Share

CHAPTER 5 Perempuan Kesenangan

Dibalik kemudi, Kevin terngiang perkataan mamanya. Tapi, dia memilih tidak ambil pusing perkara tersebut.

Baginya, Miranda adalah wanita kesenangan yang siap digauli kapan saja tanpa harus memikirkan status atau komitmen. Sama seperti perempuan lain yang dekat dengannya selama ini.

Kevin memang sengaja mencari perempuan-perempuan yang memiliki pemikiran sama dengannya.

Tentu saja tidak sulit bagi dia menemukan satu atau dua perempuan dalam waktu yang bersamaan tanpa harus terpikir untuk menikah kemudian punya anak.

Menikah adalah hal berat menurutnya. Kenapa harus memiliki ikatan, ketika kedua belah pihak sudah cukup bahagia dan saling menguntungkan pikirnya.

Baginya, satu-satunya tujuan berhubungan dengan perempuan hanya persoalan biologis, tidak lebih.

Lagipula, belum tentu dalam perjalanan pernikahan dia atau sang perempuan, perasaan saling mencintai itu akan awet. Bisa jadi, diantara mereka akan tertarik dengan yang lain. Hal justru akan melukai perasaan pasangannya.  

Sebenarnya, tidak jarang juga beberapa perempuan yang akhirnya benar-benar jatuh cinta dengan kevin, kemudian minta untuk dinikahi.

Sama halnya seperti Kurtney, perempuan yang membersamainya selama lima tahun, ketika dia kuliah di New Zealand. Saat itu mereka sepakat dengan tinggal satu rumah.

Hubungan tersebut berjalan tanpa masalah di awal. Kurtney juga sepakat tidak memerlukan komitmen dengan Kevin.

Namun, seiring berjalannya waktu perempuan yang telah lama tinggal dengannya tersebut benar-benar jatuh cinta kepada Kevin.

Sayangnya, Kevin tetap Kevin tidak lantas memberi jawaban terhadap status hubungan mereka kedepan.

Dalam masa kebimbangan tersebut Kurtney memutuskan untuk menjalin hubungan dengan teman Kevin. Tidak lama, keputusan untuk menikah dengan laki-laki tersebut diambilnya.

Di saat Kurtney memutuskan menikah dengan orang lain, Kevin baru menyadari bahwa dia mencintai perempuan tersebut.

Tapi, nasi telah menjadi bubur. Keputusan Kurtney telak adanya. Tidak bisa diubah, meskipun dalam hati, ia masih sangat mencintai Kevin. Perempuan tersebut tetap melangsungkan pernikahan,terlebih sang mempelai pria terlihat sangat serius ingin membina rumah tangga dengannya. 

Kevin yang akhirnya seolah seperti pihak yang tersakiti, akhirnya memutuskan kembali ke Indonesia, dengan segala luka yang ia punya, tak satupun gadis yang mampu memikat hatinya. 

Berawal dari hal tersebut tersebut Kevin lebih senang memiliki  hubungan FWB--friend with benefit. Banyak teman perempuan yang mampu memenuhi kebutuhan biologisnya, sehingga  membuatnya menjauh dari pemikiran pernikahan saat ini. 

Baginya ini adalah hal yang menguntungkan karena dia bisa fokus bekerja sedang kehidupan pribadinya tetap berjalan sebagaimana mestinya. 

Kepada Miranda entah kenapa, meskipun dia lebih sering bersama gadis tersebut, lantaran dia masuk gadis paling memuaskan diantara yang lain. Namun, Kevin tahu pasti dia tidak mencintai Miranda.

Hampir tiga tahun Kevin dekat dengan Miranda, tanpa status pacaran atau bahkan janji untuk menikah, tapi toh selama ini Miranda menikmati hal tersebut tanpa protes. 

Tapi akhir-akhir ini memang ada sedikit keanehan dari Miranda, minggu lalu ketika mengadakan pesta di apartemen Kevin, Miranda sedikit mabuk dia bertanya kepadanya Kevin apakah dia mencintainya.

Kevin sama sekali tidak mengindahkan pertanyaan tersebut, malah menciumi Miranda dan menghabiskan malam bersama hingga fajar menjemput.

