Share

Mawar itu Angela Kana

Abimanyu menghelas napas kasar, lalu kembali duduk di meja kerja. Sebuah panggilan telepon mengagetkan Abimanyu, dengan segera Abimanyu mengangkat telepon dari Angela.

“Maaf sayang, tidak siang ini, aku ada rapat mendadak, Oke,” ucap Abimanyu dan langsung menutup ponselnya.

Sementara itu Hazna menyiapkan makan siang, ia duduk di sofa dan menata menu makan siang di atas meja. Menu sop buntut dan ayam kecap, merupakan menu favorit Abimanyu, sudah tertata rapi di meja siap untuk di santap. Dengan malas lelaki bertubuh atletis itu berjalan ke arah Hazna, lalu Abimanyu duduk di sofa, ia menyantap menu yang ada di hadapannya,

Tanpa bicara Abimanyu menghabiskan satu piring makan siang.

Emmm masakan Hazna, enak, batin Abimanyu, sambil mengukir senyum di sudut bibirnya.

“Oke, sekarang aku sudah makan, sekarang pulanglah, aku masih sibuk!” perintah Abimanyu.

“Iya Mas, aku akan pulang,” balas Hazna, seraya tanganya membereskan tempat makan, dan setelah itu meraih tangan Abimanyu, dan mencium punggung tangannya dengan takzim. Dan hal itu membuat Abimanyu terkejut.

“Aku pulang dulu, Assalamu’alaikum,” pamit Hazna, tanpa dibalas Abimanyu.

Hazna berjalan ke luar ruangan, lalu ke loby, terlihat beberapa wartawan infotainment sedang bertanya pada resepsionis hotel.

“Apakah Angela Kana, menginap di sini?”

“Maaf, kami tidak bisa memberitahu, ini bersifat pribadi, tolong tinggalkan tempat ini, atau security akan mengusir kalian. Anda sunguh membuat tidak nyaman tamu-tamu kami,” jelas resepsionis.

Kemudian beberapa wartawan itu tampak kecewa, mereka pun melangkah lebar dan meninggalkan loby.

“Uhhh padahal info yang aku dapat akurat, kemarin Angela Kana dari Bandara langsung ke Hotel Raharja,” gerutu salah satu wartawan, tampak kecewa.

Hazna mendengar semuanya dengan jelas, ia pun masih ingat bahwa nama Angela Kana,  ia dengar satu bulan sebelum pernikahanya. Mungkinkah hubungan antara Mas Abimanyu dan Angela Kana itu benar? Dan sampai saat ini, mereka masih berhubungan. Rasa sesak tiba-tiba menghimpit dada Hazna.

Sementara itu, Abimanyu menuju kamar 201. Walau semalam mereka sudah melepas rindu yang membuncah, tapi rasanya lelaki itu ingin menumpahkan segala hasrat bercinta dengan kekasih terluapkan, setelah satu bulan penuh  menahan rindu pada kekasihnya itu. Pintu kamar dibukanya, terlihat Angela berdiri di balkon kamar, dengan berbalut gaun  warna putih sebatas lutut, dengan motif bunga-bunga kecil, baju seksi tanpa lengan, dengan belahan dada rendah, memperlihatkan bentuk tubuhnya yang seksi. Dengan gegas Abimanyu memeluk pinggang Angela, dan meletakkan dagunya di bahu wanita cantik dan beraroma vanila lembut menguar dari tubuhnya, membuat gairah Abimanyu semakin mengila.

“Sayang, malam ini aku akan bersamamu lagi,” bisik Abimanyu, bibirnya  menyentuh lembut telinga Angela.

“Hemmm, aku selalu akan menjadi milikmu di setiap malam,” balas Angela, langsung membalikkan tubuhnya menghadap Abimanyu, bibir mereka langsung bertaut, di iringi deburan jantung yang berdetak tak karuan.

Tangan Angela begitu lembut mengusap dada bidang Abimanyu, dan melepas jas, serta satu–persatu kancing kemeja dibuka.

