Share

Liciknya Johan

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-14 17:50:41

Sebelum baca tolong klik berlangganan dulu ya..

Biar tak ketinggalan update terbarunya..

Dan author lebih semangat ngetiknya..

******************* **********************

"Wulan buka pintunya! Buka cepat!"

Ketukan dan teriakan Mas Johan itu, sontak membuatku terbangun dari tidurku yang baru beberapa saat itu.

"Buka segera, atau ku dobrak pintu kamar ini!" teriaknya lagi.

Dengan malas aku pun membuka pintu, daripada terus mendengar teriakannya itu.

"Apaan sih ganggu orang tidur saja!" ucapku.

"Kamu ini mau jadi istri macam apa? Berani sama suami! Durhaka sama suami!" teriaknya.

"Ingat ya, sejak kamu ketahuan selingkuh, aku sudah tak mengangapmu suami lagi!" Kupelototkan mataku kearahnya.

"Kurang ajar sekali kamu ini! Sampai kapanpun kamu tetap istriku, dan aku tak akan pernah menceraikanmu!" katanya sambil berusaha melayangkan tanganya padaku, namun berhasil ku halau.

"Jangan macam-macam kamu Mas! Jika sampai tanganmu itu menyentuhku, ku pastikan kau akan menyesal!" 

Mendengar ucapanku tadi, Johan malah tertawa keras sepertinya mengejek.

"Kami itu wanita lemah Wulan, nggak mungkin bisa melakukan apapun, ha-ha-ha. Paling bisamu cuma nangis saja kok! Sudah jangan banyak ngomong, sekarang siapin makanan aku lapar! Dosa besar seorang istri yang membiarkan suaminya kelaparan."

"Dasar laki-laki benalu tak tahu malu, sekarang juga angkat kaki dari rumahku, jangan lupa bawa juga keluargamu itu!" 

"Apa kamu bilang tadi? Kamu mengusir suamimu? Durhaka kamu!"

Saat aku bersitegang terlihat mertua dan iparku itu sedang tersenyum mengejekku di depan kamar.

"Terserah kamu mau bilang apa saja, yang pasti aku mau kita bercerai. Dan segeralah kalian pergi dari rumahku ini!"

"Hahahahaha rumahmu?! Ngimpi kamu ya,"Johan lalu menertawakanku lebih keras.

"Apa kami lupa Mas, delapan bulan yang lalu, aku mengajakmu dan juga keluargamu itu hidup di rumah ini, rumah peninggalan orang tuaku!"

"Ya siapa yang nggak tahu kalau ini rumah peninggalan orang tuamu. Tapi itu dulu, sekarang rumah ini bukan milikmu lagi!"

"Apa maksudmu? Sampai kapanpun rumah ini akan tetap menjadi milikku, karena aku tak akan menjualnya kepada siapapun! Sekarang jangan banyak omong, pergi dari rumahku!"

"Kamu itu yang jangan banyak omong! Tunjukkan bukti kepadaku bahwa ini rumahmu! Tapi jika kamu tak bisa menunjukkannya maka kamulah yang harus pergi dari sini!"

Aku tak tahu kenapa Mas Johan berani berbicara seperti itu, sedangkan rumah ini adalah rumahku sendiri. Aku pun akhirnya kembali masuk ke kamar, membuka lemari dan mencoba mencari sertifikat rumah yang selalu kutaruh di sini. Di pojok lemari bagian kiri, di dalam amplop berwarna cokelat bersama dengan surat-surat lainnya yang kumiliki. Segera kuambil amplop itu dan membawanya ke meja makan. Mas Johan kemudian mengikuti dan duduk di kursi makan.

"Coba tunjukkan padaku mana sertifikat atas namamu itu?! Jika memang sertifikat itu ada maka aku akan segera angkat kaki dari sini!"

Entah kenapa Mas Johan seperti menantangku kali ini, padahal seharusnya dia kan takut kalau kuminta pergi dari sini. Kubolak-balik isi amplop itu namun tak juga kutemukan apa yang ku cari.

