Share

Bab 2 Perkara Uang!

Penulis: Ny Wibawa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-03 18:04:19

Anak-anakku hanya menatap iba kepadaku setiap Neneknya mengomeliku. Aku memiliki dua orang anak berusia tujuh tahun dan lima tahun. Beruntung kedua anakku pengertian dan menyayangiku.

"Sabar ya Bun, apa Bunda punya uang biar aku saja yang belikan gula di warung Bu Las?" 

Aku tersenyum sembari berbisik. "Besok saja, biar Bunda yang belikan. Ajak adikkmu Adnan bermain di kamar ya!" Aku berkata lembut kepada putriku.

Bukan aku tidak mau memberi uang dan membelikan gula, lagi-lagi karena aku harus mengirit biaya pengeluaran yang aku anggap tidak perlu. Uangku tinggal selembar biru, dan aku masih menunggu satu minggu lagi untuk Mas Ardan gajian. 

Ah rasanya aku benar-benar tidak tahan, rasanya ingin sekali aku mengulang masa mudaku bekerja tanpa mengenal lelah dan membelanjakan gajiku sesukaku. Sekarang aku hanya bergantung dengan hasil suamiku yang tidak seberapa. Itu pun harus mendengar ocehan mertuaku yang bawel.

"Bun, aku lupa memberitahu jika uang bulanan sekolah harus dibayar bulan ini. Amara malu Bun, hanya tinggal Amara yang belum bayar." 

Hisss, lagi-lagi uang membuatku pusing. Apa yang akan aku katakan kepada anakku jika aku belum memiliki uang sepeserpun. Meminta Mas Ardan belum tentu dia ada uang.

"Sabar sebentar ya Nak, baru diusahakan. Ayah sama Bunda lagi berusaha cari uang untuk bayar sekolahmu dan adikmu." 

Amara hanya mengangguk dengan mata sendunya. Aku tahu dia sangat sedih, tapi dia tidak banyak protes.

"Iya Bun, akan aku sampaikan kepada Bu Guru, semoga Bu Guru mengerti ya Bun," lirihnya.

Aku hanya mengangguk dan ku usap pucuk kepalanya tak terasa air mata ini mengalir membasahi pipiku.

Tok! Tok! Tok! 

"Assalamualaikum Bu Hana,"

"Walaikumsalam," jawabku dari dalam rumah.

Aku menghampiri dan mencari tahu siapa gerangan yang mengetuk pintu dan memanggilku.

"Eh, Pak RT maaf ada keperluan apa ya?" tanyaku setelah aku buka pintu dan melihat siapa yang datang.

"Maaf Bu Hana, sebenarya kedatangan saya kemari untuk menagih uang bulanan. Yang tiga puluh ribu, Bu Hana maupun Pak Ardan belum setor ya?"

Deg

Rasanya aku mau pingsan saja. Hari ini masalah seakan datang berurutan dan lagi-lagi mengenai uang dan uang.

"Maaf Pak RT, mungkin Bapak salah. Coba di lihat kembali! Saya sudah bayar kok bulan ini. Saya ingat betul hari itu hari Senin karena saya buru-buru antar sekolah jadi saya titip 'kan ke Ibu mertua saya," jawabku karena memang aku ingat sudah membayarnya.

Pak RT tampak sibuk melihat kembali buku catatannya. Ia sesekali menatapku sembari mengerutkan keningnya dan kembali fokus ke buku catatanya.

"Tidak ada Bu, saya tidak mungkin salah mencatat! Begini saja, coba tanyakan kepada Bu Ratmi biar jelas!" usulnya.

"Ada apa ini, lho ... Pak RT di luar aja, kok nggak di suruh masuk Han?"

"Kebetulan ada Ibu, ini sebenarnya Pak RT kemari ingin menagih uang iuran bulanan Bu." Jelasku kepada mertuaku.

"Oh, ya sudah bayar saja! Ada 'kan uangnya?" timpal mertuaku enteng.

"Tapi Bu, Hana sudah bayar! Hana titip sama Ibu karena Hana buru-buru antar sekolah."

Terlihat mertuaku memutar matanya seakan ia sangat sebal karena aku berkata seperti itu di depan Pak RT.

"Oh, itu. Ibu pakai buat tambah beli token listrik. Kamu nggak ngasih uang buat beli token listrik. Jadi uang itu buat nambah uang Ibu yang kurang."

Lho ... lho ... lhoo apa lagi ini?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Tidak Pulang?

    Mas Ardan benar-benar berubah, dia tidak lagi seperti dulu. Semenjak pindah di rumah ibu sekarang menjadi suami pemarah dan uring-uringan. Saya mengira jika ini semua karena pekerjaan. Saya tahu bekerja di kantor tempat Relia dan Mas Ardan saat ini tengah banyak pekerjaan. "Hana aku mengirimkan makanan untukmu dan juga keluarga. Aku telah mengirimkan melalui ojek online," ucap Relia di balik telepon. "Kamu mengirim makanan, untuk apa? Bahkan aku sudah memasak Re.""Saya hanya berbagi rejeki saja Han, mumpung libur dan saya memasak banyak di apartemen. Saya meminta Anda untuk membantu menghabiskan. Oh ya, aku juga mengirim seafood kesukaan Mas Ardan. Kau berikan padanya ya," imbuh Relia kembali. Kesukaan? Bahkan aku tidak pernah mengatakan apa yang disuka suamiku kepada orang lain termasuk Relia, bagaimana dirinya bisa tahu? "Apa Re, kesukaan Mas Ardan? Kamu tahu makanan kesukaan Mas Ardan?" tanyaku lembut. "Ah emm iya." Aku dapat menangkap suaranya yang tampak mencolok. Seanda

