Share

Bab 4

Author: Rindu_Mentari
last update Last Updated: 2023-03-20 21:39:44

BRAK! Mira menabrak pagar pembatas jalan, kepalanya membentur stir mobil. Rasa sakit dan pening di kepalanya menjalar hingga memenuhi seluruh isi kepalanya. 

Dunianya tiba-tiba gelap gulita. Mira mengangkat kepalanya sejenak sebelum kemudian ia mabruk dengan membentur kembali stir mobil. Mira terkulai lemas dan tak berdaya, ia sudah tak sadarkan diri. Darah mengucur dari pelilisnya.

Sementara itu, si pengendara motor yang nyaris tertabrak mobil Mira bangkit. Ia memegangi sikutnya yang lecet akibat bergesekan dengan aspal. Ia meringis menahan perih dan nyeri.

Ia menghampiri mobil jenis sedan itu. Ia melihat kap mobilnya terbuka dan mengepulkan asap, rupanya benturan itu lumayan cukup keras.

Ia mencoba untuk membuka pintu mobil dan ingin melihat kondisi Mira, tapi sayang mobilnya terkunci. Laki-laki itu membuka helmnya dan ia mengintip dari kaca jendela yang gelap. Samar-samar ia melihat Mira yang masih bergeming tak bergerak.

Rasa khawatir menelusup dalam hatinya, ia berlari mendekati motornya yang masih terjatuh. Ia meraih stang motornya dan mencoba untuk menstandar motornya, Lalu ia membuka jok motornya dan mencari sesuatu untuk membuka pintu mobil Mira.

Laki-laki itu menemukan kunci inggris, lalu ia berlari kembali mendekat ke mobil Mira dan memecahkan kacanya. Ia membuka kunci pintu mobil itu dengan merogohnya lewat kaca jendela yang pecah.

Pintu pun terbuka, ia bergegas memeriksa kondisi Mira dengan mendekatkan jarinya ke hidung Mira, ia merasakan hembusan nafas. Ia pun menarik nafas lega. bergegas ia membawa Mira ke rumah sakit terdekat dengan menumpang pada sebuah mobil yang kebetulan melintas di daerah itu.

"Bagaimana keadaannya Dok?" tanya laki-laki itu.

"Istri anda baik-baik saja, ia hanya mengalami memar di bagian keningnya dan ada luka robekan di pelipisnya, kami sudah menjahit luka itu, selebihnya ia baik-baik saja," jelas Dokter itu.

Laki-laki itu meringis saat Dokter itu mengatakan Mira itu istrinya, ia ingin membantahnya namun ia urungkan niatnya.

"Tapi jika ia baik-baik saja kenapa masih belum sadarkan diri Dok?" tanya laki-laki itu.

"Mungkin ia mengalami shock, tapi percayalah semuanya baik-baik saja, anda tidak perlu khawatir," jawab Dokter itu.

"Oh!" jawab singkat laki-laki itu sambil membulatkan mulutnya.

"Kalau begitu saya permisi," pamit Dokter itu.

Laki-laki itu melirik jam di pergelangan tangannya, tanpa pamit ia pergi meninggalkan Mira sendirian di ruang IGD. Tapi sebelum pergi ia membayar semua tagihannya.

Sementara itu, Alan yang mendengar deru suara mobil yang keluar dari garasi mobil bergegas keluar dari kamar Miya, ia pergi melongok keluar yang ternyata pintu gerbang terbuka lebar. Lalu ia berlari ke garasi mobil ia melihat mobil Mira tidak ada di tempatnya.

Lalu ia berlari ke kamarnya dan pada saat membuka pintu kamar, ia tidak mendapati Mira di sana. Rasa was-was menyelimutinya.

"Kemana Mira pergi malam-malam begini, apa ia tahu kalau aku sedang bercinta bersama Miya dan ia marah lalu pergi," gumam Alan.