Hingga akhirnya kutumpahkan semuanya ke atas meja makan, namun tetap tak kutemukan sertifikat itu.

Mertuaku dan juga Selfi kini ikut duduk di meja makan, sepertinya mereka juga ikut penasaran. Namun Mas Johan terlihat santai saja, malah dia tersenyum sumringah.

"Bagaimana?! Ada apa nggak? Atau coba kau cari ke tempat yang lain, mungkin kamu lupa menaruhnya. Cepat cari sekarang juga!" bentaknya.

Aku kemudian masuk ke kamar mencari keberadaan sertifikat itu, di bawah tempat tidur, di dalam laci dan juga di lemari. Tetapi nihil aku tak menemukannya di manapun, sedangkan aku sangat yakin kalau aku menaruhnya di amplop coklat tadi, dan aku tak pernah memindahkannya sejak terakhir kali aku mengambil kartu keluarga, enam bulan yang lalu. Lalu aku kembali ke meja makan, kali ini ketiga benalu itu duduk tersenyum sambil menatapku.

"Gimana nggak ada kan?! Sekarang duduklah di sini dan baca ini!" ujar Mas Johan sambil memberiku sebuah map warna hijau.

Dengan perasaan yang masih bingung, aku pun segera membukanya. Ternyata isinya adalah sebuah surat tanah tepatnya sebuah sertifikat tanah atas nama JOHAN PURNOMO.

"Jadi kamu sudah bisa beli tanah Mas?" tanyaku sambil menutup kembali map tersebut.

"Baca dulu baik-baik, jangan langsung ditutup mapnya. Buka dan teliti lagi!"

Kubaca ulang sertifikat itu, dan betapa terkejutnya aku, ketika alamat dari surat tanah ini adalah rumah yang sekarang kutempati ini. Tapi kenapa bisa berpindah nama menjadi nama Mas Johan?

"Kenapa tanah dan  bangunan ini bisa beralih nama!? Oh berarti kamu yang telah mengambil sertifikatku ya Mas!?" teriakku.

"Hahaha sekarang siapa yang benalu? Siapa yang numpang? Dan siapa yang wajib angkat kaki dari sini?" ucap Mas Johan dengan sombongnya.

Mas Johan segera merebut map itu dari taanganku, dan kemudian ketiga orang itu tersenyum kepadaku, senyum kemenangan pastinya.

"Jahat kamu Mas! Licik sekali kamu! Kenapa kamu lakukan semau ini kepadaku? Sedangkan aku selama ini rela berkorban segalanya untukmu dan juga keluargamu!" teriakku.

"Sudahlah kamu nggak usah teriak-teriak, malu di dengar tetangga. Sekarang kamu tahu kan, kalau kamu itu cuma numpang di sini, jadi wajarkan kalau selama ini kamu kami jadikan pembantu, itung-itung sebagai ganti uang sewa lah. Sekarang aku memberikamu pilihan sekarang juga pergi dari sini? Atau tetap di sini dan melayani kami?!" ucap Mas Johan.

Dilema kurasakan saat ini, jika aku pergi dari sini, berarti mereka telah menang dan mendapatkan rumah ini secara gratis. Namun jika aku tetap di sini maka aku harus tetap mau di perbudak mereka, tapi aku bisa menuntut balas kepada mereka. Bantu pilih ya teman- teman.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
udah BENALU PERAMPOK juga laporkan Polisi
goodnovel comment avatar
Waty Rosilawaty
Kamu juga Wulan terlalu di per-bodoh2i, tdk waspada dr awal, tp masih belum terlambat untuk mengurus rumahmu kembali, lapor pd pengacara
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Merebut Kembali Hartaku dari Keluarga BenaluĀ Ā Ā Ending

