Share

Bab 6. Kecelakaan

last update Last Updated: 2024-12-01 02:01:21

"Maaf! kondisi pasien bernama Jeremy sedang mengalami koma," terang Dokter Herman, dokter yang menangani Jeremy.

Wilda, sang ibu yang mendengarkan merasa syok. Hampir saja tubuhnya limbung jika tidak ditahan oleh sang suami. Airmata seketika berderai membasahi wajah wanita paruh baya yang masih cantik itu.

"Kami menemukan cedera otak pada pasien akibat benturan keras yang terjadi. Sehingga menimbulkan pergeseran dan rotasi otak didalam tengkorak," jelas Dokter Herman.

"Lalu, kapan anak saya akan bangun dokter?" tanya Hasan.

Dokter Herman menggeleng pelan. "Kami tidak bisa memastikan kapan pasien akan bangun. Berdoa saja. Semoga diberikan keajaiban."

Hasan mengangguk mendengarkan dokter Herman. Sedangkan Wilda, hanya menangis sambil mengelus dadanya yang terasa sakit dan sesak. Wilda sangat takut bila seandainya tidak ada keajaiban dan Jeremy tidak selamat.

"Saya permisi terlebih dahulu. Ada pasien lain yang menunggu saya."

"Terima kasih, Dokter," ucap Hasan.

Dokter Herman kemudian mengangguk dan pamit undur diri. Sepeninggal dokter Herman, tangisan Wilda yang tadinya tak bersuara, kini terdengar terisak dengan bahu yang naik turun. Hasan sang suami mengusap punggung Wilda untuk menenangkannya.

"Papa!" Wilda menatap suaminya.

"Sabarlah. Kita doakan semoga anak kita cepat siuman."

"Ayo kita masuk, Pa!" ajak Wilda, "Mama ingin melihat anak kita."

Hasan mengangguk. "Iya. Ayo!"

Hasan menuntun sang istri untuk masuk ke ruangan gimana sang putra tengah dirawat. Hasan membuka gagang pintu ruangan rawat VIP tersebut. Ia dan sang istri masuk untuk melihat keadaan putra mereka yang tengah berjuang diantara hidup dan mati.

"Jeremy! Hiks ... hiks ..."

Tangisan Wilda semakin menjadi ketika melihat putra kesayangannya terbaring lemah dengan bantuan selang oksigen yang terpasang di mulut. Elektrokardiogram pendeteksi detak jantung berbunyi menemani Jeremy yang terbaring di ruangan itu.

Hatinya hancur melihat keadaan Jeremy yang lemah tidak berdaya. Jika dibolehkan, Wilda ingin dirinya saja yang merasakan posisi seperti Jeremy sekarang. Hati ibu mana yang tidak hancur melihat anaknya dalam kondisi seperti itu.

Hasan kemudian menarik kursi yang ada di dekat Brangkal tempat mengiringi berbaring. Ia kemudian menuntun sang istri untuk duduk di samping tempat tidur putra mereka. Wilda dengan tubuh lemah kemudian menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi itu.

"Jeremy! Ini Mama, Nak."

Wilda meraih tangan Jeremy yang terpasang oximeter. Ia genggam dengan erat tangan lemah itu. Kemudian ia dekatkan telapak tangan putranya untuk menyentuh pipinya.

"Bangunlah, Nak. Jangan terlalu lama tertidur. Mama dan Papa merindukan kamu."

"Iya, Nak. Ini ada Papa di sini. Bertahanlah. Kamu pasti bisa. Anak Papa anak yang kuat."

Sama seperti Wilda, Hasan juga ikut sedih dan hancur melihat keadaan sang putra. Satu tahun lebih ia tidak melihat dan bertemu Jeremy. Ia hanya mendengar kabar Jeremy melalui anak buahnya yang memantau keadaan dan aktivitas Jeremy. Dan ketika bertemu kembali, ia melihat keadaan sang putra cukup menyedihkan.

Hasan mendapatkan kabar dari anak buahnya kalau Jeremy mengalami kecelakaan di jalan tol. Tidak hanya itu, kecelakaan yang terjadi ditayangkan diberita stasiun televisi swasta. Hasan yang sedang melakukan rapat bersama petinggi perusahaan membatalkan kegiatan rapatnya, dan membawa sang istri terbang ke Jakarta.

Ketika keduanya sedang bersedih meratapi keadaan Jeremy, pintu ruangan VIP terbuka. Wilda dan Hasan menoleh untuk melihat siapa yang masuk. Seorang pria seusia dengan Jeremy, tercengang melihat keadaan Jeremy yang menyedihkan.

