Share

Chapter 5 - I miss you

Pagi ini langit sedang bersahabat, cahaya hangat yang menyinari pepohonan, kicauan burung yang terdengar saling bersautan, aku menikmati setiap hembusan angin di teras depan villa, duduk di sebuah kursi rotan ditemani dengan secangkit teh hangat dan beberapa potong biskuit keju kesukaanku yang sudah Sarah beli sebelum kami datang ke Villa ni. 

Aku memang berencana bangun lebih pagi, aku ingin menikmati suasana damai yang menenangkan jiwa sebelum aku kembali ke Jakarta.

"Aku kangen kamu" Ucap ku dengan lirih sambil menatap lurus kedepan.

Sejak kemarin, aku berusaha membujuk Sarah untuk meminjamkan handphone nya, aku berharap bisa mendengar suara Alka hari ini, aku khawatir Alka akan mencari ku karena sudah beberapa hari ini handphone ku rusak. Namun nihil, Sarah tetap pada pendirian nya dan semakin berusaha menjauhkan aku dari Alka.

Bagi ku, melupakan Alka sama hal nya dengan menyelam ke dasar laut tanpa peralatan menyelam, bahkan sebelum mencapai dasar, aku akan lebih dulu mati. Alka adalah seseorang yang sangat berarti untukku, seseorang yang sangat amat aku cintai sepenuh hati, untuk ku bahkan aku rela menyerahkan seluruh hidup ku, perhatianku, bahkan dunia ku untuk nya. 

Lebih dari itu, Alka adalah lelaki yang sedari awal mencuri perhatian ku dengan cara yang berbeda dari lelaki manapun yang pernah singgah di hidup ku. 

Beberapa kali aku memang berpacaran dengan orang lain sebelum Alka, namun saat bertemu Alka, saat itu juga aku menyadari bahwa yang pertama datang belum tentu menjadi cinta pertama. Menurut ku, cara Alka mencintai ku cukup "unik", aku mencintai segala hal tentang Alka, tentang bagaimana ia perduli pada lingkungan, bagaimana ia perduli terhadap diriku walaupun terkadang timbuk kesalah pahaman karna cara ia menunjukkan rasa perduli nya, dan aku mencintai bagaimana ia yang terkenal dingin dan cuek bisa menjadi sangat hangat jika membicarakan ummi nya bersama ku.

Didepan ku ia menjadi sosok yang selalu menunjukkan bahwa ia sangat mencintai ummi nya, bahkan beberapa kali Alka berkata bahwa tidak semua orang tahu bagaimana kehidupan ia yang sebenarnya, dan aku beruntung karna ia sangat mempercayaiku akan semua hal yang berhubungan dengan hidup nya, aku rasa karna hal itu yang membuat aku mencintai nya begitu dalam.

Meski terkesan dingin dan acuh pada orang lain, namun sosok Alka akan sangat hangat jika itu menyangkut soal ku, setidak nya dahulu seperti itu.

Bibir ku mengembangkan senyum ketika mengingat bagaimana Alka tertawa dan tersenyum untuk ku. Ingatan ku beralih ketika Alka berkali-kali meminta ku untuk jangan meninggalkannya, meminta ku untuk tetap tinggal bersama nya apapun yang terjadi, air mata ku pun kembali jatuh.

"Padahal kamu yang bilang takut kehilangan aku, tapi kenapa kamu tinggalin aku" Aku mengusap air mata yang mengalir di pipi ku.

Pikiran ku berkelana, rasa penasaran ku seakan-akan menggebu relung dada, bagaimana keadaan nya sekarang, apa dia juga menangisi ketiadaan ku di hidup nya, apa dia sekarang sudah merasa menyesal dan berusaha mencari agar aku kembali lagi? Percayalah, jika saat itu datang aku akan dengan senang hati menerima nya kembali, jangan sebut aku tolol, ini soal cinta.

"Satu jam lagi kita berangkat" Suara itu membuat ku buru-buru mengelap air mata ku.

"Oh oke, gua masuk dulu ya mau beres-beres"

Aku berjalan masuk ke dalam, melewati Sarah dengan senyum tipis. Di dalam kamar aku mulai membereskan koper ku, tak lupa aku mengecek laci-laci dan kolong kasur agar tak ada yang tertinggal. Saat sedang melihat kolong kasur, aku melihat serpihan kaca, hal itu membuat ku berhenti sejenak dan berpikir, lalu dengan cepat aku memasukkan serpihan kaca itu ke dalam tas kecil ku.