Sementara itu Hazna, masih tertegun di loby hotel. Dengan memberanikan diri ia mendekati resepsionis.

“Ibu Hazna, ada yang bisa saya bantu?” ucap resepsionis dengan sedikit gugup, melihat Hazna istri pemilik Hotel Raharja berdiri tepat di handapannya.

“Kamar nomor berapa Angela menginap?” tanya Hazna tegas, membuat resepsionis bertambah gugup, dan wajahnya berubah pucat.

“Maaf Bu, saya tidak bisa memberitahu.”

“Aku, ingin bicara pada Angela Kana, tolong kamar berapa?” Sekali lagi Hazna memohon pada resepsionis dengan nada tegas.

“Kamar vvip nomor 201,” jawab resepsionis.

Tanpa berpikir panjang, Hazna melangkah lebar mencari kamar nomor 201, tidak butuh waktu lama ia menemukan sebuah kamar yang berada di lantai 10 dan merupakan kamar yang spesial karena cukup besar. Dengan langkah kaki pelan, Hazna berjalan mendekati pintu. Jantungnya berdebar kencang, hatinya bergejolak, pantaskah dirinya mencurigai suaminya bersama Angela di dalam kamar hotel. Rasa penasarannya terus menyusup dalam hatinya.

Tok...tok..pintu kamar di ketuk pelan, berharap di dalam sana hanya ada Angela Kana.

Tidak lama kemudian pintu terbuka, seorang wanita cantik, dengan pakaian seksi berdiri di hadapan Hazna.

“Siapa kamu? tanya Angela sambil memicingkan matanya, melihat wanita berhijab ada di depan kamarnya.

“Aku Hazna, istri dari Abimanyu, CEO Hotel Raharja,” jawab Hazna.

“Sayang, kemarilah sebentar,” seru Angela, memanggil kekasihnya.

Tidak lama kemudian, Abimanyu datang dengan kemeja yang berantakan, matanya membulat ketika melihat Hazna ada di depan pintu, dan menatapnya, mata Hazna terlihat berkaca-kaca, tidak mampu berucap sepatah katapun. Baru sehari pernikahannya, tapi di hadapkan pada kenyataan suaminya bersama wanita lain.

“Haz, kenapa kamu ke sini?” tanya Abimanyu, terlihat kesal.

Hazna, tidak menjawab, ia bergegas pergi meninggalkan Abimanyu, dan Angela. Apa yang dilihat cukup menjawab rasa penasarannya. Dengan langkah lebar, Hazna, keluar hotel dan naik taksi, sambil mengusap air matanya.

Sementara Abimanyu, terlihat cemas, tapi Angela bersikap biasa saja. Senyum puas tergambar jelas di wajah Angela, sambil memainkan rambut panjangnya.

“Angela, seharusnya, kamu beritahu aku, jika Hazna datang, belum saatnya Hazna tahu tentang hubungan kita.”

“Aku tidak mau, menyembunyikan hubungan kita di hadapannya, dia yang telah merebut kamu dariku, aku cukup pusing bersembunyi dari wartawan, dan menutupi hubungan kita dari public!” Protes Angela, seraya menghempaskan tubuhnya kasar di tempat tidur.

Abimanyu, merapikan kemejanya, dan segera keluar kamar, untuk mengejar Hazna. Abimanyu takut jika Hazna mengadukan hal ini pada ibunya. Mengingat ancaman ibunya yang akan mencabut jabatan CEO darinya. Dengan cepat Abimanyu  menuju mobilnya dan melaju cepat berharap bisa bicara pada Hazna.

Mobil taksi yang di naiki Hazna, berhenti di depan rumah Bu Ratna, setelah membayar taksi, Hazna melangkah masuk, berusaha menenangkan hatinya dengan meraup udara sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya pelan, lalu kembali melangkah pelan di depan pintu, terlihat ibu mertuanya yang sudah menyambutnya dengan senyum bahagia.

“Bagaimana, makan siang di kantor, bersama Abimanyu?” tanya Bu Ratna dengan mengulas senyum.