    Part 40Ending"Ibu setiap saat menangis sambil memanggil nama Mbak Wulan, dan karena itulah aku menghubungi Mbak, berharap agar mau menemui ibu, walau sebentar saja," pinta Selfi lirih."Tentu...tentu aku akan ke sana, kamu kirim saja alamatnya, nanti agak siangan aku akan segera ke sana," jawabku spontan.Meski aku sebenarnya tahu di mana rumah Sinta, tapi aku tetap berbohong, tak apalah sedikit berbohong, toh menurutku kebohonganku kali ini juga tak merugikan siapapun."Terima kasih banyak, Mbak. Aku nggak menyangka, jika Mbak Wulan mau menemui ibu setelah semua kejahatan yang kami lakukan. Baiklah Mbak, akan segera kukirim shareloknya, dan kehadiran nya sangat kami nantikan. Terima kasih sekali lagi ya, Mbak. Assalamualaikum." Suara Selfi terdengar lega."Sama-sama Sel. Sudah sepatutnya kita saling memaafkan, manusia tak ada yang luput dari dosa 'kan? Aku juga ingin meminta maaf nantinya pada Ibu. Kutunggu ya shareloknya. Waalaikum salam."Panggilan itu pun akhirnya kuakhiri. Juju

  • Merebut Kembali Hartaku dari Keluarga BenaluĀ Ā Ā Sebuah Penyesalan

    Part 39Sebuah penyesalan (part menuju ending)Aku pun kemudian pulang setelah mendengar semua penuturan ibu pemilik toko, yang letak rumahnya persis di depan rumah Sinta. Tentunya dengan fikiran yang masih tak menentu, aku tak menyangka, jika nasib Mas Johan akan begitu tragis.Setelah sampai di rumah, aku pun langsung menceritakan semuanya pada Mbak Mila, karena memang sejak aku mengajaknya tinggal bersamanya, kami saling berbagi kisah hidup, yang memang secara kebetulan sama-sama menyedihkan."Sepertinya suamimu itu memang pantas mendapatkan hukuman itu Dek, bahkan seharusnya lebih parah dari itu, hehehe. Dan juga itu si mertua jahat, semoga secepatnya mendapat karma yang setimpal!Aku itu benar-benar geram jika ingat ceritamu tentang mereka, Dek. Kok ada sih suami dan mertua yang kelakuannya mirip tokoh film ikan terbang sih." Respon Mbak Mila."Hahaha, dulu aku juga sebenarnya tak pernah percaya ada orang yang jahatbya sampai seperti itu Mbak. Apa aku harus menjenguk Mas Johan

  • Merebut Kembali Hartaku dari Keluarga BenaluĀ Ā Ā Sia-sia Sudah

    Part 38Sia-Sia Sudah(Pov Selfi)Besoknya, aku pun mulai tinggal di rumah Mbak Sinta, kebetulan Om Joni sedang ada seminar di luar negeri katanya. Sebenarnya nggak setiap hari sih, aku bisa bertemu dengannya, mungkin hanya seminggu sekali, karena dia kan punya kehidupan pribadi sendiri di luar sana.Sedangkan aku kan cuma selingkuhannya, jadi ya harus menerima pembagian waktu yang ala kadarnya itu. Tak apalah, bagiku yang penting uang selalu lancar, kapanpun kuminta, maka wajib saat itu juga dia mentransferku, kalau tidak, aku tentu akan sangat marah dan mengancam akan menggugurkan kandungan ini.Aku pun sudah tak lagi kuliah, karena memang sedang hamil, dan lagi, aku itu sudah malas banget mikir. Nagapain susah-susah mikir, mending kerja enak yang bisa menghasilkan banyak uang, seperti pekerjaanku sekarang, sebagai sugar baby.Kami pun saat itu langsung meluncur ke kantor polisi untuk menjemput Mas Johan dan Ibu. Mereka berdua tentu saja amat terkejut karena yang menjamin mereka ad

