Share

Pergi Untuk Kembali

Sebelum baca tolong klik berlangganan dulu ya..

Biar tak ketinggalan update terbarunya..

Dan author lebih semangat ngetiknya..

******************* **********************

AKU PASTI BISA TANPAMU 6

Pergi Untuk Kembali

"Sudahlah kamu nggak usah teriak-teriak, malu di dengar tetangga. Sekarang kamu tahu kan, kalau kamu itu cuma numpang di sini, jadi wajarkan kalau selama ini kamu kami jadikan pembantu, itung-itung sebagai ganti uang sewa lah. Sekarang aku memberikamu pilihan sekarang juga pergi dari sini? Atau tetap di sini dan melayani kami?!" ucap Mas Johan.

Kuputuskan hari ini, akan pergi dari rumah ini, namun bukan pergi untuk selamanya, tapi pergi untuk kembali meminta apa yang menjadi hakku. Mungkin dikira Mas Johan aku ini wanita yang bodoh, yang dengan mudahnya percaya dengan apa yang baru saja kulihat.

Aku sungguh tahu betapa sulitnya memindahtangankan sebuah sertifikat itu, dan aku sebenarnya tahu, sertifikat yang baru saja di tunjukkan padaku itu, adalah kertas palsu. Dan aku yakin sertifikat rumah ini yang asli masih tetaplah ada, dan mungkin saat ini sedang disembunyikannya di suatu tempat. Semua tidak semudah membalikkan telapak tangan, kebenaran akan selalu menang diakhir nanti. Enak saja mereka mau mengakui semua ini, dasar benalu, suatu saat pasti ingin mencelakai inangnya.

Biarlah saat ini, mereka mengira telah menang, dan biarlah mereka terbuai sesaat oleh euforia ini. Karena jika aku melawan, rasanya percuma, jumlah mereka lebih banyak, dan mereka adalah keluarga yang licik sekali. Jadi lebih baik aku mundur saja dulu.

"Heh, kenapa kamu masih diam saja? Pasti syok ya? Hahahaha mangkanya jangan sok berkuasa kamu! Cepat katakan pilihanmu, sebelum aku menjadi semakin murka!" ucap Mas Johan sambil menggebrak meja.

"Cepetan dong jawab! Jangan lembek gitu, kayal tadi loh saat kamu bentak-bentak aku dan Selfi!" timpal Ibu mertuaku sengit.

"Saranku sih, lebih baik kamu tetap di sini saja, Mbak. Dari pada kamu pergi, jadi geembel kan. Mending di sini jadi pembantu gratisan kami, hahaha," ejek Selfi.

Ibu dan anak ini, semua sama saja. Sama-sama kurang ajar dan tak tau berterima kasih.

"Aku akan pergi saja dari sini, Mas," ucapku lirih, sambil berpura-pura melow.

"Oh, bagus kalau begitu malahan! Aku juga sudah muak melihat wajah jelekmu itu! Sudah sana cepat pergi, biar aku bisa segera membawa kekasihku itu ke sini!" bentak Mas Johan.

Suami macam apa yang tega berkata seperti itu, pada istri yang telah dengan ikhlas mengabdi padanya selama tiga tahun ini. Rasanya aku sudah tak membutuhkan laki-laki kurang ajar semacam itu. Nanti setelah aku mendaptkan kembali rumah ini, aku akan segera mengirimkan gugatan cerai padanya. Meski aku jelek, tak sudi rasanya bila harus hidup bersama sampah macam dia.

Aku kemudian masuk ke kamar, memasukkan beberapa baju ke dalam tas. Untung saja aku masih punya tabungan yang tak di ketahui Mas Johan, jadi aku tak bingung lagi menentukan kemana harus tidur nanti malam.

Tanpa pamit aku langsung menuju keluar rumah dan segera menyalakan motor.

"Hey, tunggu dulu!  Kenapa motornya dibawa sih?" ujar Selfi yang mengekoriku ke depan.

"Lah memang ini kan motorku, kenapa harus ku tinggalkan? Enak saja!" jawabku sengit.

"Mas...! Iniloh, Mbak Wulan mau bawa motornya! Terus aku kalau kuliah gimana?! " teriak Selfi.

Mendengar teriakan adik kesayangannya itu, sontak Mas Johan dan ibunya pun keluar rumah.

"Apa-apaan sih Sel? Pakai teriak-teriak segala, malu tahu sama tetangga!"  ujar Mas Johan.

Meskipun para benalu ini jahat padaku, tapi mereka selalu berusaha menunjukkan sikap baik pada semua tetanggaku, semacam topenglah. Suatu hari, ini akan kujadikan senjata untuk mengambil hakku.

"Motornya ituloh, Mas! Jangan dibawa dong! Itukan kendaaranku untuk kuliah!" rengek Selfi.

Mas Johan hanya diam saja, menyaksikan tingkah adiknya itu. 

"Sudahlah Lan, tinggalin tu motor di sini!" ujar Ibu mertuaku tanpa malu-malu.

"Kok bisa sih Ibu berkata sepeeti itu? Kok nggak malu gitu loh, meminta yang bukan haknya? Rumahku sudah kalian ambil masak motor juga mau kalian embat! Nggak bakal ya." 

Mendengar ucapanku itu, ketiganya terdiam sambil menunjukkan wajah juteknya padaku. 

"Sudahlah Sel, kamu jangan merengek terus. Besok kita jual-jualin perabotan di sini, buat beli motor untuk kamu! Sudah ayo masuk, biarin si buluk ini pergi! Toh kita sudah punya rumah ini, kapan saja kita bisa menjualnya jika butuh uang," ucap Mas Johan sambil mengajak masuk kedua wanita itu.

Jangan harap aku diam saja mendengar hal itu Mas, lihat saja besok, apa kamu masih bisa membelikan motor untuk adikmu yang sok kecantika  itu.

Aku pergi untuk kembali, dan pasti akan membuat kalia  merasakan apa yang pernah kalian lakukan   padaku. Jangan dipikir karena aku wanita, aku menjadi lemah dan tak akan bisa hidup tanpamu. 

,

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ela Suryatina
# 8 bulan apa 3 tahun
goodnovel comment avatar
Ela Suryatina
nikahnya 8 bukan apa 3 th??
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status