Setelah dirasa sudah rapih, aku keluar kamar menggeret koper sambil menenteng tas kecil ku menuruni anak tangga. Di ruang tamu, terlihat Sarah sedang duduk sambil menikmati semangkuk kecil es krim, aku tahu Sarah sengaja memakan ice cream rasa vanilla supaya aku mau memakannya, padahal Sarah lebih suka ice cream coklat.

"Lo mau?" Sarah mengulurkan ice cream itu kepada ku sesaat setelah aku duduk di samping nya. 

"Gak ah, lo abisin aja gua ga mood makan ice cream" Ucap ku.

"Makanya gua kasih lo ice cream ini biar mood lo bagus" 

"Tetep gamau"

Sarah menatapku sebal. Sebelumnya aku tidak pernah menolak jika diberikan ice cream rasa vanilla kapanpun di jam berapapun, akhirnya dengan berat hati Sarah menghabiskan ice cream rasa vanilla yang menurutnya tidak lebih enak dari rasa coklat.

"Buruan deh makan ice cream nya, gua mau beli bubble wrap" Ucap ku sambil mengikat rambut panjang ku yang sedari tadi terurai.

"Bubble wrap?"

"Iya, nanti mampir dulu ya ke toko Nci"

"Buat apaan sih bubble wrap? lo mau buka toko online?" 

"BUAT KETENANGAN JIWAAAAA" Aku pun tertawa kecil sambil meninggalkan Sarah, menggeret koper ku ke arah mobil.

******

Selama di perjalanan aku banyak diam, sesekali aku menimpali obrolan Sarah. Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, kami pun memutuskan untuk berhenti di rest area untuk makan siang, setelah perdebatan kecil perihal memilih tempat makan, pilihan jatuh pada rumah makan padang.

"Lo pesen apa Cit?"

"Kayak biasa"

"Kayak biasa kayak biasa, lo kira gue yang jualan apa sampe hafal lo mau makan apa." 

Aku menatap Sarah dengan senyum sinis menahan tawa, "Iya iya bawel banget sih, gue makan rendang sama sayur, nasi nya setengah ya" Aku pun berlalu meninggal kan Sarah mencari meja kosong di rumah makan itu.

"Pegel banget gue nyetir, tau bakal macet gini mending pulang sorean deh" Ucap Sarah sambil meletakkan tas nya diatas meja.

"Yaudah nanti gantian"

"Jangan lah, lo belum stabil" 

"Maksud lo apa sih? gue gila gitu hah?" Aku tertunduk ketika mengucapkan kalimat itu. 

"Engga, sorry udah yuk cepet makan, nanti jalanan makin macet, lo mau ke toko nci kan."

"Hmm"

Setelah makan, kami berjalan menuju sebuah minimarket yang letak nya agak jauh dari tempat parkiran mobil. Sebenarnya aku malas sekali tapi Sarah terus merengek untuk menemani nya pergi ke minimarket demi membeli satu buah permen kesukaannya, aku ulangi, SATU BUAH PERMEN. Betapa luar biasa nya sahabat ku yang satu ini.

Ketika sedang mengantri untuk membayar, mata kami berdua tertuju kepada sosok laki-laki berbaju hitam dengan lengan tergulung, celana pendek coklat, tak lupa sepatu dan kacamata hitam yang bertengger di baju nya.

"Cit, liat deh buset nikmat mana lagi yang kau dustakan" Ucap Sarah sambil menyikut lengan ku penuh semangat.

"Iye cakep dah" 

"Lu sama dia aja ya Cit, gua restuin 10000%"

"Ih belajar gila lo ya kenal aja engga lo main serobot aja"

Sarah hanya tertawa mendengar jawaban ku, setelahnya kami membayar belanjaan dan segera berjalan ke parkiran mobil.

Aku diam memikirkan perkataan Sarah saat di rumah makan barusan, aku menyadari posisi ku saat ini amat sangat terpuruk. Rasa cinta yang terlalu besar serta ekspetasi akan rencana-rencana yang semula aku dan Alka bangun ku kira akan berjalan lancar namun ternyata hancur begitu saja. Bahkan rasanya, waktu pun tak mampu mengobati luka yang aku rasakan saat ini, aku tak pernah menyangka bahwa perasaan ku akan sedalam ini untuk mencintai seseorang.

