POV Kakek WidjayaSejak malam itu aku tak pernah sekalipun melupakan mata itu, mata sayu yang selalu membayangi malam-malamku, meskipun aku telah bersama orang lain namun dia tetaplah cawan canduku. “Lisa,,tak sedetikpun ku lupa akan dirimu” “Akankah gadis itu cucu Lisa, yang mana merupakan cucu kandungku? Aku telah menggagahinya berkali-kali ketika suaminya tengah berada di luar kota. Apakah mungkin? “Aku dipisahkan dari kekasihku Lisa ketika kami telah menjalin hubungan lebih dari tujuh tahun. Saat itu, keluarga kami tidak memiliki apa-apa yang untuk meminang Lisa. Semantara keluarga Lisa menginginkan seorang menantu yang mampu mencukupi kebutuhan Lisa,, sekaligus kebutuhan keluarga.Datanglah seorang laki-laki bernama Timo, meskipun saat itu Timo telah memiliki dua istri, namun tetap tak menyurutkan keinginan keluarga Lisa untuk menyerahkan anak gadisnya kepada Timo, laki-laki yang kurang ajar menurutku. Pada kenyataannya Lisa tak pernah mendapatkan perlakuan manis, malahan di
Pagi ini Edward sedikit gusar lantaran obrolan dengan ayahnya semalam, seusai makan bersama. Beliau mengingatkan kepada Edward untuk mengatur Kevin agar lebih bisa menghargai perempuan terutama Nindia. Widjaya beranggapan Kevin terlalu dimanja oleh orang tuanya, sehingga dia tidak mampu berempati kepada penderitaan orang lain, terutama orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan.Selama ini Kevin memang tercukupi dari segi materi, bahkan untuk membiayai gaya hidupnya yang cenderung hedon. Atau mengadakan pertemuan dengan teman-temannya yang hampir dilakukannya setiap pekan. Ketika mendapat perkataan dari Kakek Kevin tersebut, Edward merasa begitu gagal sebagai seorang ayah yang seharusnya mendidik Kevin tidak hanya kognitif saja, namun tentu dia berharap bisa mendidik Kevin dari sisi emosional. Saat Tania memasangkan dasi Edward, laki-laki itu berkata kepada istrinya. “Sayang, menurutmu jika Kevin selalu bersinggungan dengan Nindia, apakah dia bisa memberikan pengaruh positi
Tok.. tok…tok…!“Gadis bodoh keluar kamu! aku sudah terlambat”. Teriak Kevin dari luar kamar Nindia.Tak ada suara sama sekali dari dalam, Nindia kelihatannya memang belum bangun. “Hey gadis tuli, bangun kamu, kau dengar aku tidak?!”Teriaknya sekali lagi. Diguncang- goncangnya gagang pintu Nindia, hingga membuatnya terbuka tanpa sengaja. Kevin langsung saja masuk dalam kamar Nindia, tanpa permisi, tanpa instruksi dari sang pemilik kamar. Di atas kasur terlihat Nindia yang masih tertidur, gadis tersebut baru saja tidur setelah subuh.Akhir-akhir ini Nindai memang memiliki banyak tugas yang harus diselesaikan, dia sering menutup mata setelah fajar menjemput. Hanya saja kali ini dia sama sekali tidak mendengar alarm berbunyi. Bahkan saat Kevin datang membangunkannya. “Nindia…”Kevin memanggil nama gadis tersebut, namun Nindia tak juga lekas membuka mata. Seperti mendapat kesempatan emas pria itu duduk di samping Nindia, dengan sangat hati-hati. Senyum Kevin mengembang sembari dibela
Kring.. Kring.. Kring..“Halo”“Abah Riantiarno ada?”Suara berat seorang laki-laki terdengar di seberang sana, kala itu Puspa sedang bertugas membantu Abah mengoreksi pekerjaan siswa di ruang kerja, tangannya terhenti saat mendengar telepon yang mencari pimpinan yayasan mereka.“Abah masih mengajar di sekolah, apakah ada keperluan mendesak? Nanti saya sampaikan” balas Puspa. Saat ditanya demikian orang di seberang sana terdiam, solah berpikir apa yang hendak ia sampaikan, sementara hal yang ingin dia gali adalah informasi rahasia yang memang harus ditanyakan secara langsung. “Jam berapa Abah biasa pulang? ““Biasanya ba’da ashar sudah sampai di rumah” Sahut Puspa. “Kalau begitu saya akan datang sore ini” Jawab Laki-laki di seberang, segera ingin mengakhiri percakapan. Buru-buru Puspa mendesaknya dengan pertanyaan perihal nama, namun laki-laki tersebut kembali terdiam, tak lekas memberi jawaban. Jeda suara yang dirasa tak wajar oleh Puspa membuatnya berpikir macam-macam. Sement
