Share

Bab 3

Author: Rindu_Mentari
last update Last Updated: 2023-03-20 14:15:14

Mira sampai di dapur betapa terkejutnya ia ketika mendapati dapurnya berantakan. Peralatan masak berserakan di mana-mana, teflon kesayangannya nampak gosong menyisakan makanan yang tak bisa di makan sama sekali.

Sutil tergeletak di lantai begitu saja, ada begitu banyak nasi yang tercecer di mana-mana. Centong nasi ada di atas kompor bersama dengan piring.

Mira pergi menuju meja makan, di sana tidak kalah jauh berantakannya. Ada makanan yang masih bersisa banyak di meja, piring kotor dan gelas teronggok begitu saja tanpa dibereskan.

Rasa laparnya hilang menguap bersamaan dengan datangnya amarah yang menyesakkan dadanya. Mira berpikir siapa lagi yang mampu melakukan semua ini kalau bukan Miya, mantan kekasih suaminya yang kini tinggal serumah dengannya.

Mira berulang kali mengelus dadanya yang terasa nyeri akibat menahan marah, ia pergi ke kamar Miya yang letaknya dekat dengan ruang tamu, ia melangkahkan kakinya mantap.

Setibanya di depan pintu kamar Miya, tangan Mira yang seyogyanya hendak mengetuk pintu menggantung di udara. Ia mengurungkan niatnya.

Mira mendengar suara canda tawa antara suaminya dan Miya, mereka tertawa bahagia bersama.

"Awhh! Geli Mas," ucap Miya di barengi dengan tawa manja.

"Ihh ..., kamu nakal," sambung Miya.

"Habisnya kamu ngegemesin, aku rindu banget sama kamu. Hampir gila aku menunggumu, aku terus mencarimu tiada henti. Bahkan aku membayar mahal seorang detektif untuk bisa menemukanmu," ucap Alan.

"Aku selama ini tidak bisa pergi kemanapun, suamiku pencemburu dan kejam. Ia selalu menyiksaku dan memukuliku, Mas" terdengar isak tangis dari dalam kamar itu.

"Beruntung aku bertemu denganmu waktu itu, kalau tidak entahlah!" lirih Miya suaranya terdengar begitu menyedihkan.

Mira yang menguping di balik pintu merasa shock, ternyata suaminya selama ini terus berusaha mencari Miya tanpa sepengetahuannya. 'Bahkan berani membayar mahal seorang detektif?'

"Ahh ..., Mas," desah Miya sedetik kemudian.

Baru saja ia tadi menceritakan kesusahan dan kesedihannya, sekarang Mira justru mendengar desahan dari wanita itu.

"Ssshhh ... ahhh, terus Mas. Aku menginginkannya, lagi Mas!" racau Miya di sela desahan panjangnya.

Entah apa yang sedang mereka lakukan berdua dalam kamar, Mira mendengar suara-suara itu bagaikan di sambar petir di siang bolong.

"Sejak kapan kamu melakukan ini semua di belakangku Mas?" tanya Mira lirih.

Kembali cairan bening itu menerobos keluar dengan bejejalan, ia membekap mulutnya sendiri dengan kedua telapak tangannya agar isak tangisnya tak terdengar. Hanya tubuh ringkihnya yang terlihat berguncang dahsyat menahan sesak di dada.

"Ahh ... terus Miya sayang, ya begitu. Aku rindu saat kamu melakukan ini, kini terobati sudah rinduku." ceracau Alan.

"Bagaimana sayang, kamu suka?" tanya Miya.

"Ya! Aku suka sekali, ahhh ...," desah Alan panjang.

Suara Alan dan Miya saling bersahutan, desahan, desisan dan racauan mereka menggema di telinga Mira. Ia luruh di lantai, kakinya sudah tak mampu lagi menopang dan menahan beban tubuhnya.  Dadanya terasa begitu sakit dan sesak, ia meremas dadanya kuat-kuat.

Ia sudah tak tahan lagi mendengarnya, Mira memutuskan untuk pergi dari sana. Tapi langkahnya terhenti ketika ia mendengar pengakuan yang keluar dari mulut busuk suaminya.

"Kamu memang hebat sayang, goyanganmu sungguh tiada tandingannya tidak seperti Mira yang seperti gedebong pisang. Ia hanya pasrah saja tanpa melakukan apa pun, kamu berbeda sayang, aku selalu bergairah saat dekat denganmu," Alan bercerita keburukan Mira di depan Miya yang akan menjadi adik madunya.

Mira menundukan kepalanya, ia merasa harga dirinya sudah hancur. Ucapan Alan akan menjadi cibiran untuknya, Miya akan semakin merasa tinggi hati dan sombong, ia akan merasa dirinyalah yang paling berharga di mata suaminya.

"Kamu sungguh terlalu Mas. Kenapa sampai hal yang tabu sekalipun kau ungkapkan di depan mantan kekasihmu," lirih Mira.