“Menyenangkan, Bu.., Mas Abimanyu, menghabiskan makanan yang  Haz masak, nampaknya ia suka dengan masakan Hazna,” jawab Hazna, dengan tersenyum kecil. Ia tidak tega mematahkan wanita paruh baya yang tulus menginginkan kebahagiannya putranya.

“Alhamdulillah, semoga semuanya berjalan, yang seperti ibu inginkan, perlahan-lahan kalian saling cinta.” Bu Ratna berucap, seraya menatap lekat menantu pilihannya, dan berharap rumah tangga, yang berawal dari perjodohan ini akan langgeng.

Hazna dan Bu Ratna, terlihat menuju teras rumah samping, menatap taman yang mengeliling  sebuah kolam renang, mereka tampak berbincang-bincang seperti layaknya ibu dan anak. Hazna berusaha menyembunyikan masalahnya dari  Bu Ratna. Tidak pantas rasanya mengumbar aib suaminya sendiri, meskipun itu dengan ibu mertuanya.

Terlihat Abimanyu, memasuki rumah dengan langkah lebar, di edarkannya netranya ruang demi ruang, mencari keberadaan Hazna, dalam hatinya ia sangat cemas, jika Hazna mengadu pada ibunya. Abimanyu melihat Hazna dan Bu Ratna di halaman samping, dengan cepat ia menghampiri mereka.

“Haz..,” panggil Abimanyu, dengan raut muka cemas.

Bu Ratna dan Hazna, seketika menoleh ke arah Abimanyu. Bu Ratna tersenyum ke arah Abimanyu.

“Lho,  baru ketemu, sudah pulang ke rumah, katanya mau lembur,” ledek Bu Ratna pada putra semata wayangnya.

Melihat  nada bicara dan ekpresi ibunya, Abimanyu menyimpulkan, jika Hazna tidak mengatakan tentang kejadian di hotel.

“Abimanyu, ingin  bicara pada Hazna,” jawab Abimanyu.

“Maklum Nyonya, pengatin baru, jadi penginnya deketan terus,” celetuk Bi Eni, sembari membawakan 2  gelas jus alpukat dan menaruhnya di meja.

Celotehan Bi Eni, mengundang tawa bahagia Bu Ratna. Lalu bergantian menatap Abimanyu dan Hazna.

“Ya Sudah, bicaralah, kalian memang harus sering-sering berbincang-bincang,” balas Bu Ratna.

Hazna, terlihat hanya diam, tanpa ekpresi, sesekali tersenyum tipis ke arah Bu Ratna. Memendam kesedihan, karena apa yang diharapkan Ibu mertuanya sangatlah tidak mungkin, apalagi jika pernikahan mereka ada wanita lain di hati suaminya.

Abimanyu mengajak Hazna, masuk ke dalam kamar, setelah mereka berada di dalam kamar, Abimanyu menatap lekat wanita yang satu hari ini baru menjadi istrinya.

“Terima kasih, kamu tidak bilang pada Ibu,” ucap Abimanyu pelan.

“Jadi mawar yang memikat hatimu itu Angela Kana. Mas Abim masih berhubungan dengannya?” tanya Hazna dengan bibir bergetar, ingin rasanya ia memukul dan menampar, pria yang  mengucap ijab qobul, tapi begitu mudah mengkhianatinya.

“Iya, Haz. Mawar yang memikat hatiku adalah Angela Kana, kami sudah berhubungan selama dua tahun, aku sangat mencintainya dan bermaksud menikahinya, tapi sayang Ibu tidak menyukai Angela,” jelas Abimanyu.

“Lalu posisiku di hatimu apa? Kamu hanya menjadikanku istri di atas kertas, hanya untuk membuat ibumu bahagia, Mas Abim mengorbankan perasaanku,” balas Hazna, dengan derai air mata.

“Jangan menyalahkanku Haz, kamu sendiri, kenapa menerima perjodohan ini?” timpal Abimanyu geram.