  • Merebut Kembali Hartaku dari Keluarga BenaluĀ Ā Ā Om Joni

    Part 37Om Joni(Pov Selfi)Saat aku sedang berlibur dengan Om Joni, sebuah kabar mengejutkan ku terima. Ibu dan Mas Johan masuk penjara, karena di laporkan oleh Mbak Wulan. Padahal baru tadi pagi aku mengeluarkan uang puluhan juta untuk membebaskan Mas Johan yang dipenjara karena berbuat mesum kemarin, eh sekarang kok malah masuk penjara lagi sih, emang bener-bener kurang ajar si Wulan itu.Saat sedang liburan itu, aku mengatakan pada Om Joni, jika aku sedang hamil dan tentu saja ini anaknya Om Joni. Karena hanya dengannyalah aku melakukan hubungan intim, dan dia juga lah yang telah merenggut kegadisanku, dengan memberi uang senilai lima puluh juta rupiah, dan hingga saat ini, uang itu masih kusimpan rapi di bank, tanpa diketahui oleh orang lain.Awal aku bertemu dengan Om Joni, adalah saat ketika aku sedang bekerja secara part time di sebuah tempat spa. Entah apa yang dimaksud spa di sini, karena selama sebulan aku kerja di sini, costumer yang datang rata-rata para pria yang ingin di

  • Merebut Kembali Hartaku dari Keluarga BenaluĀ Ā Ā Kebangkrutan Berulang

    Part 36Kebangkrutan Berulang Mengubah Segalanya (Pov Selfi)Hay...aku adalah Selfi Anindita, usiaku saat ini masihlah dua puluh tahun, namun di usia mudaku ini, aku sudah memiliki banyak uaang dan itu adalah hasil kerjaku sendiri.Kata orang, aku sih orangnya cantik sekali ya, kulit putih, tinggi dan bentuk badan langsing namun di beberapa bagian sangat montok, dan wajah rupawan. Memang sih saat mengaca, aku selalu mensyukuri kesempurnaan wajah dan tubuh yang kumiliki.Aku sebenarnya terlahir dari keluarga yang kaya, namun tak tahu kenapa, akhirnya keluargku bangkrut dan habis semuanya. Hingga saat aku masuk SMP, ayahku pun meninggal dunia, dan ternyata, dia meninggalkan uang yang banyak, jadi mau tak mau kami sekeluarga harus menyerahkan seluruh harta, kemudian tinggal di sebuah kontrakan rumah petak.Aku hanya tinggal bersama Ibu dan Mas Johan, kakakku satu-satunya. Setelah semuanya habis itu, Mas Johan kemudian tak lagi mau melanjutkan kuliahnya, karena memang saat itu sudah tak a

  • Merebut Kembali Hartaku dari Keluarga BenaluĀ Ā Ā Sedikit Karma

    Part 35Sedikit KarmaAku sungguh sangat kaget, saat melihat di depan rumah Sinta yang megah itu, banyak orang bergerombol dan juga ada beberapa mobil yang di parkir kurang rapi di depan rumah itu.Aku pun segera berhenti dan bertanya kepada sesorang ibu-ibu yang juga sedang berhenti di pinggir jalan sama sepertiku."Maaf, Bu, ada apa di rumah itu? Kok rame sekali ya?" tanyaku."Sedang ada pelakor yang di grebek katanya, Mbak," jawab itu dengan wajah datar.Pelakor? Siapa? Sinta atau Selfi?Ah jawaban dari ibu tadi, tak memuaskan rasa kepoku, yang ada malah makin penasaran.Akhirnya aku menitipkan motor, di rumah yang berada tepat di depan rumah Sinta, dan segera masuk kedalam kerumunan orang di depan rumah itu.Kini di depan mataku kini terpampang sebuah kejadian yang amat mengejutkan.Selfi sedang dianiaya seorang gadis yang umurnya kurang lebih sama dengan Selfi. "Kurang ajar kamu Ya, berani sekali kamu menggoda Papaku!" teriak gadis itu sambil⁶ menjambaki rambut Selfi.Bu Sarah t

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status