Beranda / Rumah Tangga / Merebut Hati Sang Direktur / Sapu Tangan Milik Direktur

Share

Sapu Tangan Milik Direktur

Penulis: Fitriyani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-17 21:36:33

MHSD (7)

**

"Mematikan telpon pada saat orang belum selesai bicara, itu bukan sebuah tindakan yang sopan!"

Aku meneguk ludah, berdiri tegak di hadapan Direktur. Mati aku!

"Siap, salah, Pak. Itu, a-nu ...."

"Anu kenapa? Kamu mau cari alasan apa?" Bicara begitu, Direktur sambil memasukan satu tangannya pada kantung sisi kanan.

"Ya itu, tadi saya lagi di jalan. Nyetir sendiri, jadi takut nggak fokus. Jelas keselamatan nomor satu dong, Pak. Bukan begitu?"

"Banyak alasan! Kan kamu bisa pake earphone!"

"Nggak kebawa, Pak. Tadi buru-buru." Banyak tanya banget sih, Direktur!

Harus banyakin sabar, Ness. Demi sesuap nasi, ingat ada suami juga yang harus dinafkahin. Malah kebalik kan!

"Suami kamu nggak kerja?" Aku mendongak, untuk apa Direktur bertanya itu?

"Nganggur, Pak. Sudah beberapa bulan ini," kataku, yang jadi malu.

"Ya cari kerja dong, usaha. Bukan malah tambah nyusahin kamu!"

Aku tersenyum getir, harusnya dia ngomong langsung sih sama Mas Arfan. Bukan sama aku!

"Bukannya saya mau n
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Merebut Hati Sang Direktur    Rencana Arfan

    MHSD (9)POV Arfan**"Sudah dua hari kita menggembel di kontrakan sempit ini, Arfan!" Aku menghela nafas panjang, siapa sangka ternyata perkiraanku salah! "Mana yang katamu bilang, kalau si Nessa bakalan datang mengemis. Jangankan datang, menelponmu pun dia jelas tak sudi!"Rahangku mengeras. Tangan mengepal kuat, ada apa dengan, Nessa? Tak biasanya dia begini, dulu kalau lagi ada masalah. Apapun bentuknya, dia yang akan lebih dulu meminta maaf. Mengalah, demi kami tetap bersama.Sekarang? Kenyataan apa yang sedang kuhadapi?!"Ini semua gara-gara ulah kalian! Segala pamer kemesraan di depan Nessa, begini kan jadinya?!" Ucapan Ibu, bukannya membantu malah semakin membuatku runyam!Kulirik ponsel mahalku, bahkan Nessa juga yang membelikannya. Semua permintaanku akan dia kabulkan, dia jelas kecintaan. Sebucin itu sama aku, tapi, aku yang bodoh!"Mas, aku lapar!" rengek, Milla. Dengan tampilannya yang makin lusuh, dulu aku menikahinya karena dia menarik.Wajahnya tak secantik dulu, bany

  • Merebut Hati Sang Direktur    Bercerai?

    MHSD (8)**Aku pulang dengan rasa lelah, bukan hanya fisik tapi, batin! Rentetan chat dari Mas Arfan, tak ada satupun yang kubalas. Bahkan telpon darinya pun tak ingin kuangkat, hubungan pasutri seperti apa yang sedang kita jalani ini?Suara gelak tawa dari arah ruang tengah, kudengar sangat menggelegar. Membuat dada bertambah panas, kupikir mereka akan jera!Netraku membulat, melihat kedekatan Mas Arfan dan Mila yang tak biasa. Mila yang sedang tiduran di atas paha suamiku, apa-apaan ini?!Mereka tampak intim, jatohnya bukan seperti adik kakak!Dan suaminya pun, tampak sibuk memainkan game dengan cemilan yang bekas plastiknya berhamburan!"Mas!" Semua mata menatapku dengan ketus, padahal aku yang punya rumah. Aku yang berhak, bahkan sangat bisa aku mengusir semuanya saat ini juga!Mila masih tiduran di pangkuan suamiku, begitu manja. Dan yang di sekitarnya biasa saja, seakan hal ini sudah biasa dilakukan."Kupikir kamu bakalan nginep di kantor, kepincut Direktur kaya itu!" Tangank