“Aku menerima perjodohan ini, karena semata-mata niat untuk ibadah. Karena menikah adalah ibadah. Jika ada seorang pria, yang seiman dan mapan, untuk mengajak menikah, alasan apa untuk menolak lamarannya?” balas Hazna lirih, menatap sendu Abimanyu.

Abimanyu hanya terdiam, dilihatnya Hazna yang berurai air mata. Tatapan Abimanyu dingin, seakan ia di butakan oleh cintanya  pada Angela.

“Sudah aku bilang, aku tidak peduli dengan perasaanmu, yang aku khawatirkan hanya kesehatan Ibuku, dan perasaan Angela,” ucap Abimanyu dengan nada di keraskan.

“Jangan khawatir, Mas... Aku tidak akan membuka aibmu, di depan siapapun. Aku akan menerima segalanya,” jawab Hazna.

Abimanyu terdiam mendengar ucapan Hazna, ada keraguan di dalam hatinya, mungkinkah Hazna, akan diam saja, tidak memberitahu tentang perselingkuhannya pada ibunya. Abimanyu menatap lekat wanita yang di hadapannya, mencari celah kejujuran di matanya.

“Baguslah, jika kamu mengerti, yang penting kesehatan ibu,” balas Abimanyu.

Malam semakin larut, Abimanyu masih sibuk di depan laptopnya, di meja kerja yang terletak di sudut kamar, sementara Hazna terlihat, membaca buku di atas tempat tidur, pikirannya melayang pada sosok aktris Angela Kana, terbayang  kecantikan, tubuh yang seksi, yang membuat suaminya tidak bisa berpaling dari aktris itu.

Hazna menghela napas panjang, menghembuskannya pelan. Lalu bangkit dari duduknya, melangkah mendekati Abimanyu.

“Mas, aku minta izin  untuk aktif kembali mengajar taman kanak-kanak,” ucap Hazna pelan, seraya berdiri di depan meja kerja Abimanyu.

“Kamu boleh melakukan apa saja keinginanmu,” balas Abimanyu ketus, dengan tatapan datar.

“Terima kasih,” balas singkat Hazna. Melangkah kembali ke tempat tidur, dan merebahkan tubuhnya.

Kamar pengantin baru, yang seharusnya berisi kehangatan, dan indahnya cinta, kini hanya rasa hampa dan dingin yang di rasa. Hazna kembali menitikkan air mata, pada siapa ia akan tumpahkan segala sakit dalam dada, pada ibunya yang berharap kebahagian untuk dirinya, akankah Hazna tega membuat kecewa yang tiada tara, ketika mendengar pernikahan putrinya, telah hancur di malam pertama pernikahan. Atau akankah bercerita pada  sahabatnya yang dari awal, sudah memperingatkan tentang Angel Kana yang dekat dengan Abimanyu. Hazna begitu resah, terjaga dari tidurnya, waktu menunjukkan jam tiga dini hari. Tanpa berpikir, Hazna bergegas mengambil air wudhu, lalu melakukan sholat tahajut. Karena mengadu pada Allah  adalah yang paling tepat.

Begitu lama Hazna bersujud, sambil berderai air mata, segala sakit di hati ditumpahkannya, di atas sajadah

“Semua yang terjadi, atas kehendakmu Ya Allah, aku menerima segala apa yang terjadi dalam hidup ini, ampunilah segala kesalahanku. Hanya Engkau yang dapat membolak-balikan hati manusia. Berikanlah hidayah pada suamiku, dan beri kesabaran atas diriku, aamiin,” doa Hazna di akhir sholatnya.

Setelah itu, melantunkan ayat suci Al’quran dengan merdunya, hingga sayub-sayub adzan subuh terdengar, Hazna melanjutkan dengan sholat subuh. Setelah sholat subuh, Hazna, pergi ke dapur, menyiapkan jus dan menu sarapan dibantu Bi Eni. Setelah semua menu sarapan, siap di meja makan, Hazna kembali ke kamar, di dapati Abimanyu masih tidur pulas, Hazna membuka korden dan jendela kamar, sinar sang surya pun masuk ke dalam kamar memberi kehangatan. Hazna menghirup udara pagi, dilepaskan segala beban hidupnya, pasrah menjalani takdir hidupnya, tapi tetap yakin, bahwa hubungannya dengan suaminya akan membaik.