Lalu ia kembali ke kamar Miya, ia melihat Miya masih belum mengenakan pakaiannya. Posenya begitu menantang, Alan sebagai laki-laki mana mungkin tidak tergoda, ia mendekati Miya dan melupakan tujuan awalnya yang akan berpamitan pada Miya untuk menyusul Mira.

Alan justru malah kembali menerkam Miya, sekali lagi pergumulan mereka dimulai, Alan dengan sangat rakus melakukan hubungan intim itu.

Saat akan mencapai puncak surgawi, benda pipihnya meraung-raung meminta di angkat, sebuah telepon masuk dari kontak nomor yang tidak ia kenal.

Alan mengabaikannya, dan ia menggerutu kesal karena aktifitasnya terganggu.

"Siapa juga yang gangguin," gerutu Alan kesal sambil melempar ponselnya ke sembarang arah.

Sekali lagi dering ponselnya berbunyi, Alan dengan terpaksa mengangkat panggilan itu.

"Halo," sapa orang yang ada di seberang telepon.

"Ya Halo, siapa ini?" tanya Alan dengan sedikit membentak.

"Sungguh terlalu kamu sebagai suami, istrinya kecelakaan kamu enak-enakkan bersama selingkuhanmu. Kalau aku yang jadi istrimu sudah aku racun kamu dengan sianida!" bentak orang itu tak kalah geram, saat ia mendengar suara erangan dari seberang teleponnya.

"Apa maksudmu?" ucap Alan.

"Masih kurang jelas ucapanku hah! ISTRIMU MIRA MENGALAMI KECELAKAAN. DAN SEKARANG IA SEDANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT X!" teriak orang itu dengan nada yang tinggi dan lantang.

Sambungan telepon pun terputus hanya menyisakan suara tut .. tut ... panjang. Alan bergegas meraih pakaiannya yang berserakan, ia mengenakannya dengan sangat terburu-buru. Biar bagaimanapun Mira masih istrinya.

"Mau kemana Mas?" tanya Miya dengan suara manja.

"Mira kecelakaan aku akan melihatnya," jawab Alan.

"Aku ikut!" pinta Miya, lalu ia pun mengenakan pakaiannya.

Mereka berdua pergi ke rumah sakit yang di tuju. Sesampainya ia di sana, Alan langsung masuk ruang rawat inap dan ia melihat Mira sedang terbaring lemah dan kepalanya terbalut perban.

Alan menghampiri Mira yang sedang memejamkan matanya, ia merasa kepalanya seakan mau pecah.

Melihat ada yang datang ia membuka matanya, saat matanya beradu tatap dengan Alan ia memalingkan wajahnya.

"Kamu tidak apa-apa, Mira?" tanya Alan, setelah ia berada di sisi ranjang bangkar Mira.

Miya tak mau melepaskan tangannya yang menggelayut manja di lengan kekar Alan, setelah berada di sisi ranjang Mira, ia justru semakin menjadi, Miya merebahkan kepalanya di dada Alan.

"Aku baik-baik saja! Kalau mau pamer kemesraan sebaiknya kalian pulang saja! Aku tidak membutuhkanmu Mas!" cibir Mira sambil melirik jengah ke arah mereka berdua.

"Kak Mira jangan begitu dong, setidaknya hargai niat baik kami yang mau menjengukmu," timpal Miya.

"Niat baik kamu bilang? Niat baik apanya hah?!" Mira semakin kesal dengan ucapan Miya.

Kalau saja saat ini Mira tidak sedang terluka mungkin ia akan menyerang wanita yang tak tahu malu itu. Gigi-gigi Mira bergemeletuk menahan rasa kesal, tangannya meremas selimut yang membalut setengah badannya.

"Sudah cukup!" sentak Alan, "benar apa yang Miya katakan seharusnya kamu menghargai niat baik kami," bela Alan.