"Aku pun bisa melakukan hal yang lebih seandainya kamu memberiku kesempatan, tapi apa yang aku terima selama ini Mas, sebuah penolakan yang terus berulang setiap kali aku meminta dan menggodamu. Sejuta alasan akan kamu lontarkan, sakit hati ini saat mendapat penolakan darimu, Mas" rintih Mira, air matanya terus menetes tanpa henti. 

"Benarkah?" ucap Miya, rasanya ia tak percaya dengan apa yang Alan ucapkan.

"Terus goyang sayang, ya seperti itu. Kamu memang terbaik ..., ahhhh," desah Alan yang di sauti oleh Miya.

"Aku mau keluar Mas, ahhhh ...," desah Miya.

"Aku juga, ahhh ...," dibalas desahan Alan.

Dan mereka pun terkulai lemas, Mira tidak tahu sejak kapan mereka memulainya. Yang ia tahu bahwa saat ini rasa sakit hatinya semakin parah.

Mira menyeret langkah kakinya, ia dengan langkah gontai menaiki anak tangga. Air matanya terus mengalir, sesekali punggung tangannya menyeka air matanya.

Mira masuk ke kamarnya, ia berdiri di depan jendela kaca besar. Ia membuka gordennya dan menatap kosong ke luar, yang nampak hanya pekatnya malam.

Mira mengela nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya kasar, ia butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya.

Mira memutuskan untuk pergi, ia berjalan keluar kamar setelah menyambar kunci mobil miliknya. Dalam keadaan kalut, ia pergi mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menembus gelapnya malam.

Ia terus menyeka air matanya yang terus mengalir membanjiri pipinya, ucapan Alan terus terngiang-ngiang di telinganya. Ia berteriak sekuat tenaga untuk melepaskan beban di hatinya.

"Arrrggghhhh!" teriak Mira sambil memukul kencang setir mobil di depannya.

Konsentrasinya pecah, ia kehilangan fokus dan tiba-tiba dari arah depan datang sebuah sepeda motor dan BRAK!!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
azhranie
ga masuk d akal mau" nya nerima mantan kekasih nya tinggal serumah bosen baca cerita ke begini.. ga ada fower nya
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
matilah kau mira anjing. g punya otak dan harga diri.
goodnovel comment avatar
Izha Effendi
bikin crita tu yg bermanfaat dkit woi.jdi pemerannya jgn terlampau oon...uda sama kayak loe oon nyaa...gk ada betina yg mau berthan sama laki2 hobi selangkanggan itu dooo...mungkin kau aja yg mau di gituin sma laki loo..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 98

    Alan terus mundar mandir di depan rumah Mira, hingga sebuah mobil berhenti tepat di depan pintu gerbang tinggi menjulang itu.Alan menghampiri mobil itu dan mengetuk kaca jendelanya.Tok Tok Tok"Alan?" ucap Mira yang ada di dalam mobil bersama Valentino.Sepertinya mereka habis bepergian."Mau apa dia kemari? Bagaimana bisa dia tahu alamat rumah ini?" tanya Mira pada Valentino yang ada di sisinya.Dor ... Dor ... DorKetukan berubah menjadi gedoran.Meski ia menggendor tetap saja tidak dibuka oleh Valentino dan Mira."Jangan dibuka!" perintah Valentino. "Kita tidak tahu niat jahat apa yang hendak ia lakukan pada kita, terutama kamu!" ucap Valentino memperingati Mira dengan tegas.Mira tak menjawab dengan ucapan melainkan dengan anggukan.Mata Alan nyalang, ia memutari mobil. Tak berhasil di sisi sebelah kanan ia berpindah ke sebelah kiri.Mata Mira tak sengaja bertemu pandang dengan mata Alan secara tak sengaja. Namun tetap saja hal itu membuat Mira terkejut, sampai ia merapatkan pun

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 97

    Alan terpaku menatap jasad di hadapannya. Ia tak terlihat seperti orang linglung. Baru saja kemarin ia menemuinya, kini dia sudah ada di hadapannya sudah menjadi jasad."Miya," ucap Alan lirih.Salah satu petugas ambulance menoel Alan."Pak, maaf tolong tandatangani dokumen ini," ucap salah satu petugas pengantar jenazah itu pada Alan.Alan menoleh, ia melihat petugas itu kaku bagaikan tak bernyawa.Alan mengambil dokumen itu tanpa mengatakan sepatah kata pun. Ia langsung menandatanganinya dan menyerahkannya kembali pada petugas itu.Setelah petugas menerima kembali dokunen itu, ia pun bertanya pada Alan, "Maaf Pak, jenazahnya mau di letakkan di mana? Sekalian mau kami turunkan." Mata Alan masih terfokus pada jasad Miya yang terbaring di atas brangkar."Benarkah itu kamu Miya?" tanya Alan masih tak percaya.Ada rasa penyesalan yang begitu dalam di hati Alan."Andai aku tak menjatuhkan talak padamu, apakah kamu masih tetap hidup sampai saat ini, Miya?" tanya Alan.Tentu saja Miya tak