"Kelvin?" Wilda menaikkan jari telunjuknya, "Kamu Kelvin kan?"

Kelvin menatap kedua orang tua dari Jeremy. "Benar. Saya Kelvin."

"Kamu Kelvin sahabat anak saya?" tanya Hasan memastikan.

Kelvin mengangguk. "Benar, Pak Hasan."

Hasan mengenal sosok Kelvin menjadi sahabat Jeremy saat masih remaja. dan ketika Jeremy lulus sekolah dan kuliah keluar negeri, Hasan sudah tidak lagi melihat dan bertemu dengan Calvin. Maka dari itu, Hasan sedikit pangling dengan sahabat anaknya ini. Sebab, banyak yang berubah dari penampilan pria itu.

"Setahu saya, kamu bekerja dengan Jeremy. Kemana kamu baru datang? Bukankah ke manapun anak saya pergi, kamu selalu berada di sisinya?" cecar Hasan.

Hasan mengetahui bahwa Jeremy membangun usaha properti bersama Kelvin sahabatnya. setiap hari anak buah Hasan yang selalu diperintah oleh Hasan untuk mengawasi Jeremy mengabarkan aktivitas apa saja yang telah kirimin lakukan. sehingga akan mengetahui bahwa Kelvin bersama dengan Jeremy.

"Saya tengah menyelesaikan pekerjaan yang ditinggal oleh Jeremy, Pak. Pekerjaan yang saya kerjakan bukan hanya usaha yang dikelola oleh Jeremy. Saya sebelumnya juga punya usaha sendiri yang harus tetap berjalan. Jadi saya membagi waktu. Dan tidak melulu bersama Jeremy," jawab Kelvin.

"Apa kamu tahu anak saya pergi ke mana?"

"Jeremy dan istrinya pulang dari Yogyakarta. Mereka habis liburan," jawab Kelvin.

"Oh. Jadi penyebabnya karena Alka. Anak itu memang pembawa sial. Seandainya Jeremy tidak bersama anakku, anakku tidak akan mengalami kecelakaan," cetus Wilda sewot.

"Ibu! Tolong jangan menyalahkan Alka. Tidak ada satu orang pun yang menginginkan kecelakaan itu terjadi," ujar Kelvin.

"Kamu jangan membela Alka, ya." Wilda menatap sinis sahabat putranya itu.

"Saya bukan membela Alka. Dan lagi pula siapa yang bisa meramalkan kecelakaan itu bisa terjadi."

"Sudah ... sudah." Hasan menengahi, "Kita pikirkan bagaimana Jeremy. Jangan hanya memikirkan Alka."

"Yang aku pikirkan itu anakku. Bukan Alka. Aku tidak sudi memikirkan dia. Mau dia mati sekalipun, Aku juga tidak peduli."

"Ibu dan bapak sepertinya sangat benci sekali kepada Alka. Kenapa kalian membencinya?" Kelvin heran melihat orang tua Jeremy yang membenci Alka.

"Karena dia tidak pantas bersanding dengan anakku. Itu alasannya," ucap Wilda dengan tegas.

"Tidak pantas bagaimananya? Mengapa Ibu bisa menyimpulkan seperti itu? Adakah sesuatu yang tidak diketahui oleh Jeremy mengenai Alka?"

"Diam!" bentak Wilda, "Kamu jangan mencoba untuk menasihati saya. Kamu itu hanya orang asing."

Bukan Kelvin namanya kalau hanya diam dan mengalah. Sedari dulu pria itu sangat suka berdebat dengan siapapun. Bahkan jika ada sesuatu yang janggal dan sangat bertentangan dengan pikirannya ia selalu mengemukakannya. Jeremy pun sudah paham akan tabiat Kelvin.

"Mungkin saya hanya orang asing bagi ibu dan bapak. Tetapi posisi saya juga penting untuk Jeremy. Saya sahabatnya."

"Apakah selama 1 tahun ini Jeremy membangun usaha?" Hasan bertanya kepada Kelvin untuk mengalihkan topik agar istri dan sahabat anaknya tidak terus berdebat.

"Iya. Saya yang membantunya. Kemudian dia juga mencari pinjaman. Tidak hanya itu, Alka memiliki tabungan juga dipinjamkan kepada suaminya untuk tambahan modal," beber Kelvin.