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 16

    "Bu, Ibu belum ngasih uang ke Hana jadi ya Hana tidak ngasih uang setoran arisan sama Bu Lilis." Aku berkata terus terang kepada ibu.Sekalian biar ia sadar jika tidak bisa menindasku begitu saja."Huh! Kamu itu memang menantu pelit! Menyesal aku mengambil kamu sebagai menantuku, kamu tidak bisa bersikap baik kepada mertuamu!""Bu, uang pemberian Mas Ardan hanya untuk kebutuhan dapur dan anak-anak. Tidak untuk bersenang-senang makan di restoran bareng temen-temen!""Kamu! Berani ya kamu menfitnahku makan di restoran!" Aku tidak menfitnah, justru ini adakah kenyataanya. Aku sudah tau kebiasaan mertuaku ini."Aku tidak menfitnah Bu,""Huh, tidak mengmfitnah tapi menuduh!" ceplosnya.Aku hanya menghela nafas ini, aku lirik putraku setelah Neneknya pergi dari hadapanku."Bun, Nenek kenapa tiap hari marah-marah?" tanya putraku yang masih memeluk kaki kiriku karena takut neneknya berbicara lantang."Tidak marah Sayang, Nenek hanya tanya sesuatu sama Bunda. Kebetulan ngomongnya Nenek agak k

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 15 Uang Arisan

    Aku melihat mertuaku terjatuh di lantai, dia mengaduh kesakitan karena kakinya terantuk kursi. "Aduhh!" Terdengar ibu mengaduh. "Ibu tidak apa-apa?" tanyaku. "Gundulmu itu, udah tau sakit masih tanya gak apa-apa? Hayo bantu Ibu!" Perintah ibu agar aku segera membantu mengangkatnya. Saya menurut saja, lagi kasihan juga jika saya tinggalkan dia. "Ibu kenapa bisa jatuh?" Saya kembali bertanya setelah ibu berhasil berdiri. "Ini gara-gara kursi sialan itu!" Ibu menunjuk kursi yang masih di tempatnya. "Hati-hatilah Bu makanya, masa kursi disalahkan." "Kamu itu ya, ini pasti kamu yang menaruh kursi itu!" Lho... aneh sekali mertuaku ini, kursi sudah dari kapan tau di sana kenapa baru sekarang dipermasalahkan? "Ibu sepertinya kurang istirahat, sebaiknya istirahat dulu Bu! Kursi itu sudah dari kemarin-kemarin di sini." Aku berbicara sambil menahan tawa. "Huh, ini semua gara-gara kamu!" Aku menggeleng pelan, heran dengan mertuaku ini. Seperti biasanya aku menjemput Adnan pukul 12.00

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 14 Aku Berhak Atas Uang Suamiku, Bu!

    Pov HanaMataku membulat saat Mas Ardan memberikan beberapa lembar uang bergambar Soekarno-Hatta. Aku tidak tahu jika ia memiliki uang sebanyak itu, lalu kenapa kemarin saat ibunya marah karena tidak ada lauk dia diam saja."Tapi ...." Aku berpikir dari mana Mas Ardan mendapatkan uang. "Katanya tidak ada uang Mas, lha ini apa?"Dia hanya membisu tak menjawab."Gajimu naik? tapi kenapa jika gajimu naik kamu selalu memberiku uang pas-pasan bahkan untuk makan saja aku harus mencuci baju ke tempat tetangga!" imbuhku lagi.Mas Ardan hanya menjawab jika ia menyisihkan uangnya itu saja. Rasanya ada yang aneh, aku telah menghitung-hitung gaji mas Ardan

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 13 Permainan Hangat

    "Kalian, seru amat kayaknya?"Aku dan Relia sama-sama terkejut tapi aku berusaha setenang mungkin agar terlihat biasa saja di hadapan Hana.Aku menanyakan anakku kemudian meninggalkan mereka berdua masuk ke kamar anak-anak agar mereka dapat berbicara. Tapi setelah keluar ternyata Relia sudah mau pulang. Ibu menyuruhku untuk mengantarkannya. Tentu dengan senang hati aku mengantarkan Relia pulang."Mas kamu berhutang penjelasan kepadaku!" kata Relia saat di dalam mobil."Hah?""Kenapa seperti terkejut begitu?" tanya Relia."Maksudmu apa Sayang, apa yang harus ku jelaskan kepadamu?""Dengan siapa saja kau berhubungan Mas?""Maksudmu apa Sayang?""Kau tidak hanya menjalin hubungan kepadaku, tapi dengan tetanggamu saja! Iya 'kan?" Pertanyaan Relia mampu membuatku terkejut.Dari mana Relia tau apa ia sengaja memata-mataiku?"Mana mungkin aku seperti itu. Jika denganmu saja sudah lebih dari cukup. Aku

  • Mertua Bawel Suami Tukang Selingkuh   Bab 12 Kedatangan Relia

    Kami pun segera melangkah keluar dari restoran setelah selesai membayar. Dengan bergandengan tangan layaknya abege yang tengah jatuh cinta kembali. Aku merasakan jatuh cinta kembali dengan Relia."Kau akan langsung pulang Mas?" tanya Relia tepat di depan pintu apartemennya."Maumu bagaimana?" Aku berbalik bertanya.Relia membenahi kemejaku yang masih rapi."Sebenarnya aku masih mau denganmu Mas, temani aku sebentar saja!" pintanya dengan manja.Entah angin apa tiba-tiba saja aku menurut dan ikut masuk ke apartemennya sedangkan Relia bergelayut manja di lenganku.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status