Aku kira jika Alka tau bahwa aku sangat mencintai nya, Alka akan mencintai ku kembali dengan perasaan yang sama dalam nya, dengan rasa takut kehilangan yang sama besar nya, namun ternyata hal-hal seperti itu belum mampu untuk membuat Alka menetap, pada akhirnya ia memilih untuk pergi.

Sejujurnya, bagi ku ada hal yang lebih menyakitkan dari sekedar kehilangan raga Alka, yaitu alasan tentang perasaannya. Aku tak menyangka akan mendengar alasan yang begitu menyakiti diri ku, dengan semua yang sudah aku berikan untuk Alka, dunia ku, hidup ku, ketulusan, kesabaran, dan cinta seakan semua hilang begitu saja, entah lah mungkin memang cinta yang aku berikan kurang meyakinkan atau memang Alka yang kurang melihat ketulusan dari aku yang mencintai nya dengan sabar.

Kami melanjutkan perjalanan pulang. Kali ini kami berdua terlihat lebih banyak diam, hanya sesekali saja Sarah mengajak ku berbicara. Tak terasa setelah 2 jam perjalanan yang melelahkan, akhirnya kami sampai di toko Nci. Aku memang meminta Sarah untuk lebih dulu mampir ke toko Nci untuk membeli bubble wrap untuk aku bawa pulang.

"Sore Nci" Aku menyapa Nci pemilik toko yang sedang sibuk dengan buku catatan dan kalkulator di meja kasir. 

"Ehh, aduh bentar ya Nci itung ini dulu nih pesenan orang aduh pusing dikejar waktu, bentar ya bentar duduk dulu" Ucap Nci toko sambil membenarkan kacamata nya dan memanggil salah satu karyawannya untuk memberikan 2 buah kursi untuk ku dan Sarah.

5 menit berlalu, Nci toko pun memanggil ku ke meja nya.

"Heyy mau beli apa nih? kayak biasa ya?" Tanya Nci toko kepada ku, aku memang terbiasa membeli bubble wrap di toko Nci sejak setahun yang lalu.

"Iya Nci"

"Pacar nya mana yang biasa nganter?" 

Aku terdiam menatap Nci toko yang menatap ku dengan senyuman. Jantung ku berdegup, perut ku terasa mual, aku berusaha menenangkan diri untuk terlihat baik-baik saja.

"Ada Nci, kebetulan lagi sibuk, jadi di temenin sama sahabat saya tuh" Ucap ku sambil memberikan senyuman, susah payah aku tersenyum untuk meyakinkan orang di hadapanku bahwa diri ku sedang baik-baik saja.

"Oh iya deh, bentar ya Nci suruh ambilin dulu bubble wrap nya, duduk dulu" 

"Iya Nci, makasih ya" Aku kembali duduk di tempat ku semula, namun Sarah meminta untuk menunggu ku di dalam mobil.

"Gerah Cit disini panas" Ucap nya sebelum ia beranjak pergi masuk ke dalam mobil.

Tak lama Nci toko kembali memanggil ku, menyerahkan 1 kantong plastik hitam besar yang kemudian dibayar oleh ku. Setelah berpamitan, aku pun kembali ke dalam mobil, di mobil Sarah bertanya apa ada tujuan lain sebelum sampai ke rumah, aku hanya menggelengkan kepala dan menatap lurus ke arah jalanan, meminta Sarah untuk melanjutkan perjalanan pulang.

Suasana di dalam mobil kembali diam. Namun, ada suara hati yang tidak pernah berhenti bicara, suara yang tak pernah berhenti bertanya, dan suara hati yang tak henti nya berdoa. Harapan ku, semoga hari ini atau esok Alka akan datang kepada ku. Semoga semesta memberikan aku kesempatan sekali lagi untuk meyakinkan orang yang sangat aku cintai untuk tetap tinggal bersama ku.

Namun, aku sadar ada seseorang yang jauh tersakiti dibanding diri ku saat ini. Orang itu adalah sahabat ku sendiri, aku yakin meskipun dalam diam Sarah memikirkan diriku dan keadaan ku sekarang, memang setiap kali aku merasakan patah hati, Sarah selalu menjadi orang pertama yang menemani dan membantu ku menyembuhkan patah hati yang saat itu aku rasakan. Sarah selalu menjadi rumah pulang untukku. Mungkin awal nya Sarah berpikir masa-masa patah hati ini akan mudah aku lalui seperti sebelum-sebelumnya. Namun aku rasa ia salah besar, aku bisa merasakan bahwa saat ini Sarah menyadari sesuatu.

Ini adalah patah hati terkacau dalam hidup ku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status