Hazna lalu membersihkan diri, hari ini ia akan menyibukan dirinya untuk kembali mengajar di taman kanak-kanak. Dengan mengenakan rok panjang di balut blouse warna navi dan hijab senada, serta merias wajahnya dengan natural, penampilan yang sederhana, tapi tidak mengurangi kecantikan alami Hazna,  wajah dan penampilanya di tatapnya di depan cermin.

Apa aku harus, berpenampilan seperti Angela, supaya kamu mencintaiku Mas... batin Hazna.

Lamunannya membuyar ketika ponsel suaminya berdering, dengan hati-hati diraihnya ponsel itu dari atas nakas, terlihat nama Angela di layar ponsel.

“Angela Kana, jangan kamu hubungi lagi suamiku!” tegas Hazna, memberanikan diri berbicara pada wanita kekasih suaminya.

“Ha...ha... tawa mengema di seberang ponsel. Apa kamu pikir kamu bisa bersaing denganku, suamimu sudah tergila-gila padaku sebelum menikahimu, dan kami akan terus bersama,” timpal Angela.

“Aku istri sah Abimanyu Raharja, selama talak belum terucap dari mulut suamiku, akan mempertahankan pernikahan ini,” balas Hazna dengan tegas. Lalu menutup ponsel, dan mengnonaktifkan ponsel Abimanyu, kemudian menaruh di tempat semula.

Hazna menyiapkan baju kerja untuk Abimanyu, setelah itu mengambil tasnya dan bergegas turun, menuju ruang makan. Terlihat ibu mertuanya sudah duduk di kursi dan meminum segelas susu.

“Haz, mau ke mana?” tanya Bu Ratna, sambil meletakkan gelas di meja.

“Haz, akan mulai mengajar di taman kanak-kanak,” jawab Hazna.

“Haduh Haz, kamu itu tidak kekurangan apa pun di rumah ini, kenapa harus kerja, berapa sih gaji guru taman kanak-kanak,”  ucap Bu Ratna.

“Bukan soal gaji, tapi Haz senang, jika bersama anak-anak kecil, mereka seperti malaikat kecil, segala tingkahnya pasti mengundang tawa,” Hazna berkata sambil mengulas senyum bahagia.

“Non Haz, sudah ingin punya momongan ya,” sela Bi Eni.

“Ibu juga sudah ingin nimang cucu,” celetuk Bu Ratna, membuat Hazna terdiam.

Bersamaan dengan itu Abimanyu turun, menuju ruang makan, lalu duduk.

“Abimanyu, minggu depan kita adakan resepsi pernikahan kalian, setelah itu kalian pergi bulan madu,” ucap Bu Ratna sangat antusias.

“Tidak usah Bu...,” ucap Hazna dan Abimanyu bersamaan.

“Kompak sekali kalian, kenapa tidak usah ada resepsi, dan bulan madu?” tanya Bu Ratna sembari menatap Hazna dan Abimanyu bergantian.

“Bu.. aku sudah bilang ‘kan, aku tidak mau mengadakan resepsi pernikahan,” tukas Abimanyu.

“Iya, Hazna setuju dengan Mas Abimanyu,” sela Hazna.

“Baiklah, tidak ada resepsi, tapi harus ada bulan madu, ibu ingin segera punya cucu,” balas Bu Ratna.

Ucapan ibunya, membuat Abimanyu tersedak. Keinginan ibunya sangat lah mustahil terwujud, jika  Abimanyu tidak menyentuh Hazna.

“Insya Allah, ya Bu, Allah  akan mengabulkan keinginan ibu,” ucap Hazna dengan tenang.

