Albi tak pernah bisa memilih antara Bi Sari ataupun Zahra.
Zahra masih dalam mode ngambeknya.
" Sekali-kali dia lah yang cari saya ! " Zahra membalikkan ponsel miliknya agar tak terlihat lagi nama Albi.
Keesokkan paginya Albi masih sibuk memeriksa pesan atau panggilan masuk dari Zahra.namun,tak ada satupun balasan chat atau panggilan balik dari Zahra.
Kini Albi sendiri yang merasa bingung.
" Gak biasanya dia seperti ini ! Apa aku salah ya !" Albi sejenak berpikir.
" Ah...sudahlah " Albi menaruh kembali ponsel ke dalam sakunya.
" Ayo..." Ajak Ridwan setelah memakai sepatunya.
Saran dari Zahra untuk membuat nasi sendiri kini Albi terapkan sendiri dalam hidupnya.
Ia pun berbagi nasi dengan Ridwan teman sekamarnya.
Awalnya Albi kesulitan menakar air untuk menanak nasi karena ia tak pernah terbiasa dengan pekerjaan yang identik di kerjakan oleh kaum hawa.
Beruntunglah Ridwan yang berasal dari kampung bisa membantunya.
Ridwan terbiasa dengan pekerjaan menanak nasi ataupun sekedar mencuci beras.
Mungkin kalau di kampung tempat tinggalnya laki-laki dan perempuan akan di ajari cara mengolah makanan oleh orang tuanya masing-masing.
Kini terbukti didikan orang tuanya sebagai anak laki-laki yang wajib harus merantau ke kota besar menjadikan dirinya pribadi yang lebih mandiri.
" Pulang nanti, kita mampir dulu ke toko !" Ajak Ridwan.
" Ngapain " tanya Albi.
" Beli kompor listrik aja sekalian sama beli telor atau apalah buat di masak "
" Kamu bisa masak ?"tanya Albi ingin memastikan.
"Itu hal biasa yang di lakukan di kampung kami " Ridwan menjawab untuk bisa meyakinkan Albi.
" Kenapa dari awal gak masak aja ?" Tanya Albi lagi.
"Saya mengikuti kebiasaan kamu saja ! Takut tersinggung juga kalau tiba-tiba penghuni baru merubah semuanya !" Ridwan saat itu tak berani.
Mereka pun pergi bekerja dengan berjalan kaki sebagai alat transportasi yang di berikan sang maha pencipta.
Saat jam makan siang Albi dan Ridwan lebih memilih untuk membeli lauk-pauk saja karena nasinya mereka bawa sendiri dari tempat kost.
Santapan makan siang mereka dengan menu telur dadar dan sayur capcay di tambal sambal juga kerupuk langsung masuk ke perut mereka yang nantinya akan terkuras lagi menjadi tenaga.
" Zahra,pacar kamu ya ?" Tanya Ridwan sambil bersandar karena perutnya sudah kenyang.
" Bukan...." Jawab Albi.
" Kok,kalian kaya perangko gitu !"Ridwan menaruh curiga dengan kedekatan Albi dan Zahra.
" Berarti boleh dong,Zahra saya pacarin?" Tanyanya lagi.
" Enak aja....!" Cegah Albi.
" Lah...kan bukan pacar kamu juga ! Kenapa ayo di larang segala !" Ridwan merasa sewot.
" Jangan pacarin anak orang lah kalau bisa ! Mending bawa nya langsung sama penghulu ! Biar sekarang kita mapan dulu ! Kita gak akan sebanding pacaran sama dia ! Kita disini apa ! Main kotor-kotoran ! Kalau dia enak,bapaknya aja punya bengkel ! Masih punya nyali buat pacaran !" Albi memberi ketegasannya pada Ridwan agar mengurungkan niatnya.
" Iya,bener juga ya ! Tahu dari golongan yang gak seimbang sama kita mending gak jadi deh !" Kini Ridwan merasa minder.
" Nah,itu baru bener !" Albi merasa salut.
Karena masih ada waktu untuk beristirahat Albi bergegas menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim menunaikan shalat fardhunya.
Usai shalat Albi melihat ponselnya siapa tahu Zahra membalas chat nya.