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 96

    Mira kembali lagi ketika tahu rumah Alan kosong tak berpenghuni.Mira mencari tahu kemana Alan membawa ibunya dengan bertanya pada orang yang memposting berita duka itu.Ternyata Alan telah pindah rumah, Mira baru tahu kalau rumah mewah yang pernah ia tempati ternyata telah dijual oleh Alan."Ternyata rumah itu telah dijual, Bu," ucap Mira pada Carolina."Oh, iya? Aku tidak tahu kabar itu," balas Carolina."Mungkin Alan membawa Prapty ke kampungnya," ucap Mira."Iya sepertinya begitu," balas Carolina.Mira akhirnya tidak pergi melayat, justru malah main di rumah Carolina.Sementara itu Alan membawa jasad Prapty ke rumahnya yang ada di perkampungan warga. Alan telah membeli sebuah rumah yang kecil di pinggiran kota.Mobil ambulance itu masuk ke sebuah pekarangan yang bercat merah muda. Cat itu sudah memudar.Alan membuka kunci pintu rumah itu, dan meminta pada Susi untuk membersihkan rumah itu dengan menyapunya.Susi menyapu ruang tengah dan juga ruang tamu."Pak, ada karpet atau perm

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 95

    Alan meremas jari jemarinya, ia terlihat begitu gugup. Ada rasa tak rela dalam sudut matanya."Silahkan Pak tanda tangan di sini," ucap orang yang ada di hadapannya Alan.Alan meraih ballpoint yang ada di atas kertas itu. Ia tak segera menandatangani dokumen itu. Alan merasa ragu, hingga ia meletakan kembali ballpoint itu di tempat semula."Ada apa, Pak?" tanya orang itu pada Alan."Bolehkah saya menghela nafas sejenak," ucap Alan.Alan merasa berat hati melepas rumah yang selama ini menjadi impiannya bersama Mira. Tapi, Alan justru malah menghianati Mira begitu saja.Alan kembali meraih ballpoint itu, ia memejamkan matanya sejenak. Lalu, dengan berat hati Alan mulai membubuhkan tandatangannya di dokumen jual beli itu.Setelah selesai, Alan menyodorkan dokumen itu pada orang yang ada di hadapannya."Pak, uangnya sudah saya transfer ya. Silahkan anda cek terlebih dahulu!" ucap orang yang ada di sampingnya Alan."Baik, Pak." Alan mengambil gawainya, ia melihat ada sebuah notifikasi dar

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 94

    Kepala Sekolah itu terperangah. Wajahnya menunjukan keterkujatannya. Wanita pongah itu pun melakukan hal yang sama."Pak Valentino?" sapa Kepala Sekolah. Ia langsung berdiri saat melihat yang datang itu adalah Valentino."Pak?" sapa wanita itu sambil menganggukan sedikit kepalanya ke arah Valentino.Asya yang melihat Valentino datang langsung memanggilnya."Ayaaahh!" panggil Asya sambil berjalan menghampiri Valentino."Sayang, apa yang terjadi?" tanya Valentino sambil merengkuh kedua bahu Asya dan menatapnya penuh tanya dengan tubuh yang berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Asya.Mata Kepala Sekolah langsung melotot saat mendengar Valentino memanggil Asya dengan sebutan sayang.Kepala Sekolah itu pun bertanya-tanya dalam hatinya, 'ada hubungan apa antara anak itu dengan Pak Valentino?'Begitu pun dengan wanita yang arogan itu. Matanya sampai berkedip berkali-kali seperti orang yang kelilipan."Aku baik-baik saja Ayah. Tapi, Bunda tidak," ucap Asya."Kenapa dengan Bunda?" tan

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 93

    Mira melajukan mobilnya ke sekolahnya Asya setelah mengantar Carolina.Sepanjang jalan ia terus berpikir, ternyata hidupnya jauh lebih beruntung daripada Miya.Miya merebut Alan darinya, ketika Mira ikhlas melepaskan miliknya untuk orang lain Tuhan memberi pengganti yang jauh lebih baik dari sebelumnya.Tuhan tak pernah tidur, Ia Maha Melihat. Dan kini Miya maupun Alan telah menerima karmanya.Berbuat baik maka akan menghasilkan kebaikan untuk diri kita sendiri. Begitu pun sebaliknya.Mira memarkirkan mobilnya di pinggir jalan depan sekolahnya Asya.Bel pulang berdering. Anak-anak berhamburan keluar dari gedung sekolah menghampiri para orang tuanya yang sedang menunggu kepulangan mereka di depan gerbang. Mira melihat Asya yang sedang berjalan menggunakan tongkatnya.Mira melambaikan tangannya sambil berteriak memanggil namanya Asya."Asyaaaa!" teriak Mira memanggil Asya.Asya pun melambaikan tangannya ke arah Mira sambil menghentikan langkahnya."Bundaa!" teriak Asya.Mira melihat ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status