"Cih! Punya tabungan?" desis Wilda, "Tabungan dari mana? Mungkin dia juga habis jual diri dan penghasilan itu diberikan kepada Jeremy."

"Ibu! Alka itu kan petani. Dia juga bukan hanya petani. Dia bekerja sebagai pegawai minimarket dan dia bekerja itu bukan hanya sebulan atau dua bulan. sudah bertahun-tahun Alka menggeluti pekerjaan itu. Selain itu Alka juga tidak kuliah. Wajar bukan, dia memiliki tabungan?"

"Berhenti membahas Alka di depan kami!" Hardik Hasan membuat Wilda dan Kelvin diam.

Kelvin mendengus. "Baik. Saya tidak akan membahasnya lagi."

Di dalam hati, Kelvin merasa heran sambil memandang kedua orang tua Jeremy. Ia tidak terkejut bahwa pasangan suami istri paruh baya itu membenci Alka, karena telah mendengar cerita dari sahabatnya. Namun, ia tidak menyangka bahwa kebencian mereka sedalam itu kepada Alka. Bahkan peduli keadaan Alka pun tidak.

"Padahal, Alka wanita baik-baik. Bagaimana jadinya kalau Alka bukan wanita yang baik? Sungguh tidak masuk akal orang tuanya Jeremy ini. Hanya karena miskin, lalu membencinya sampai seperti itu?" batin Kelvin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 170. Akhir Cerita Bahagia (TAMAT)

    Alka menurunkan kaki jenjangnya, tepat di sebuah lobby hotel tempat untuk bertemu dengan sang suami tercinta. Setelah ia pulang dari butik Wilda tadi, Jeremy mengirimkan alamat hotel yang akan mereka datangi bersama. Mereka berdua akan menghadiri acara pernikahan kolega bisnis Jeremy. Alka sudah mempersiapkan diri berdandan secantik mungkin agar terlihat pantas mendampingi suaminya seorang CEO yang sangat dihormati di negeri ini. Langkah kakinya mulai berjalan menyusuri lorong lobby hotel. Dari kejauhan, Alka sudah melihat keberadaan sang suami yang tengah berbicara dengan salah seorang temannya. Kemungkinan, Jeremy berada di luar tempat pesta karena sambil menunggu kedatangan dirinya. "Mas Jeremy!" panggil Alka seraya melambaikan tangannya. Jeremy menoleh ke sumber suara. Teman yang bersama dengan Jeremy mengobrol, menggangguk hormat dan mengundurkan diri setelah melihat kedatangan Alka. Jeremy tak memperhatikan temannya yang menjauh. Karena pria itu terpana melihat kedatangan s

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 169. Gaun Pesta

    Malam nanti, Alka akan menghadiri pesta pertemuan dengan para investor asing mendampingi sang suami. Untuk menunjang penampilannya agar terlihat cantik dan pantas, ia menemui terlebih dahulu Wilda untuk berkonsultasi mengenai busana yang dikenakan. Karena setiap akan melakukan pertemuan, Wilda kerap datang ke rumah untuk memilihkan busana yang akan dikenakan oleh menantunya. Wanita cantik itu melangkahkan kaki memasuki butik sang ibu mertua. Senyuman menghiasi wajahnya. Wilda sudah dari beberapa hari lalu menunggu kedatangannya kemari."Mama," panggil Alka.Ia tersenyum menatap Ibu mertuanya. Wilda terlihat sedang sibuk dengan salah satu karyawan nya. Ketika melihat kedatangan menantu, Wilda tersenyum lebar dan menyambut hangat. "Akhirnya kamu datang setelah aku tunggu-tunggu dari kemarin." Wilda mendekati Alka.Wilda sudah menunggu kedatangan Alka dari beberapa hari lalu, namun Alka belum bisa mewujudkannya. Kebetulan hari ini ia memiliki waktu senggang sebentar sebelum bertemu den