Saat mereka terbangun, Miranda sudah membersihkan diri kemudian meninggalkan Kevin yang masih tertidur.

Percakapan mereka pun tidak berkelanjutan. Hari berikutnya di kantor Miranda sudah terlihat biasa, seperti tidak terjadi apa-apa diantara sebelumnya. 

***

Kevin telah tiba di kantor terlihat staff sudah rapi pada tempat masing-masing, terlihat pula Miranda mengenakan setelan blazer warna merah dengan rok di atas lutut terlihat menantang dan menggoda.

Kevin tersenyum jahat melihatnya, kemudian berkata dalam hati, “Habislah kau Mirada malam ini!.'

 Otaknya sudah begitu kotor dan jahat. Namun, dia masih sadar bahwa mereka di kantor saat ini.

Telpon Miranda berdering, tertera nama Kevin muncul di layar. Miranda langsung menyambarnya dan berkata, “hallo pak Kevin pagi”.

 “Keruangan saya sekarang!” Titah laki-laki yang baru saja menginjakkan kaki di ruangannya.. 

Mendengar perintah tersebut Miranda bergegas, menyempatkan diri merapikan setelan blazer di yang ia kenakan, tak lupa sekilas mengecek riasan wajahnya. 

Sudah tentu MIranda  merasa menang hari ini, dia bergumam dalam hati, “Tentu kau tak akan pernah bisa jauh dariku sayang” senyum menghias wajah cantiknya.

Miranda yang menenteng Ipad yang berisi proposal presentasi di tangannya, perempuan tersebut  berjalan penuh percaya diri ke arah meja Kevin. 

Laki-laki tersebut sadar betul Miranda mendekat, matanya sempat melihat perempuan tersebut berjalan ke arahnya.

Namun buru-buru Kevin kembali mengalihkan pandangannya perangkat di depannya. Kevin lebih memilih bersikap dingin seperti biasa, seolah tak mau mengakui bahwa saat ini dia memang telah tergoda dengan penampilan karyawannya tersebut.

Alih-alih duduk di kursi depan Kevin, Miranda malah  mendekat ke samping tubuh  Kevin , lalu dengan gestur sedikit mencondongkan badannya, hingga jelas bagi kevin melihat blues putih Miranda yang berbahan chiffon menerawang jelas didepan matanya.

Miranda yang dengan fasih dan percaya diri menjelaskan project dalam proposal tersebut, dan sengaja memancing Kevin dengan gaya bicaranya.

Mata Kevin sedikit melirik ke arah celah baju Chiffon tersebut dan menelan salivanya,  kemudian beralih menatap mata Miranda, lalu berkata,

 “ Papa ingin saya lekas mendapatkan vendor baru, untuk support semua kebutuhan project ini, kita hanya punya waktu sampai siang ini!” jelas Kevin kepada perempuan yang berdiri kurang dari  sejengkal di sampingnya tersebut.

“kita akan menemukan vendor lain kevin, tenanglah. saya punya colleague di Kalimantan,  mereka juga akan memberikan kompetitif price untuk kita” balas Miranda dengan tenang sembari memegang pundak Kevin.

“Cepat hubungi dan berikan report kepada calculation team agar segera diolah datanya!”

Setelah memberi perintah, Kevin lalu kembali fokus dengan laptop di depannya, seolah Miranda sudah tidak ada disampingnya.  

Miranda yang menerima sinyal tersebut paham kalau sudah tidak topik yang harus didiskusikan saat itu, akhir nya di segera undur diri sembari berkata, 

“Baik akan saya menghubunginya sekarang, saya keluar dulu pak”  

Miranda akhirnya beranjak dari meja Kevin menuju pintu keluar, namun sebelum menjangkau gagang pintu kevin kembali memberi titah.

“Miranda, malam ini jam 8 malam ke apartemen saya!”  

Miranda yang mendengar itu membalikkan badan, kemudian menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia setuju. Tentu saja hari ini dia berhasil seperti biasanya, keluar dari ruangan Kevin, senyumnya mengembang puas, dia menang telak hari ini. 

Miranda memang gadis yang cantik dan cerdas, dia merupakan idaman para pegawai di perusahaan, karena memang terlihat paling menawan, diantara gadis-gadis yang bekerja disana.