Abah masuk ke sebuah ruangan dibimbing oleh seseorang yang mencarinya di Yayasan kemarin–Henry. Langkah Abah agak melambat saat dia melihat seseorang yang tengah duduk menunggu kedatangannya. Meskipun belum pernah bertemu dengan orang tersebut, namun dia tahu, beliau adalah Kakek Widjaya. Abah pernah melihat Kakek Widjaya di foto keluarga Pak Edward. Rambut kakek itu boleh jadi berubah menjadi putih, namun terlihat jelas bahwa dulunya dia merupakan laki-laki yang gagah dan tampan. Ketika henry dan abah, Kakeh Widjaya langsung berdiri dan menyodorkan tangannya kepada laki-laki yang baru saja dikenalnya tersebut. , “Saya Widjaya, ayah dari Edward, bagaimana perjalananmu hari ini? apakah semua akomodasi sudah membuat nyaman? JIka tidak saya bisa minta Henry untuk menggantinya”Tak tanggung-tanggung memang karena Kakek Widjaya menerbangkan Abah dari Klaten dengan penerbangan VVIP. Lantas mengistirahatkannya di hotel mewah bintang lima di pusat kota. Pertanyaan berikutnya apakah A
“Abah???” Nindia berteriak bahagian lantaran orang yang disayangi ada di depannya, gadis tersebut tak mampu menahan kakinya untuk tetap diam di tempat. Hatinya begitu penuh, tanpa sadar air matanya menetes, saat menyalami tangan abah, kemudian memeluknya solah bertahun-tahun tak bertemu dengan pimpinan Panti Asuhan tersebut. “Sejak kapan Abah disini? kenapa tidak bilang dulu ke Nindi kalau mau datang” lanjut Nindia protes karena gadis itu berharap bisa izin di perkuliahannya.“Abah akan disini beberapa hari Nindia tinggal di Jakarta Nindia, katanya ada urusan yang harus diselesaikan”Kakek Wijaya tiba-tiba muncul di balik tubuh Abah, kemudian berjalan melewati abah dan Nindia yang sedang melepas rindu.Saat mendengar suara Kakek Widjaya, gadis itu terkejut mendengar dan mengamati beliau berjalan ke arah ruang keluarga, sejurus kemudian Nindia mengalihkan pandangannya kepada Abah dengan ekspresi tanda tanya di wajahnya. Sebenarnya tak hanya Nindia, Edward dan Tania menyimpan rasa
“Jangan-Jangan lu jatuh cinta kepadanya Jer!!!”Ejek teman-teman jeremy, laki-laki tersebut memang sedang merutuki nasib lantara tidak bisa berpisah dengan Sakura gadis jepang yang seumur hidupnya selalu ingin berada disisinya dengan alasan yang entah dia sendiri tidak paham.“Sialan lu semua!” balas Jeremy dengan kesal.“Tapi memang kenyataannya, lu gak bisa kan sedetikpun pisah dari dia, kalo menurut gua. gadis itu lumayan manis kok, lumayanlah buat dijadikan gebetan, daripada lu jomblo mulu”“lebih baik gue jomblo ketimbang sama dia, kecil, flat tak berisi, tidak menarik sama sekali” Balas Jeremy dengan malasnya.“Gampang kalo mau buat dia terlihat sexy mah, suruh aja dia pakai lingerie sexy, suntik botox” Usul Rudy dengan gampangnya, semua ejekan tersebut membuat Jeremy bertambah tertekan. “Arrrrgghhhh…..! udah pokoknya setelah magang ini selesai gue harus lepas dari bayang-bayang Sakura. Dan gue akan liburan, dengan menggandeng gadis cantik, setidaknya sekelas Miranda lah” Kata
Malam mencekam telah berlalu, Sakura akhirnya dikembalikan ke bangsal dari ruang ICU setelah saturasi oksigennya membaik. Wajahnya masih pucat pasi, tak ada senyum di wajahnya sama sekali. Keluarganya yang berada di Jepang juga telah dikabari kemudian meluncur ke Indonesia dengan penerbangan tercepat malam itu. Semntara keluarga Pak Edward yang selama ini satu-satunya keluarga yang menjaga Sakura, begitu merasa bersalah atas kejadian tersebut. Semua sudah pasrah barangkali Sakura akan diboyong keluarganya kembali ke Tokyo. Selama ini gadis tersebut lebih memilih Indonesia lantaran ingin dekat dengan Jeremy, sejak kecil mereka selalu bersama. Bahkan setelah ayahnya kembali di tempatkan di negara asalnya, gadis tersebut enggan meninggalkan keluarga Jeremy. Pagi tersebut, setelah memastikan keadaan Sakura sudah membaik, semua anggota keluarga pak Edward kembali ke rumah, hanya tersisa Jeremy yang masih menunggui Sakura. Laki-laki tersebut ingin menebus semua kesalahan yang telah laku