  • Merebut Hati Sang Direktur    Sapu Tangan Milik Direktur

    MHSD (7)**"Mematikan telpon pada saat orang belum selesai bicara, itu bukan sebuah tindakan yang sopan!" Aku meneguk ludah, berdiri tegak di hadapan Direktur. Mati aku!"Siap, salah, Pak. Itu, a-nu ....""Anu kenapa? Kamu mau cari alasan apa?" Bicara begitu, Direktur sambil memasukan satu tangannya pada kantung sisi kanan. "Ya itu, tadi saya lagi di jalan. Nyetir sendiri, jadi takut nggak fokus. Jelas keselamatan nomor satu dong, Pak. Bukan begitu?" "Banyak alasan! Kan kamu bisa pake earphone!" "Nggak kebawa, Pak. Tadi buru-buru." Banyak tanya banget sih, Direktur!Harus banyakin sabar, Ness. Demi sesuap nasi, ingat ada suami juga yang harus dinafkahin. Malah kebalik kan!"Suami kamu nggak kerja?" Aku mendongak, untuk apa Direktur bertanya itu?"Nganggur, Pak. Sudah beberapa bulan ini," kataku, yang jadi malu."Ya cari kerja dong, usaha. Bukan malah tambah nyusahin kamu!" Aku tersenyum getir, harusnya dia ngomong langsung sih sama Mas Arfan. Bukan sama aku!"Bukannya saya mau n

  • Merebut Hati Sang Direktur    Mas Arfan Memboyong keluarganya?

    MHSD (6)**Aku pulang dengan tubuh yang lelah, kerjaanku kembali bertambah dengan hadirnya Cassie di kantor. Sepertinya setelah ini aku harus mencarikan orang, untuk mengurus anaknya Direktur itu. Gila aja, aku yang harusnya fokus kerja malah harus momong anak juga!Dahiku mengernyit, suara-suara bising terdengar begitu menusuk di ruang tengah. Ada tamukah? Kenapa aku nggak tahu?!"Ibu? Mila?!" Aku meneguk ludah, pemandangan macam apa ini?! "Ada apa ini, Mas? Kok, kamu nggak bilang kalau Ibu akan datang?"Bukan hanya Ibu dan Mila, Mas Arfan juga ikut serta memboyong suaminya Mila! Apa-apaan sih ini?"Memangnya kenapa, Nessa? Kamu nggak suka kalau Ibu nginep di rumahmu yang gedongan ini?"Hah, apa? Mereka mau nginep? Yang bener aja sih?!"Aah, Ibu mau nginep? Mila juga sama suaminya?" Aku pura-pura polos, kaget dan bingung."Ya iyalah, orang rumah Ibu disita." Netraku membulat, plot twist apalagi sih ini?"Udahlah, Nessa. Kamu jangan pelit! Rumah kamu ya rumah Arfan juga, anak Ibu.

  • Merebut Hati Sang Direktur    Menarik Atau Tidak?

    Merebut Hati Sang Direktur (5)***"Masih sore, udah tidur aja kamu, Mas." Aku mengendikan bahu, ia tampak membelakangiku. Capek kali ya, abis acara tujuh bulanan? Pasti badan remuk, mungkin acaranya lebih mirip ke pesta nikahan kalau aku nggak salah nebak."Kasihan aku sama Ibu, abis acara bukannya seneng. Utang malah di mana-mana," katanya, membuatku terkikik pelan. "Kamu seneng, Ness? Bisa-bisanya!""Ya gimana nggak? Aku bahkan udah pernah bilang, tujuh bulanan tuh biasa aja. Nggak usah yang heboh gimana-gimana," sahutku, merasa puas mendengarnya.Andai aku ada di acara itu, setidaknya aku bisa menyaksikan wajah-wajah keluarga Mas Arfan yang panik, hahhahaa."Ini soal harga diri, Ness. Kamu nggak akan ngerti, percuma punya banyak duit kalau cuma buat ditimbun. Dosa kamu, nggak bantuin mertua!" Mas Arfan menatapku nyalang, apa katanya dosa?!"Aku bahkan baru sekali ini aja nggak bantu kamu, Mas. Tapi, kamu bicara seakan aku nggak pernah bantu." Miris!Aku melipat kedua tangan di d

  • Merebut Hati Sang Direktur    Rencana Jalan Bareng

    Merebut Hati Sang Direktur (4)***"Oh really? First time loh, anaknya Pak Direktur mau diatur begitu." Reina tampak antusias, usai mendengar penuturanku pagi ini."Maybe, dia lagi capek aja nggak sih? Kemarin tuh aku cuma ngasih makanan yang dia suka, terus aku juga nggak banyak omong. Takut dianya nggak nyaman, dia lebih banyak main gadget sih." Aku pikir, anak kecil itu fotocopyan Bapaknya banget. Jadi akunya yang harus paham, kapan masuk. Kapan cuma diam aja ada untuk menemani, meksipun lelahnya bukan hanya di fisik aja kemarin tuh."Ness, andai aja kita berdua tuh masih single. Kita sama-sama bersaing buat dapetin hatinya Pak Direktur, aaaaaaah gemeees." Aku mendelik heran, Reina masih saja menggatal!"Dan untungnya, kamu udah punya laki! Udah deh nggak usah halu!" Capek banget tiap hari, harus ngeladenin omongan-omongan Reina yang kadang di luar nalar itu.Aku dan Reina berpisah, kembali pada ruangan masing-masing. Hari ini aku harus lebih fokus lagi, nggak peduli dengan perdeb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status