Mira sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan orang yang tak tahu diri ini, Mira bangkit dari tidurnya ia meraih botol air mineral yang berukuran 1,5 litter dan langsung melemparkannya ke arah Miya. Dan BUGH! botol itu tepat mengenai wajahnya. Mira tersenyum puas. PLAK ... PLAK ...! 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
penulis sampah, bisa g kau menulis yg lebih ngotak dikit,njing. jgn tokoh tolol yg kau suguhkan.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 98

    Alan terus mundar mandir di depan rumah Mira, hingga sebuah mobil berhenti tepat di depan pintu gerbang tinggi menjulang itu.Alan menghampiri mobil itu dan mengetuk kaca jendelanya.Tok Tok Tok"Alan?" ucap Mira yang ada di dalam mobil bersama Valentino.Sepertinya mereka habis bepergian."Mau apa dia kemari? Bagaimana bisa dia tahu alamat rumah ini?" tanya Mira pada Valentino yang ada di sisinya.Dor ... Dor ... DorKetukan berubah menjadi gedoran.Meski ia menggendor tetap saja tidak dibuka oleh Valentino dan Mira."Jangan dibuka!" perintah Valentino. "Kita tidak tahu niat jahat apa yang hendak ia lakukan pada kita, terutama kamu!" ucap Valentino memperingati Mira dengan tegas.Mira tak menjawab dengan ucapan melainkan dengan anggukan.Mata Alan nyalang, ia memutari mobil. Tak berhasil di sisi sebelah kanan ia berpindah ke sebelah kiri.Mata Mira tak sengaja bertemu pandang dengan mata Alan secara tak sengaja. Namun tetap saja hal itu membuat Mira terkejut, sampai ia merapatkan pun

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 97

    Alan terpaku menatap jasad di hadapannya. Ia tak terlihat seperti orang linglung. Baru saja kemarin ia menemuinya, kini dia sudah ada di hadapannya sudah menjadi jasad."Miya," ucap Alan lirih.Salah satu petugas ambulance menoel Alan."Pak, maaf tolong tandatangani dokumen ini," ucap salah satu petugas pengantar jenazah itu pada Alan.Alan menoleh, ia melihat petugas itu kaku bagaikan tak bernyawa.Alan mengambil dokumen itu tanpa mengatakan sepatah kata pun. Ia langsung menandatanganinya dan menyerahkannya kembali pada petugas itu.Setelah petugas menerima kembali dokunen itu, ia pun bertanya pada Alan, "Maaf Pak, jenazahnya mau di letakkan di mana? Sekalian mau kami turunkan." Mata Alan masih terfokus pada jasad Miya yang terbaring di atas brangkar."Benarkah itu kamu Miya?" tanya Alan masih tak percaya.Ada rasa penyesalan yang begitu dalam di hati Alan."Andai aku tak menjatuhkan talak padamu, apakah kamu masih tetap hidup sampai saat ini, Miya?" tanya Alan.Tentu saja Miya tak

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 96

    Mira kembali lagi ketika tahu rumah Alan kosong tak berpenghuni.Mira mencari tahu kemana Alan membawa ibunya dengan bertanya pada orang yang memposting berita duka itu.Ternyata Alan telah pindah rumah, Mira baru tahu kalau rumah mewah yang pernah ia tempati ternyata telah dijual oleh Alan."Ternyata rumah itu telah dijual, Bu," ucap Mira pada Carolina."Oh, iya? Aku tidak tahu kabar itu," balas Carolina."Mungkin Alan membawa Prapty ke kampungnya," ucap Mira."Iya sepertinya begitu," balas Carolina.Mira akhirnya tidak pergi melayat, justru malah main di rumah Carolina.Sementara itu Alan membawa jasad Prapty ke rumahnya yang ada di perkampungan warga. Alan telah membeli sebuah rumah yang kecil di pinggiran kota.Mobil ambulance itu masuk ke sebuah pekarangan yang bercat merah muda. Cat itu sudah memudar.Alan membuka kunci pintu rumah itu, dan meminta pada Susi untuk membersihkan rumah itu dengan menyapunya.Susi menyapu ruang tengah dan juga ruang tamu."Pak, ada karpet atau perm

