Share

Perlawanan

PoV Serena

"Untuk apa punya besan kaya, jika tak di manfaatkan!" ucap Ibu dengan entengnya.

Mereka serempak tertawa. Tanganku mengepal, aku akan memperingati ibuku.

"Aku sih sengaja, request sama penjahitnya. Kebaya untuk Mbak Serena dari bahan yang murahan, cuma 35 ribu semeter!" ujar Amira. Tersirat kebanggaan pada dirinya, telah memperlakukan aku seperti tadi.

"Terus, kamu juga yang menyocek di bagian ketiaknya?" Mbak Iza terdengar bertanya.

"Udah pasti itu biar dia malu pas pakai! Hahaha....!" tawa Amira pecah karena telah sengaja melakukan hal itu padaku.

"Sudah aku duga pasti kamu, yang melakukannya! Lihat deh tadi raut wajahnya, Serena. Aku pengen ketawa tapi aku tahan, ketika dia lihat bagian ketiak yang bolong. Kasihan banget ya Serena, dapat kebaya yang jelek!" ujar Mbak Reva

"Dan hampir mewek!" imbuh Amira yang tak henti kesenangan dengan mengolokku.

Mereka kemudian kembali tertawa untuk menertawai diriku. Mbak Reva sama saja, tadi dia berkata bijak hanya topeng kamuflase yang ia perlihatkan.

"Kalian jangan terlalu heboh, nanti dia dengar!" tegur Ibu mertua.

"Enggak akan, tadi kan dia masih dalam kamar aja. Takut kali mau keluar!" tukas Amira.

"Berkurung dia di dalam kamar, Ibu juga belum ada sapa dia. Apalagi nawarin makan, males. Menantu pelit! Kirain bakal nurut terus," celoteh Ibu mertua.

"Iya Bu, besok aku akan ajak Tania untuk di makeup-in juga, agar Mas Irwan lihat dia dan terpesona, mana tahu cinta lama bersemi kembali. Sebenarnya Tania tuh masih cinta loh sama Mas Irwan. Dan masih bisa berharap buat kembali, tapi Mas Irwan malah udh nikah pas dia kembali ke sini."

"Salah dia sendiri, kuliah di luar kota ninggalin Irwan, sampai 3 tahun. Mana betah dia nunggu untuk LDR!" ucap Mbak Iza.

Jadi Tania itu mantan pacar suamiku, begitu-kah? Dan ia ingin mendekati suamiku kembali.

"Tapi kasihan loh Mbak, Tania tu nangis tiap abis bertemu mas Irwan. Tadi juga nangis, pas di kamarku. Belum bisa move-on. Lagian kalau mereka mau nikah, Tania kan juga kaya! Anak pak Lurah lagi," cicit Amira.

Amira mau menjodohkan mereka kembali, sekeluarga gak ada yang waras. Dan berpikir keliru. Amira memang biangnya, yang ingin merusak rumah tanggaku.

"Aku juga yang larang Mbak Serena datang, ke acara lamaran. Biar Mas Irwan bisa dekat Tania, malah Mas Irwan ajak dia nginep di rumah ini!" ujar Amira. Terlihat jelas dari nada bicaranya, ia sangat tak menyukai aku.

"Karena ulahmu itu juga, membuat Serena marah.

Bagaimana pun kita butuh dia!" ucap Ibu menegur Amira.

Aku masuk ke dapur.

Mereka semua serempak menatapku. Apakah akan memucat, karena aku muncul tiba-tiba. Ketika mereka sedang asik menggosipkan diriku.

"Serena, kamu dari mana?" tanya Ibu sedikit gugup.

Aku meraih gelas dan menekan tombol dispenser.

Mereka seperti menunggu aku bicara, aku meneguk air di dalam gelas hingga habis.

"Kamu sudah makan?" Ibu bertanya. Beliau seperti ketakutan dan berbasa-basi padaku.

