Share

10.mengatur waktu

Author: Cule Vie
last update Last Updated: 2021-09-19 14:39:34

Albi tak pernah bisa memilih antara Bi Sari ataupun Zahra.

Zahra masih dalam mode ngambeknya.

" Sekali-kali dia lah yang cari saya ! " Zahra membalikkan ponsel miliknya agar tak terlihat lagi nama Albi.

Keesokkan paginya Albi masih sibuk memeriksa pesan atau panggilan masuk dari Zahra.namun,tak ada satupun balasan chat atau panggilan balik dari Zahra.

Kini Albi sendiri yang merasa bingung.

" Gak biasanya dia seperti ini ! Apa aku salah ya !" Albi sejenak berpikir.

" Ah...sudahlah " Albi menaruh kembali ponsel  ke dalam sakunya.

" Ayo..." Ajak Ridwan setelah memakai sepatunya.

Saran dari Zahra untuk membuat nasi sendiri kini Albi terapkan sendiri dalam hidupnya.

Ia pun berbagi nasi dengan Ridwan teman sekamarnya.

Awalnya Albi kesulitan menakar air untuk menanak nasi karena ia tak pernah terbiasa dengan pekerjaan yang identik di kerjakan oleh kaum hawa.

Beruntunglah Ridwan yang berasal dari kampung bisa membantunya.

Ridwan terbiasa dengan pekerjaan menanak nasi ataupun sekedar mencuci beras.

Mungkin kalau di kampung tempat tinggalnya laki-laki dan perempuan akan di ajari cara mengolah makanan oleh orang tuanya masing-masing.

Kini terbukti didikan orang tuanya sebagai anak laki-laki yang wajib harus merantau ke kota besar menjadikan dirinya pribadi yang lebih mandiri.

" Pulang nanti, kita mampir dulu ke toko !" Ajak Ridwan.

" Ngapain " tanya Albi.

" Beli kompor listrik aja sekalian sama beli telor atau apalah buat di masak " 

" Kamu bisa masak ?"tanya Albi ingin memastikan.

"Itu hal biasa yang di lakukan di kampung kami " Ridwan menjawab untuk bisa  meyakinkan Albi.

" Kenapa dari awal gak masak aja ?" Tanya Albi lagi.

"Saya mengikuti kebiasaan kamu saja ! Takut tersinggung juga kalau tiba-tiba penghuni baru merubah semuanya !" Ridwan saat itu tak berani.

Mereka pun pergi bekerja dengan berjalan kaki sebagai alat transportasi yang di berikan sang maha pencipta.

Saat jam makan siang Albi dan Ridwan lebih memilih untuk membeli lauk-pauk saja karena nasinya mereka bawa sendiri dari tempat kost.

Santapan makan siang mereka dengan menu telur dadar dan sayur capcay di tambal sambal juga kerupuk langsung masuk ke perut mereka yang nantinya akan terkuras lagi menjadi tenaga.

" Zahra,pacar kamu ya ?" Tanya Ridwan sambil bersandar karena perutnya sudah kenyang.

" Bukan...." Jawab Albi.

" Kok,kalian kaya perangko gitu !"Ridwan menaruh curiga dengan kedekatan Albi dan Zahra.

" Berarti boleh dong,Zahra saya pacarin?" Tanyanya lagi.

" Enak aja....!" Cegah Albi.

" Lah...kan bukan pacar kamu juga ! Kenapa ayo di larang segala !" Ridwan merasa sewot.

" Jangan pacarin anak orang lah kalau bisa ! Mending bawa nya langsung sama penghulu ! Biar sekarang kita mapan dulu ! Kita gak akan sebanding pacaran sama dia ! Kita disini apa ! Main kotor-kotoran ! Kalau dia enak,bapaknya aja punya bengkel ! Masih punya nyali buat pacaran !" Albi memberi ketegasannya pada Ridwan agar mengurungkan niatnya.

" Iya,bener juga ya ! Tahu dari golongan yang gak seimbang sama kita mending gak jadi deh !" Kini Ridwan merasa minder.

" Nah,itu baru bener !" Albi merasa salut.

Karena masih ada waktu untuk beristirahat Albi bergegas menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim menunaikan shalat fardhunya.

Usai shalat Albi melihat ponselnya siapa tahu Zahra membalas chat nya.

" Kenapa sih dia ?" Batin Albi bermonolog.

" Ah...sudahlah " Albi pun memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.

Karena masih bimbang dengan Zahra yang tak membalas pesannya juga akhirnya Albi lah yang terlebih dulu meminta maaf walau hanya lewat pesan dari ponselnya.

" Maaf,lain kali kalau mau ke kostan ! Kirim pesan dulu ! Biar saya gak ke tempat Sari !" 