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 95

    Alan meremas jari jemarinya, ia terlihat begitu gugup. Ada rasa tak rela dalam sudut matanya."Silahkan Pak tanda tangan di sini," ucap orang yang ada di hadapannya Alan.Alan meraih ballpoint yang ada di atas kertas itu. Ia tak segera menandatangani dokumen itu. Alan merasa ragu, hingga ia meletakan kembali ballpoint itu di tempat semula."Ada apa, Pak?" tanya orang itu pada Alan."Bolehkah saya menghela nafas sejenak," ucap Alan.Alan merasa berat hati melepas rumah yang selama ini menjadi impiannya bersama Mira. Tapi, Alan justru malah menghianati Mira begitu saja.Alan kembali meraih ballpoint itu, ia memejamkan matanya sejenak. Lalu, dengan berat hati Alan mulai membubuhkan tandatangannya di dokumen jual beli itu.Setelah selesai, Alan menyodorkan dokumen itu pada orang yang ada di hadapannya."Pak, uangnya sudah saya transfer ya. Silahkan anda cek terlebih dahulu!" ucap orang yang ada di sampingnya Alan."Baik, Pak." Alan mengambil gawainya, ia melihat ada sebuah notifikasi dar

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 94

    Kepala Sekolah itu terperangah. Wajahnya menunjukan keterkujatannya. Wanita pongah itu pun melakukan hal yang sama."Pak Valentino?" sapa Kepala Sekolah. Ia langsung berdiri saat melihat yang datang itu adalah Valentino."Pak?" sapa wanita itu sambil menganggukan sedikit kepalanya ke arah Valentino.Asya yang melihat Valentino datang langsung memanggilnya."Ayaaahh!" panggil Asya sambil berjalan menghampiri Valentino."Sayang, apa yang terjadi?" tanya Valentino sambil merengkuh kedua bahu Asya dan menatapnya penuh tanya dengan tubuh yang berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Asya.Mata Kepala Sekolah langsung melotot saat mendengar Valentino memanggil Asya dengan sebutan sayang.Kepala Sekolah itu pun bertanya-tanya dalam hatinya, 'ada hubungan apa antara anak itu dengan Pak Valentino?'Begitu pun dengan wanita yang arogan itu. Matanya sampai berkedip berkali-kali seperti orang yang kelilipan."Aku baik-baik saja Ayah. Tapi, Bunda tidak," ucap Asya."Kenapa dengan Bunda?" tan

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 93

    Mira melajukan mobilnya ke sekolahnya Asya setelah mengantar Carolina.Sepanjang jalan ia terus berpikir, ternyata hidupnya jauh lebih beruntung daripada Miya.Miya merebut Alan darinya, ketika Mira ikhlas melepaskan miliknya untuk orang lain Tuhan memberi pengganti yang jauh lebih baik dari sebelumnya.Tuhan tak pernah tidur, Ia Maha Melihat. Dan kini Miya maupun Alan telah menerima karmanya.Berbuat baik maka akan menghasilkan kebaikan untuk diri kita sendiri. Begitu pun sebaliknya.Mira memarkirkan mobilnya di pinggir jalan depan sekolahnya Asya.Bel pulang berdering. Anak-anak berhamburan keluar dari gedung sekolah menghampiri para orang tuanya yang sedang menunggu kepulangan mereka di depan gerbang. Mira melihat Asya yang sedang berjalan menggunakan tongkatnya.Mira melambaikan tangannya sambil berteriak memanggil namanya Asya."Asyaaaa!" teriak Mira memanggil Asya.Asya pun melambaikan tangannya ke arah Mira sambil menghentikan langkahnya."Bundaa!" teriak Asya.Mira melihat ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status