"Aku bisa pesan makanan nanti, katanya malas menawarkan aku makan. Lagian aku gak selera lihat masakan di rumah ini!" ujarku ketus.

Tak perlu lagi aku berpura-pura baik pada mereka.

"Bicara sama mertua bisa kan sopan, apa kamu gak di ajari adab sama Ibumu!" tegur Mbak Iza padaku.

"Ibuku sangat mengajari adab yang baik pada anaknya, tak pernah mengajarkan untuk memanfaatkan orang lain." jawabku.

"Maksudmu, apa?" ucap Mbak Reva.

"Mbak pasti tahu maksudku!" tukasku.

"Jika kamu tak mau makan masakan rumah ini, gak usah makan! Siapa juga yang mau menawarimu!" ucap Amira menyorotku dan bicara sinis. Memang dia yang paling ingin berlawanan denganku.

Aku berjalan menuju dekat meja makan, tempat mereka berkumpul.

Brakkkk...!

Aku menggebrak meja dengar keras, membuat mereka semua terperanjat kaget.

"Aku juga tak mau di tawari makan!" ucapku dan membalas tatapan Amira.

"Serena! Kamu kurang ajar, ada mertuamu di sini!" Ibu menunjukku.

"Aku akan sopan pada orang yang baik juga, jika untuk yang bermuka dua. Tak pantas di baikin!"

"Siapa yang muka dua, kamu sudah mencari masalah jika berani berkelakuan seperti ini di hadapan kita!" timpal Mbak Reva.

"Kalian dulu yang mencari masalah denganku, siapa juga yang mau hadir, di acara lamaranmu yang tidak penting itu! Jika tidak diajak Mas Irwan. Aku tidak akan datang kemari!"

Amira berdiri dan berdiri di hadapanku.

"Dan satu lagi! bilang pada ibumu, jangan pernah datang ke rumah Ibuku, untuk meminjam uang. Gaya selangit, tapi ekonomi sulit kah? Hingga ingin meminjam uang pada Ibuku," cercaku pada Amira.

"Diam kamu Serena, mulut lancangmu mau aku tampar!" Mbak Iza kini berjalan menghampiriku juga, seperti ingin mengeroyok.

"Kamu jika berani menghinaku, maka jangan pernah meminjam uang denganku, atau keluargaku. Jika kamu masih ingin meminjam uang. Harusnya kamu malu dong, berarti masih butuh aku. Lagian kalau nggak sanggup, enggak usah pakai lamaran mewah segala. Kamu kan pengangguran tak bisa cari modal sendiri. Kenapa tidak minta modal saja pada calon suamimu, katanya dia kaya raya!" cicitku yang terus menyudutkan Amira.

Kilatan mata Amira sangat tajam, seperti amarahnya akan meledak karena cercaanku untuknya.

"Diam!" Mbak Iza mengangkat tangannya.

"Apa, mau tampar!" aku menahan tangan mbak Iza dan menghempaskannya.

Entah keberanian dari mana, aku berhasil menahan Mbak Iza dan melawan mereka. Baru beberapa bulan jadi menantu, sudah harus bertengkar hebat seperti sekarang.

"Aku p*tahin tangan mbak, sampai berani menamparku!" tunjukku pada wajah Mbak Iza.

"Telepon Irwan, agar cepat pulang. Ini istrinya udah gak benar. Kurang ajar sekali!" Ibu meminta Reva untuk menelpon suamiku.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Siti Aminah
...... bagus serena mesti dilwan tuh kluarga jahat jangan diem aj serena ...... seru nih
goodnovel comment avatar
Siti Aminah
serena mesti cpat ngomong ke mamanya author serena hrus lebih pintar lgi donk author biar ga dimanfaatin sma mertua dan keluarganya yg jahat itu
goodnovel comment avatar
Sampoerno Hadi
bagus, cerita mengalir, emosi pemvaca dapat dipelihara
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status