Hanya centang dua berwarna hitam menandakan pesan tersebut telah terkirim namun,belum di baca sang pemiliknya.

Zahra kini berada di sebuah perpustakaan di area kampusnya.

Ia dengan sengaja mensilent ponselnya karena sedang tidak ingin di ganggu oleh siapa pun termasuk Albi.

Zahra sedang mengumpulkan beberapa buku untuk di bawanya pulang.

Ia tidak ingin main-main dengan kuliah yang sedang di jalaninya.

Banyak di luaran sana yang menginginkan bersekolah ke jenjang perkuliahan ini tapi tak semuanya bisa mendapatkan kesempatan ini ! Ada yang memaksakan dirinya untuk bekerja karena terbentur biaya,ada juga yang orang tuanya tidak setuju dengan alasan sekolah SMA saja sudah cukup ! Semuanya ia syukuri karena sang ayah mampu menyekolahkannya ke bangku kuliah.

Jam tiga sore Zahra baru sampai ke rumahnya.

Ia langsung merebahkan diri di kasurnya.rasa cape kini ia rasakan hingga ia pun terlelap tertidur tanpa melihat ponselnya.

Sore hari tepatnya pukul empat Albi dan Ridwan selesai bekerja.mereka pun sepakat untuk membeli kompor listrik.

Kali ini Ridwan yang mengeluarkan uang untuk membeli kompor listrik karena ia merasa untuk lebih tahu diri saat Albi dengan sukarela mengeluarkan uang untuk membeli Magicom untuk menanak nasi agar nasinya tidak harus beli ke warteg lagi.

Setelah membeli kompor listrik mereka berdua mampir di warung sayuran yang buka 24 jam  pinggir jalan untuk membeli beberapa keperluan.

Di rasa sudah cukup berbelanja akhirnya mereka pun kembali pulang dengan menaiki angkutan umum.

Zahra terbangun dari tidurnya tepat pukul lima sore.

Ia bergegas ke kamar mandi untuk mandi sorenya.

Setelah selesai melunturkan semua kotoran yang menempel di tubuhnya.Zahra pun sudah berganti pakaian.

Kini ia sedang duduk manis di ruang keluarga sambil menonton televisi dan tak lupa sesekali tangannya membuka layar ponsel.

Ia melihat Email terlebih dahulu lalu melihat pesan masuk di aplikasi WA dan ternyata ada beberapa pesan yang belum sempat ia baca.

" Ada pesan dari Albi " Zahra berbicara dalam hati .

Di bacanya satu per satu pesan dari Albi hingga ia sampai pada pesan terakhirnya.

" Harus buat janji dulu ya 😏😏😏" pesan Zahra untuk Albi.

" Me vs Sari " Zahra bermolog sendiri.

" Ah,sudahlah...itu urusan dia !" 

Ada rasa yang membuat dirinya merasa kesal karena Albi sekarang ini ternyata punya teman baru yang bernama Sari.

Albi tidak sengaja mengetik kata Sari yang seharusnya ia ketik adalah kata Bi Sari hingga menimbulkan salah sangka seperti ini.

Zahra menganggap kata Sari adalah teman wanitanya Albi.

Albi dan Ridwan kini sedang di sibukkan dengan melihat resep dari aplikasi ponselnya.

Mereka berdua sibuk melihat bahan-bahan yang terkadang di mengerti Ridwan dan yang lainnya sulit Ridwan mengerti karena yang Ridwan tahu hanya masakan rumahan biasa.

" Ah...pusing saya lihat menu di hp " Ridwan tak mengerti dengan nama bahan-bahannya.

" Bikin yang simpel aja lah " sarannya lagi.

" Bikin apa ?" Tanya Albi.

" Tadi kitabeli cabe,tomat,sama bawang kan ! Bikin sambal aja "

" Terus tadi ada kol ,itu bisa buat lalab nya" 

" Plus goreng tahu dan ikan asin "tambah Albi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Militer Mengangkat Surgaku   50.Rumah tangga

    Selesai melaksanakan ijab qobul dan resepsi mereka menikmati bulan madu selama satu Minggu. " Masih,sisa satu Minggu lagi nih ! Aku kan cuti dua Minggu jadi gimana kalau mulai petsiapan pindah ke rumah dinas ?" Tanya Albi pada Zahra. " Ya,sudah ayo " Zahra mengiyakan ajakan suaminya. Mereka berdua pun menyempatkan diri untuk berbelanja kebutuhan terlebih dahulu untuk bisa memenuhi kehidupan mereka nantinya di sana. " Ayo" Albi mengajak Zahra untuk masuk. " Maaf,ya untuk sementara waktu tinggal dulu di rumah dinas dulub! Bukannya gak pengen punya rumah sendiri tapi terkadang tugas saya sebagai prajurit bisa di pindahkan sewaktu-waktu !" Albi menjelaskan agar Zahra tidak salah paham nantinya. " Iya,aku paham " Zahra memasukkan semua belanjaan ke dalam kulkas dan mulai menata barang - batang yang di belinya