" Kenapa sih dia ?" Batin Albi bermonolog.
" Ah...sudahlah " Albi pun memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.
Karena masih bimbang dengan Zahra yang tak membalas pesannya juga akhirnya Albi lah yang terlebih dulu meminta maaf walau hanya lewat pesan dari ponselnya.
" Maaf,lain kali kalau mau ke kostan ! Kirim pesan dulu ! Biar saya gak ke tempat Sari !"
Hanya centang dua berwarna hitam menandakan pesan tersebut telah terkirim namun,belum di baca sang pemiliknya.
Zahra kini berada di sebuah perpustakaan di area kampusnya.
Ia dengan sengaja mensilent ponselnya karena sedang tidak ingin di ganggu oleh siapa pun termasuk Albi.
Zahra sedang mengumpulkan beberapa buku untuk di bawanya pulang.
Ia tidak ingin main-main dengan kuliah yang sedang di jalaninya.
Banyak di luaran sana yang menginginkan bersekolah ke jenjang perkuliahan ini tapi tak semuanya bisa mendapatkan kesempatan ini ! Ada yang memaksakan dirinya untuk bekerja karena terbentur biaya,ada juga yang orang tuanya tidak setuju dengan alasan sekolah SMA saja sudah cukup ! Semuanya ia syukuri karena sang ayah mampu menyekolahkannya ke bangku kuliah.
Jam tiga sore Zahra baru sampai ke rumahnya.
Ia langsung merebahkan diri di kasurnya.rasa cape kini ia rasakan hingga ia pun terlelap tertidur tanpa melihat ponselnya.
Sore hari tepatnya pukul empat Albi dan Ridwan selesai bekerja.mereka pun sepakat untuk membeli kompor listrik.
Kali ini Ridwan yang mengeluarkan uang untuk membeli kompor listrik karena ia merasa untuk lebih tahu diri saat Albi dengan sukarela mengeluarkan uang untuk membeli Magicom untuk menanak nasi agar nasinya tidak harus beli ke warteg lagi.
Setelah membeli kompor listrik mereka berdua mampir di warung sayuran yang buka 24 jam pinggir jalan untuk membeli beberapa keperluan.
Di rasa sudah cukup berbelanja akhirnya mereka pun kembali pulang dengan menaiki angkutan umum.
Zahra terbangun dari tidurnya tepat pukul lima sore.
Ia bergegas ke kamar mandi untuk mandi sorenya.
Setelah selesai melunturkan semua kotoran yang menempel di tubuhnya.Zahra pun sudah berganti pakaian.
Kini ia sedang duduk manis di ruang keluarga sambil menonton televisi dan tak lupa sesekali tangannya membuka layar ponsel.
Ia melihat Email terlebih dahulu lalu melihat pesan masuk di aplikasi WA dan ternyata ada beberapa pesan yang belum sempat ia baca.
" Ada pesan dari Albi " Zahra berbicara dalam hati .
Di bacanya satu per satu pesan dari Albi hingga ia sampai pada pesan terakhirnya.
" Harus buat janji dulu ya 😏😏😏" pesan Zahra untuk Albi.
" Me vs Sari " Zahra bermolog sendiri.
" Ah,sudahlah...itu urusan dia !"
Ada rasa yang membuat dirinya merasa kesal karena Albi sekarang ini ternyata punya teman baru yang bernama Sari.
Albi tidak sengaja mengetik kata Sari yang seharusnya ia ketik adalah kata Bi Sari hingga menimbulkan salah sangka seperti ini.
Zahra menganggap kata Sari adalah teman wanitanya Albi.
Albi dan Ridwan kini sedang di sibukkan dengan melihat resep dari aplikasi ponselnya.
Mereka berdua sibuk melihat bahan-bahan yang terkadang di mengerti Ridwan dan yang lainnya sulit Ridwan mengerti karena yang Ridwan tahu hanya masakan rumahan biasa.
" Ah...pusing saya lihat menu di hp " Ridwan tak mengerti dengan nama bahan-bahannya.
" Bikin yang simpel aja lah " sarannya lagi.
" Bikin apa ?" Tanya Albi.