Kemahirannya dalam berdiskusi dan menggunakan bahasa asing merupakan nilai plus untuknya, meskipun baru saja bekerja, dia bisa menghandle banyak project secara bersamaan. Alasan cukup masuk akal jika  Kevin mempekerjakannya.  

Kevin dan Miranda merupakan alumni dari kampus yang sama. Hanya saja, tidak pernah bertemu saat sama-sama kuliah. 

Mereka dipertemukan pada acara gathering acara kampus setelah kembali ke Jakarta.

Saat itu Miranda terlihat mencolok dengan penampilannya lantaran wajah bule yang ia miliki. Hal tersebut membuatnya sangat mudah ditemukan diantara orang-orang.

Kecantikannya di mewarisi dari rupa ayahnya yang berasal dari Perancis. Sedang mamanya keturunan Tionghoa Manado. 

Sudah tidak diragukan lagi, mudah baginya  untuk menggaet hati pria manapun yang diinginkan.

Di hari pertama mereka bertemu, Kevin langsung berinisiatif membawa Miranda ke apartemen. yang memang di sambut dengan tangan terbuka oleh Miranda yang sedang tidak  memiliki acara saat itu.  

Sebelumnya Miranda memang telah mengantongi profil Kevin, siapa yang tak kenal dengan sosok Kevin Widjaya. Anak muda yang baru saja kembali dari New Zealand, yang menggebrak dunia bisnis properti dengan pembangunan hotel di bawah laut di kepulauan seribu tersebut. 

Selain pemegang aset properti kota ini, ayahnya juga memiliki bisnis di negara  lain, yang membuat nama belakang keluarganya menjadi salah satu orang terkaya di negara ini.   

Tak ragu Miranda yang mantap mengiyakan ajakan Kevin dan tentu sudah bisa dipastikan apa yang terjadi diantara mereka, yah tentu saja malam pertama yang dihabiskan beronde-ronde tersebut  mendorong Miranda mendapatkan malam-malam berikutnya dengan Kevin, tanpa pernah komplain sekalipun bagaimanakah status hubungan mereka kedepan.

Tanpa melalui proses wawancara atau tes lainnya, yang membuat ribet semua applicant pencari kerja pada umumnya, Miranda malah langsung menempati posisi sebagai sekretaris  Kevin. 

Hal tersebut membuat heboh semua orang di kantor, para perempuan tentu saja lebih mengarah pada kekecewaan,  karena tidak ada kesempatan mendekat kepada bos ganteng mereka. 

Sebaliknya bagi karyawan laki-laki, kehadiran Miranda merupakan sebuah oase di padang gurun, bening menyegarkan mata. Para laki-laki tersebut sering sekali menggoda miranda dengan candaan-candaan yang membuat Miranda tertawa kecil.  

Sebenarnya orang tua Miranda memiliki usaha kuliner di kawasan BSB, makanan mereka terkenal enak dan ramai sekali dengan pengunjung, bahkan cukup potensial untuk dijadikan bisnis keluarga. 

Hanya saja Miranda tidak tertarik mengembangkan mengikuti jejak mamanya. Ia lebih memilih berkarir di perusahaan Kevin. Tentu saja dengan alasan yang tidak satupun orang yang tahu.

***

Di tempat lain Jeremy sampai pada spot janjian dengan teman-temannya.

“Hei Bro!!” sapa Jeremy kepada temannya, mereka sudah nongkrong setengah jam menunggu Jeremy tiba.

“Ah lu kayak perempuan aja Jer” komplain Ryan salah satu temannya.

“Iya neh, apa lu pakai lulur dulu kah di rumah? lama bener” Edy menambahkan untuk membumbui suasana.

 “eeeiiitttss… santai bro, aku tadi ketahan gegara informasi penting yang mesti aku tanyain ke nyokap gua” Kilah Jeremy.

  “Ah elu kayak emak-emak aja, sejak kapan elu jadi peduli masalah harga kebutuhan pokok naik apa enggak sih?, minyak goreng udah turun belum  mak? hahahah” timpal Rudy salah seorang teman Jeremy.

Mendengar itu semua teman-teman Jeremy jadi tertawa lebar.