  • Militer Mengangkat Surgaku   49 Dag Dig dug

    Sekarang waktunya untuk menjalani prosedur nikah kantor.semua di lalui Zahra dengan hati yang dah Dig dug der. Bertemu dengan banyak orang bukanlah hal baru tapi jika mengurus sesuatu yang menyangkut dengan masa depan inilah yang harus di hadapinya sekarang bersama Albi. "Gimana,capek ?" Tanya Albi. " Iyasih capek ! Tapi,ya mau gimana lagi !aturan nya sudah begini ! Mau gak mau ya harus di lewati !" Jawab Zahra dengan rasa lelahnya. " Nyesel gak ?" Albi bertanya takut saja kalau Zahra merasa menyesal harus melewati prosedur seperti ini. " Anggap saja saya sedang menyusun skripsi !" Zahra menjawab demikian karena teringat dengan harus mengumpulkan beberapa berkas dan masuk ruangan sana sini. " Kalau,ditanya nanti tolong jangan bilang saya punya usaha sendiri ya Bi...!" Pinta Zahra. " Tergantung ! Alasannya apa

  • Militer Mengangkat Surgaku   48.bicara terbuka 2

    " berapa nominal yang biasa kamu setor per bulannya ?" Tanya Zahra. " Biasanya sih........!" Albi membisikkan nominal jumlahnya. " Karena tadinya usaha yang saya bangun tersebut awalnya hanya buat mengusir rasa kebosanan saja selepas dinas !" Albi mengingat awal usahanya di bangun. " Kenapa merasa bosan dengan dunia militer ?" Tanya Zahra. " Ya,bosan saja ! Karena saat tinggal di dalam asrama banyak ibu - ibu untuk menjodohkan saya ! Setiap hari harus menghindari mereka semua ! Ya,menghindar terus kan percuma juga ! Dari pada melakukan hal yang gak benar mendingan bikin usaha biar fokus saja gak suntuk gitu !" Albi mulai membuka masa lalunya. " Memang,di sana kamu gak pacaran gitu ?" Tanya Zahra dengan polosnya karena penasaran Albi memiliki mantan atau tidak. " Kalau yang ngejar saya sih banyak ! Cuman masalahnya saya yang pengen ngejar kamu ! Tapi,waktu itu ka

  • Militer Mengangkat Surgaku   47.bicara terbuka

    " jadi selama ini kamu mencemburui Sari ! Tanpa tahu Sari itu siapa ?" Pertanyaan dari Albi yang mengintimidasi Zahra langsung. " Karena , kamu yang bilang sendiri ! Sari dan saya sama pentingnya dalam hidup kamu !" Zahra kembali mempertegas kalimatnya. " Kamu tahu siapa itu Sari ?" Tanya Albi untuk memastikan. " Tidak tahu " jawab Zahra . " Sekarang diam dan jangan menyela !" Albi ingin agar saat dirinya bicara tidak ada yang menyelanya. " Sari dan Zahra sama pentingnya dalam hidup saya ! Mereka berdua hadir dan memberi saya motivasi untuk bisa melanjutkan hidup kembali dan menasehati saya agar tidak menyakiti banyak orang ! Terutama menyangkut keluarga !" " Sari yang kamu maksud adalah ibu kandung dari Azizah isteri dari Ridwan" "Terus kenapa kamu waktu itu kirim pesan ! Dan dalam ketikan jelas sekali menuli

  • Militer Mengangkat Surgaku   46.dadakan

    Siang ini pesawat Albi akan berangkat pukul 02.00. Albi masih memiliki waktu di rumah keluarga kandungnya selama lima jam lagi sebelum ia benar - benar pergi ke pulau seberang lagi. " Kak,nanti di anterin siapa ?" Tanya sang adik. " Biasa...sendiri juga jadi !" Jawab Albi dengan santai. " Berarti sebelum berangkat ! Kita makan di luar dulu ya !" Pinta sang adik. " Di rumah juga bisa dek !" Albi sedang malas. " Ya,ini kan beda moment nya beda ! Kakak jarang ada di rumah juga ! Kan kakak cuti dua Minggu ! Ini baru juga tiga hari ! Kok,sudah mau balik lagi ?" Sang adik merasa heran. " Ada tugas dadakan ! " Jawab Albi dengan biasa padahal sebenarnya dia sedang berbohong . " Berarti nanti siang bisa kan ! Itung - itung makan siang juga ! Sebelum pergi lagi !" Pinta sang adik dengan manja. &nbs