" Tadi kitabeli cabe,tomat,sama bawang kan ! Bikin sambal aja "
" Terus tadi ada kol ,itu bisa buat lalab nya"
" Plus goreng tahu dan ikan asin "tambah Albi.
Zahra tak mau berburuk sangka pada Albi dan ia pun memutuskan untuk membalas chat dari Albi. "Hari Minggu jangan kemana - mana !" Pesan untuk Albi. Ada rasa bahagia pada diri Albi karena Zahra membalas pesannya walaupun dalam hatinya ia masih mempertanyakan tentang solusi dari permasalahan yang di hadapinya kini. "Hari Senin sampai Sabtu jangan ganggu aku !" Pesan nya lagi untuk Albi. " Ok " jawab Albi singkat. Zahra menganggap agar Albi bisa bersama Sari teman barunya dan dengan dirinya hanya di waktu hari Minggu saja. Ada renncana yang ingin segera ia praktekan pada Albi. " Mudah-mudahan berhasil " gumam Zahra. " Harus berhasil " Zahra berbicara dalam hati untuk menyemangati dirinya. Ia bukanlah sosok gadis yang gampang menyerah sebelum mencapai target yang
Sepasang suami isteri yang tak lain Hari dan Tia berkunjung dengan pintu yang terus di gedor-gedor seperti tak ada akhlak seolah Ningsih dan Wawan sedang menyembunyikan harta Karun miliknya.Ningsih tidak berjalan ke arah pintu utama di mana Hari dan Tia masih menggedor-gedor pintu rumahnya.Ia lebih memilih masuk ke dapur dan menyembunyikan di dalam wadah tempat beras yang di berikan Albi lewat Zahra" Sebentar..." Jawab Ningsih sopan sambil berjalan dan membukakan pintu." Saya tidak mau berbasa basi mana Albi ?" Tanya Tia dengan angkuh.Hari memaksa berjalan memasuki rumah tanpa permisi pada tuan rumahnya.Sorot matanya terus mengitari sekeliling tempat itu dan hasilnya masih tetap nihil.Hingga Hari merasa curiga pada Zahra yang sedang berkunjung ke rumah itu." Siapa kamu ?" Matanya kini menyoroti Zahra.Z
" sekarang Rika ! Rika memiliki paras yang cantik ! Karena parasnya yang cantik ia bertingkah layaknya ratu yang ingin di layani ! "" Ibumu membantu keuangan keluarga tetapi nama Rika yang mencuat ke permukaan bahwa seolah-olah Rika lah yang memenuhi kebutuhan nenekmu !"" Pekerjaan Rika waktu itu apa Bi ?" Tanya Albi." Rika bekerja sebagai SPG di salah satu pusat perbelanjaan ! Gajinya yang di bawah UMR tapi punya banyak duit aneh kan ?"Mimik wajah Albi juga heran bertanya-tanya dalam hati namun ia lebih memilih diam dan fokus pada Bi Sari yang sedang bercerita."Dulu boss nya tempat bekerja mempercayakan toko miliknya pada Rika dan Rika memanfaatkan kesempatan itu untuk berbuat curang ." Hal ini terjadi lantaran keegoisan nenekmu yang minta di belikan ini dan itu sehingga pikiran busuk pun muncul di benak Rika !"" Rika memang berha
Pagi menjelang menuntun Albi dan Ridwan untuk segera melakukan Alktivitas seperti biasanya. Albi lebih awal pergi ke tempat kerjanya karena ingin membuat barble dari kaleng yang nantinya akan di isi Semen dan di beri gagang besi di tengah-tengahnya sebagai penyangga dan genggaman tangannya. Jika tak ada alat mewah untuk fitnes maka Albi lebih memilih untuk memakai bahan-bahan yang ada di sekitarnya. Semua rekan kerjanya tak ada yang tahu rencana Albi untuk masuk menjadi anggota TNI . Albi sendiri mempunyai tujuan sendiri jika kelak ia lolos dan di terima resmi sebagai TNI. Sebelum para rekannya datang Albi lebih memilih mengaduk-ngaduk semen yang sudah di beri air. Kemudian Albi memasukkannya ke dalam kaleng kosong bekas susu berukuran sedang dan tak lupa ia memasukkan besi berukuran sedang ke dalam kaleng tersebut yang sebelumnya suda