“Eh siapa tahu, Jeremy sudah tobat bro, sekarang dia sudah beralih untuk memikirkan masa depan yang lebih cerah!”  Bagas tak ingin berhenti mengejek  Jeremy  yang terlihat  makin kesal dengan perkataan teman-temannya. 

“betul juga…  jadi mari kita dukung Jeremy Widjaja tahun 2024 untuk Indonesia lebih maju bro!” Agus menguatkan pernyataan Bagas, sambil mengepalkan satu tangan seolah memberi semangat layak gambar spanduk kampanye.

“Ahhhh….!!!! ini masalah seorang bidadari pagi bro kalian gak bakal paham deh” Sergah Jeremy kepada teman-temannya. 

“Palingan juga pagi ini ada Miranda di rumah lu makanya kamu berlama-lama di rumah, biar bisa lihat cewek sexy itu, iya kan?  Ah lagu lama lu!“ . Balas Edy mengingatkan tentang kebiasaannya. 

Jeremy yang tak terima  lalu menjawab, 

“Wah kalian gak bakal paham dah, ini lebih dari MIranda bro!! pokoknya kalo nyangkut si dia, mainnya udah hati dan perasaan dah!!” jelas Jeremy sembari menutup mata dan memegang dadanya.

 “Bohong banget, hahaha,” ejek teman-teman jeremy kepadanya, kemudian  kompakan tertawa bersama-sama.

 “Ah… udah-udah ayo fokus lagi neh ke tugas!” protes Jeremy akhirnya.. 

***

Kevin pulang ke rumah siang itu karena ada satu berkas yang tertinggal di ruang kerjanya untuk meeting di Thamrin siang ini. 

Saat hendak melangkah menuju tangga dia mendapati Nindia di balik kaca, gadis itu duduk di ruang belakang sendirian, di tatapnya kolam renang sambil memegangi dengan HP di tangannya.

Kevin yang menyaksikan pemandangan tersebut mengurungkan niatnya untuk naik ke atas, ia lebih tertarik memandang  NIndia di balik pintu.  

Saat itu Nindia selesai mengabari Abah dan Umi, jika dia sudah sampai di rumah pak Edward. Dia juga mengatakan bahwa keluarga yang mereka tumpangi sangat baik  dan menyambut NIndia dengan hangat. 

Percakapan mereka berhenti, tatkala Nindia menitihkan air mata, kemudian Abah menenangkannya.

“Sudah nduk, kamu istirahat dulu, baik-baik baik disana ya, Abah dan Umi InshaAllah akan menjengukmu suatu hari nanti”

Sambungan telepon berhenti, namun masih menyisakan linangan air mata bagi Nindia.  

“aku merindukan kalian semua” gumam Nindia lirih. 

“Nindia, nak..” Panggil Tania di dalam rumah. 

Nindia yang mendengar panggilan Tania, buru-buru menyeka air matanya, kemudian berjalan masuk ke dalam. 

Namun tiba-tiba. 

Brukk…………..!!!!!!!!!

Nindia menabrak dada bidang seorang laki-laki.

Gadis tersebut panik, kemudian melihat keatas wajah laki-laki yang ditabrak  tersebut yaitu Kevin. Nindia terbata-bata meminta maaf, 

“ma- maaf, saya tidak sengaja”  

 Kevin dengan dingin menjawab kasar dan malah menuduh Nindia yang bukan-bukan. 

“Kamu buta ya?  tidak melihat ada orang disini?!”

“Atau kamu sengaja ingin menabrakkan diri ke aku agar aku tertarik sama kamu?”

“ Ngaca ya kamu gak selevel dengan saya, ngerti?!!!”

Mendengar respond Kevin demikian Nindia kesal bukan main ingin membalas perkataan orang tersebut, namun Nindia enggan membalasnya, hanya satu kata saja yang keluar dari mulutnya. 

“maaf” Sembari menundukkan wajahnya seperti anak kecil yang sedang dimarahi guru. 

Kevin yang melihat Nindia demikian  dalam hati tersenyum puas,, kemudian meninggalkan Nindia begitu saja. 

“Cih… sombong sekali orang ini, dimintai maaf malah berkata yang tidak-tidak. dasar mulut cabai” gerutu Nindia dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status