malah berguling-guling di lantai. Untung saja lantai ruang dilapisi oleh karpet tebal, sehingga tidak membuat Tanti menderita cedera otak."Mama!" pekik Winda. Perempuan itu berlari dan langsung meraih ibunya. Tak lupa dia menangkap kaki sang ayah, agar kaki itu urung mendaratkan tendangan di tubuh ibunya.Lelaki paruh baya itu langsung terjengkang, lantaran tidak memiliki kewaspadaan. Dia tidak menyangka jika Winda muncul dari dalam dan mencegah tindakannya.Kemunculan putrinya membuatnya melupakan keinginannya untuk menghajar Tanti barang sejenak.Winda membantu ibunya untuk bangkit, sehingga perempuan itu kini bisa duduk, meskipun kepalanya terasa berputar-putar. Dia memejamkan mata sejenak, lalu kembali menatap sang suami yang juga sudah kembali berdiri, sembari berkacak pinggang."Itu pelajaran bagi seorang wanita yang mau enaknya saja. Dari dulu aku sudah terlalu sabar mengha

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 174

    Bab 174"Setidaknya beri mereka pelajaran. Bukan soal Mbak Winda, tapi juga keluarganya yang sejak dulu selalu merongrong keluarga ini." Alifa angkat bicara setelah mereka terdiam beberapa saat."Balasan setiap perbuatan adalah hal yang setimpal, tapi tidak mungkin juga kan kita balas dengan melakukan percobaan pembunuhan kepada Winda, misalnya," ujar Atta blak-blakan yang disambut pelototan mata oleh kakaknya.Bagaimanapun, Winda adalah mantan istrinya, orang yang pernah ia cintai setengah mati. Walaupun sedikit, masih tersisa rasa cinta kepada perempuan yang pernah singgah di hatinya dan pernah menjadi ibu dari mendiang putranya, Zaid. Dia masih merasa berat hati jika Winda harus berakhir di tangan keluarganya sendiri, walaupun Winda sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal dan baginya tidak bisa termaafkan."Atta," tegur ibunya."Nggak, Ma. Mana mungkin aku tega membunuh mantan ayang." Pria itu nyengir yang disambut tabokan keras oleh Aariz di bahu kirinya."Sudah, sudah, jangan

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 173

    Bab 173"Tolong kasih saya penjelasan. Kalian ini sebenarnya siapa, dan disuruh siapa? Kenapa mau menolong saya? Saya perlu alasan yang logis. Tidak mungkin kalian mau bertaruh nyawa untuk menyelamatkan seseorang yang tidak kalian kenal seperti saya."Akhirnya setelah mendaftarkan ibunya untuk dirawat di sebuah rumah sakit, Lisa kembali mendekati salah seorang diantara mereka, seseorang yang memboncengnya saat dari lokasi penculikan sampai ke kampung halamannya.Pria itu menghela nafas. Dia sejenak merapikan kemejanya yang kusut. Mungkin tak sadar, karena perjalanan mereka yang menegangkan barusan, di tambah lagi harus mengantar ibunya Lisa ke rumah sakit."Kenalkan, nama saya Abi. Sebenarnya kami diperintahkan oleh Mas Atta untuk mengawal Mbak Lisa sampai ke kampung halaman." "Mas Atta?! Mas Atta yang menyuruh kalian?" Lisa malah menepuk jidat, lalu menutup telinga dengan kedua telapak tangannya."Nggak usah segitunya juga kagetnya, Mbak," tegur pria itu. Abi menarik dengan lembut t

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status