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 168. Kejutan Berupa Hadiah

    Alka sibuk mengatur nafasnya yang terengah-engah setelah aktivitas pergulatan panas yang ia lakukan bersama sang suami. Ia masih mencoba meresapi sisa-sisa kenikmatan setelah apa yang mereka lakukan bersama. Jeremy berbaring di sampingnya sambil memeluk erat pinggangnya."Mas ... " panggil Alka pada suaminya."Hm ..." Jeremy bergumam.Alka merasakan tenggorokan kering. Ia ingin meminta tolong kepada Jeremy untuk mengambil air minum. Biasanya Alka selalu membawa air minum sebelum masuk ke kamar. Tapi, ia melupakan hal itu."Besok pagi kamu ikut aku ya?" Jeremy mengangkat wajahnya dan mengecup kening Alka. "Aku mau mengajak kamu ke suatu tempat.""Apa jauh dari sini?" tanya Alka setengah berbisik.Jeremy menggeleng. "Tidak. Di dekat sini."Jeremy tersenyum memandang Alka sambil mengusap lembut surai panjang hitam milik sang istri. Ia telah menyiapkan sebuah hadiah yang akan menjadi kejutan esok hari. Sebuah kejutan yang telah ia siapkan beberapa waktu lalu. Dan ia harap, Alka menyukai h

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 167. Wisuda Virtual

    "Selamat, Sayang ..." Jeremy tersenyum lebar melihat istrinya menggunakan toga "Terima kasih,Mas," ucap Alka. Hari ini, Alka melakukan wisuda virtual bersama para dosen pembimbing tempat ia menimba ilmu Polandia. Seharusnya ia melakukan wisuda beberapa bulan sebelum melahirkan. Namun suaminya menyarankan agar ia melakukan itu setelah bayi mereka lahir. Dan pada akhirnya, Alka dan Jeremy kehilangan anak mereka. Dan kini saatnya, Alka telah dinyatakan lulus dari ujian skripsinya. Alka menjalani ujian melalui proses yang sangat berat. Selain banyaknya masalah yang terjadi dalam rumah tangganya, serta masalah-masalah yang lain, ia harus sambil melewati pengobatan kemoterapi penyakit tumornya. Tetapi, ia bersyukur karena saat ini penyakit tumornya sudah dioperasi dan ia sedang menjalani tahap pemulihan. Seulas senyum tak pernah luntur dari bibir manis Alka. Meskipun perayaan wisudanya tidak seperti yang ia harapkan, tapi ia sangat bersyukur dengan apa yang ia dapatkan saat ini. Impi

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 166. Mencoba Menerima

    "Mama ...." sapa Alka pada ibu mertuanya. Alka baru saja sampai di areal permakaman. Ia mendekati sang ibu mertua yang tengah duduk di samping makam kedua putranya. Wilda yang tengah khusyuk berdoa, mengangkat wajahnya dan bangkit dari tempat dia duduk."Kamu ke sini sama siapa? Jeremy tidak mengantarmu?" Wilda memperhatikan Alka yang datang sendirian tanpa suaminya. "Mas Jeremy ada rapat penting. Aku diantar sopir," jawab Alka. "Ya sudah. Ayo sini! kita berdoa bersama-sama," ajak Wilda. Alka melangkah mendekati makam putranya dan mengambil posisi untuk berjongkok di samping Wilda. Sebelum ia merendahkan tubuhnya, ia mengucapkan salam terlebih dahulu. Dan ketika Alka hampir berjongkok, Wilda menarik tubuh menantunya."Kamu jangan duduk di situ." Wilda bangkit dari kursi plastik dan meminta Alka menempati kursi tersebut."Duduk di kursi. Kamu belum lama operasi caesar. Nanti jahitan mu bisa terbuka," tegur Wilda. Alka tidak menolak dan juga tidak menjawab ucapan mertuanya. Ia lebi

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 165. Sang Ibu Terlibat

    "Makan dulu dan minum obatnya," kata Jeremy. Alka tak menolak ketika piringnya diisi makanan dan lauk oleh sang suami. Mereka berdua sarapan bersama sebelum Jeremy berangkat kerja. Perlahan, hubungan keduanya mulai menghangat setelah Alka cukup lama mendiamkan Jeremy. Jeremy dengan begitu perhatian menyisihkan duri ikan untuk sang istri. Alka menyuap makanan ke mulutnya dengan perlahan. Sesekali, ia melirik sang suami yang makan dengan lahap. Jeremy memperhatikan istrinya yang makan dengan lambat. Karena Alka terlihat malas makan, Jeremy akhirnya memutuskan untuk menghentikan makannya sejenak. Pria itu memilih untuk menyuapi istrinya. "Mungkin sampai saat ini, selera di lidahmu terasa tidak enak. Tapi bukankah perut harus diisi?" Alka tak bicara dan tak menolak disuapi oleh Jeremy. Ia merasa bahagia karena memiliki suami yang sangat mencintainya sepenuh hati. Bahkan Jeremy rela melakukan apapun demi kebahagiaannya. Jeremy menyuapi istrinya hingga nasi di piring habis tak tersi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status