“Aamiin,” ucap Bu Ratna, terlihat begitu bahagia.

“Haz, aku akan mengantarmu ke tempat kerjamu,” ajak Abimanyu.

“Nggak usah, Mas ..., aku naik taksi saja.”

“Haz, jangan menolak ajakkan suami, lagi pula ‘kan satu arah,” sahut Bu Ratna.

“Baiklah Bu.” Akhirnya Hazna, menuruti kemauan ibu mertuanya  dan suaminya.

Hazna, duduk di jok depan bersebelahan dengan Abimanyu, selama perjalanan  Abimanyu dan Hazna saling diam. Hingga mobil sedan berhenti di TK. Cermin Bunda.  Hazna mencium punggung tangan Abimanyu.

“Aku pamit dulu Mas, hati–hati di jalan,” ucap Hazna sebelum menutup pintu mobil.

“Haz, terima kasih,”

“Untuk Apa?”

“Untuk membuat ibuku tenang, dan merasa kita baik-baik saja,” jawab Abimanyu.

Hazna mengangguk, lalu menutup pintu mobil. Lalu beranjak masuk ke dalam kelas. Sambutan riuh anak-anak, membuat Hazna tersenyum, tawa dan celoteh mereka mampu membuat Hazia melupakan  lara hatinya. Anak–anak kecil sama dengan malaikat-malaikat kecil, senyum manis dan celoteh mereka yang polos bisa menghibur. Setengah hari sudah Hazna, menghabiskan waktu dengan anak–anak didiknya.

Setengah hari berlalu, Hazna kembali pulang ke rumah. Terasa hampa waktu memasuki kamar.  Hingga malam tiba, suaminya  tak kunjung pulang. Waktu menunjukkan  pukul sebelas malam, pintu kamar dibuka pelan, Abimanyu masuk ke dalam kamar, Hazna, masih terjaga, ia melirik suaminya yang sedang berganti baju, memakai piyama. Dan  merebahkan diri di sampingnya, masih dingin sedingin es.  Istri yang seharusnya dipeluk dibiarkan begitu saja. Hazna hanya bisa menghela napas pelan, menguatkan kesabarannya.

Pagi hari  Hazna, masuk ke kamar mandi,  sudut matanya menangkap kemeja putih milik Abimanyu yang berada di keranjang cucian, sesuatu berwarna merah menempel di kemeja Abimanyu. Bekas lipstik dengan jelas ada di kemeja suaminya. Membuat Hazna kembali menumpahkan air matanya. Masih bisakah Hazna bersabar dengan keadaan seperti ini. Haruskah Hazna menerima, jika suaminya memadu kasih dengan wanita lain.

“Ya Allah, ampuni hambamu ini, apa yang harus aku lalukan dengan pernikahan seperti ini,” desah Hazna, menitikan air matanya.

Sang mentari menyapa, Abimanyu terbangun dari tidurnya, ia mendapati Hazna, sudah rapi dengan baju dan  hijabnya, seperti biasa baju kerja untuknya sudah disiapkan  Hazna.

“Mas, aku tunggu di ruang makan, aku sudah siapkan sarapan untukmu,” ucap Hazna datar.

“Haz, kamu tidak usah, mengurusiku, kamu tidak perlu melaksanakan kewajibanmu,” balas Abimanyu.

“Aku istrimu, jika aku tidak menjalani kewajibanku, itu sama halnya aku  tidak menjalankan perintah Allah. Terlepas dirimu, menjalankan kewajibanmu atau tidak, itu urusan Mas Abim.”

Ucapan Hazna terasa sindiran yang menusuk sampai relung hati, rasa bersalah dan rasa berdosa, mempermainkan sebuah pernikahan. Abimanyu terdiam.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ananda Dea
Cuma perempuan bodoh dan tolol yg suaminya pny cewek lain tp diem. Menyusun rencana harus. Tp apa berharga sok memikirkan mertuamu yg psti kasih sayangnya gakan setulus orangtuamu tp sebagai gantinya malah kmu yg menanggung sakit?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status