Hari Sabtu biasanya para pekerja buruh bangunan seperti Albi dan Ridwan di perbolehkan pulang lebih awal satu jam oleh mandor mereka. Albi tidak ingin melewatkan kesempatan ini ! Ia lebih memilih untuk pergi ke rumah Bi Sari memperbanyak informasi sebanyak mungkin agar ia tidak salah langkah dalam mengambil tindakan. " Assalammu'alaikum " Albi mengucapkan salam sambil mengetuk pintu terlebih dahulu. " Wa'alaikum salam " jawab Azizah anak Bi Sari. " Mau cari siapa ya ? " Tanya Azizah dengan sopan. " Mau cari Bi Sari !" Jawab Albi dengan ramah juga . " Oh,ibu...mari masuk !" Azizah mempersilahkan tamu ibunya masuk. " Sebentar sayapanggilkan ibu dulu ya " Azizah berkata seraya pergi meninggalkan Albi untuk menemui ibunya yang sedang memasukkan anak ayam ke kandangnya di belakang rumah. " Bu...ada yang car
"apa ibuku pernah menerima uluran tangan dari Andi adiknya ?" Tanya Albi untuk memastikan. " No....tidak ! Jika ibu dan ayahmu mendapatkan uluran tangan Andi pasti hidupnya tidak seperti sekarang ini ! Kamu pasti lebih paham apa yang bibi maksud !" " Setiap meminta bantuan pun Andi tak pernah mengulurkan tangannya ! Padahal kalau dari segi keringat danjada lebih banyak pengorbanan ibu dan ayahmu !" " Lalu,apakah nenek juga mendapatkan jatah bulanan dari Andi ?" Tanya Albi lagi. " Entahlah siapa yang benar dalam hal ini mengingat tabi'at nenekmu yang selalu mengadu dombakan !" " Andi bilang selalu memberi uang lewat tranferan ATM melalui Tia isteri dari Hari tapi,kata nenekmu Andi tak pernah mengirimi uang ! Kalau masalah ini hanya tuhan yang tahu !" " Banyak perkelahian batin di dalam keluarga besar ibumu ! Hal ini tak lain karena camp
" diam...dan dengarkan bibi yang bicara sekarang !" Albi menuruti semua kata-kata Bi Sari. " Tuti..." Bi Sari sedang mengingatnya . " Jujur...bibi kesal juga !" " Kenapa Bi ?" Tanya Albi. " Dia bermain licik saat pendaftaran sekolah !" Jawab Bi Sari. " Azizah jadi korbannya !" '' korban ? Maksudnya ?" Albi masih belum paham. " Tuti sama seperti Andi melakukan jalur belakang seperti Andi !" " Padahal seharusnya nama Azizah yang tertera di sana !" " Dari segi kualifikasi nilai dan jarak jelas Azizah menang ! Karena dari nilai Azizah melebihi Tuti dan dari segi jarak lebih dekat jarak rumah Azizah karena saat itu bibi masih menumpang di rumah mertua yang kebetulan jaraknya hanya 1 Km jauhnya !" " Padahal sudah ada
Khusus Hari Minggu Albi meluangkan waktunya untuk Zahra. Gadis penolong yang berbaik hati mengulurkan tangannya untuk Albi di saat otak dan pikiran Albi buntu. Albi sudah bersiap dengan pakaian olahraganya . Albi lebih memilih menggunakan celana training pendek dengan warna yang senada dengan kaos berwarna biru navy. Albi kini sedang mengikat tali sepatunya dan lagi-lagi Ridwan selalu kepo bertanya ini dan itu. " Pagi - pagi udah kinclong terus itu jambul sudah naik juga ! Mau ngapel Zahra ya !" Ridwan yang sudah mengetahui rutinitas Albi di hari Minggu . Albi tak menanggapi dengan serius ucapan Ridwan yang penting bagi dirinya Albi bisa fokus kepada tujuan hidupnya yaitu bisa mengembalikan identitasnya. " Berisik lu... " Jawab Albi seketika selesai menyemprotkan farfum di kaos nya . " Minggu jan