  • Militer Mengangkat Surgaku   45.konfirmasi

    " jadi maksudmu ? Kamu cemburu ?" Tanya Rama sekali lagi. " Jujur iya ! Dan Albi sangat membanggakan Sari ! Terbukti saat tadi siang Albi datang ke toko Zahra dan ia masih tetap membahas Sari ! Jika Sari memang lebih penting dalam hidupnya ! Maka Zahra lebih baik mundur ! Dan Albi selalu bilang bahwa Sari dan Saya sama pentingnya !" Zahra bercerita lagi. " Mungkin Sari itu ibunya " Rama menengahi arah pembicaraan Zahra. " Sari bukan ibu nya Albi ! Zahra tahu semua keluarga Albi entah itu ibunya,ayahnya ataupun adiknya ! Zahra tahu semua ! Bahkan cerita Albi yang identitasnya di palsukan semua ! Itu ulah keluarga besarnya !" Zahra bercerita lagi. " Kamu,sudah selidiki siapa itu Sari ?" Tanya Rama. Zahra hanya menggelengkan kepalanya. " Ya,sudah tidak usah di pikirkan lagi ! Jika memang bukan jodohmu ! Ayah juga tidak akan memaksamu untuk menerima A

  • Militer Mengangkat Surgaku   44.harusnya bisa

    Ningsih dan Wawan kembali lagi ke rumah mereka dan mereka melihat ke empat pengawal yang khusus yang di kirim Albi tinggal percis di seberang rumah mereka. " Kalau ada apa - apa ! Jangan sungkan ! Kalau mendesak berteriak lah ! Rumah kalian sudah di pasang kamera cctv !" Salah satu pengawal berucap tegas. " Ya,sudah istirahat saja dulu !" Titah Wawan kepada ke empat pengawalnya. Albi sebenarnya sudah tahu laporan dari para pengawalnya mengenai Ini Tia dan Hari namun,Albi belumbisa beranjak dari tempat Zahra karena urusannya dengan gadis itu masihnwlum selesai. Beruntung Albi meletakkan para pengawalnya di depan rumah keluarga kandungnya untuk menghalau sesuatu yang tidak di inginkan !mengingat dirinya harus berdinas luar yang jauh dari pantauan matanya. Albi masih belum bisa melepaskan Zahra begitu saja dan ia berpikir untuk datang ke rumah Zahra.

  • Militer Mengangkat Surgaku   43.di hari yang sama

    Ningsih dan Wawan pergi ke rumah sakit di jam yang sama saat Albi hendak keluar rumah untuk urusan Zahra. Wawan dan Ningsih masih terus dalam pengawasan melalui orang suruhan Albi dan Albi memerintahkan untuk selalu tetap waspada mengingat kelicikan Tia dan Hari sudah tidak perlu di ragukan lagi. Wawan dan Ningsih masih menikmati perjalanan selama enam puluh menit lamanya karena mereka sengaja tidak tinggal dalam satu kota bersama dengan kota yang di tempati Hari dan Tia. Manik mata Wawan terus mengawasi orang di samping dan kanan kiri mobilnya dan ia melihat dua motor yang sedari tadi terus bersamaan dengan dirinya melaju di jalanan. Insting seorang lelaki selalu benar jika ada orang yang terus mengawasi mereka namun,Wawan masih bersikap santai saja karena ia tidak ingin membuat sang isteri cemas dengan keadaan sekitarnya. Saat sampai di rumah sakit Wawan dan Hari berg

  • Militer Mengangkat Surgaku   42. Jika saja

    Albi menjadi pusat perhatian para pengunjung dan itu membuat Zahra semakin kesal. Albi tahu jika kehadirannya sangat tidak di inginkan oleh Zahra namun,ia tidak ingin menumpuk masalah yang sudah bertahun - tahun terutama mengenai Sari yang dialah artikan oleh Zahra karena saat Albi sebelum masuk ke dunia militer lewat Bi Sari lah Albi bisa mendapatkan info tentang perlakuan keluarga besarnya terhadap keluarga kandungnya. Zahra lebih memilih fokus mengeluarkan baju dari gudang untuk di masukkan ke dalam keranjang yang sudah tersedia. Albi membantu Zara dengan melobby para pengunjung yang datang ke toko Zahra dan pada hari itu juga toko Zahra menjadi ramai sekali dan mendapatkan omset yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Jika saja kesalah pahaman itu tidak pernah terjadi maka dapat di pastikan Albi dan Zahra pasti sudah bersatu bahkan mungkin udah pnya anak di tengah - tengah mereka.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status