Share

10.mengatur waktu

Albi tak pernah bisa memilih antara Bi Sari ataupun Zahra.

Zahra masih dalam mode ngambeknya.

" Sekali-kali dia lah yang cari saya ! " Zahra membalikkan ponsel miliknya agar tak terlihat lagi nama Albi.

Keesokkan paginya Albi masih sibuk memeriksa pesan atau panggilan masuk dari Zahra.namun,tak ada satupun balasan chat atau panggilan balik dari Zahra.

Kini Albi sendiri yang merasa bingung.

" Gak biasanya dia seperti ini ! Apa aku salah ya !" Albi sejenak berpikir.

" Ah...sudahlah " Albi menaruh kembali ponsel  ke dalam sakunya.

" Ayo..." Ajak Ridwan setelah memakai sepatunya.

Saran dari Zahra untuk membuat nasi sendiri kini Albi terapkan sendiri dalam hidupnya.

Ia pun berbagi nasi dengan Ridwan teman sekamarnya.

Awalnya Albi kesulitan menakar air untuk menanak nasi karena ia tak pernah terbiasa dengan pekerjaan yang identik di kerjakan oleh kaum hawa.

Beruntunglah Ridwan yang berasal dari kampung bisa membantunya.

Ridwan terbiasa dengan pekerjaan menanak nasi ataupun sekedar mencuci beras.

Mungkin kalau di kampung tempat tinggalnya laki-laki dan perempuan akan di ajari cara mengolah makanan oleh orang tuanya masing-masing.

Kini terbukti didikan orang tuanya sebagai anak laki-laki yang wajib harus merantau ke kota besar menjadikan dirinya pribadi yang lebih mandiri.

" Pulang nanti, kita mampir dulu ke toko !" Ajak Ridwan.

" Ngapain " tanya Albi.

" Beli kompor listrik aja sekalian sama beli telor atau apalah buat di masak " 

" Kamu bisa masak ?"tanya Albi ingin memastikan.

"Itu hal biasa yang di lakukan di kampung kami " Ridwan menjawab untuk bisa  meyakinkan Albi.

" Kenapa dari awal gak masak aja ?" Tanya Albi lagi.

"Saya mengikuti kebiasaan kamu saja ! Takut tersinggung juga kalau tiba-tiba penghuni baru merubah semuanya !" Ridwan saat itu tak berani.

Mereka pun pergi bekerja dengan berjalan kaki sebagai alat transportasi yang di berikan sang maha pencipta.

Saat jam makan siang Albi dan Ridwan lebih memilih untuk membeli lauk-pauk saja karena nasinya mereka bawa sendiri dari tempat kost.

Santapan makan siang mereka dengan menu telur dadar dan sayur capcay di tambal sambal juga kerupuk langsung masuk ke perut mereka yang nantinya akan terkuras lagi menjadi tenaga.

" Zahra,pacar kamu ya ?" Tanya Ridwan sambil bersandar karena perutnya sudah kenyang.

" Bukan...." Jawab Albi.

" Kok,kalian kaya perangko gitu !"Ridwan menaruh curiga dengan kedekatan Albi dan Zahra.

" Berarti boleh dong,Zahra saya pacarin?" Tanyanya lagi.

" Enak aja....!" Cegah Albi.

" Lah...kan bukan pacar kamu juga ! Kenapa ayo di larang segala !" Ridwan merasa sewot.

" Jangan pacarin anak orang lah kalau bisa ! Mending bawa nya langsung sama penghulu ! Biar sekarang kita mapan dulu ! Kita gak akan sebanding pacaran sama dia ! Kita disini apa ! Main kotor-kotoran ! Kalau dia enak,bapaknya aja punya bengkel ! Masih punya nyali buat pacaran !" Albi memberi ketegasannya pada Ridwan agar mengurungkan niatnya.

" Iya,bener juga ya ! Tahu dari golongan yang gak seimbang sama kita mending gak jadi deh !" Kini Ridwan merasa minder.

" Nah,itu baru bener !" Albi merasa salut.

Karena masih ada waktu untuk beristirahat Albi bergegas menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim menunaikan shalat fardhunya.

Usai shalat Albi melihat ponselnya siapa tahu Zahra membalas chat nya.

" Kenapa sih dia ?" Batin Albi bermonolog.

" Ah...sudahlah " Albi pun memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.

Karena masih bimbang dengan Zahra yang tak membalas pesannya juga akhirnya Albi lah yang terlebih dulu meminta maaf walau hanya lewat pesan dari ponselnya.

" Maaf,lain kali kalau mau ke kostan ! Kirim pesan dulu ! Biar saya gak ke tempat Sari !" 

Hanya centang dua berwarna hitam menandakan pesan tersebut telah terkirim namun,belum di baca sang pemiliknya.

Zahra kini berada di sebuah perpustakaan di area kampusnya.

Ia dengan sengaja mensilent ponselnya karena sedang tidak ingin di ganggu oleh siapa pun termasuk Albi.

Zahra sedang mengumpulkan beberapa buku untuk di bawanya pulang.

Ia tidak ingin main-main dengan kuliah yang sedang di jalaninya.

Banyak di luaran sana yang menginginkan bersekolah ke jenjang perkuliahan ini tapi tak semuanya bisa mendapatkan kesempatan ini ! Ada yang memaksakan dirinya untuk bekerja karena terbentur biaya,ada juga yang orang tuanya tidak setuju dengan alasan sekolah SMA saja sudah cukup ! Semuanya ia syukuri karena sang ayah mampu menyekolahkannya ke bangku kuliah.

Jam tiga sore Zahra baru sampai ke rumahnya.

Ia langsung merebahkan diri di kasurnya.rasa cape kini ia rasakan hingga ia pun terlelap tertidur tanpa melihat ponselnya.

Sore hari tepatnya pukul empat Albi dan Ridwan selesai bekerja.mereka pun sepakat untuk membeli kompor listrik.

Kali ini Ridwan yang mengeluarkan uang untuk membeli kompor listrik karena ia merasa untuk lebih tahu diri saat Albi dengan sukarela mengeluarkan uang untuk membeli Magicom untuk menanak nasi agar nasinya tidak harus beli ke warteg lagi.

Setelah membeli kompor listrik mereka berdua mampir di warung sayuran yang buka 24 jam  pinggir jalan untuk membeli beberapa keperluan.

Di rasa sudah cukup berbelanja akhirnya mereka pun kembali pulang dengan menaiki angkutan umum.

Zahra terbangun dari tidurnya tepat pukul lima sore.

Ia bergegas ke kamar mandi untuk mandi sorenya.

Setelah selesai melunturkan semua kotoran yang menempel di tubuhnya.Zahra pun sudah berganti pakaian.

Kini ia sedang duduk manis di ruang keluarga sambil menonton televisi dan tak lupa sesekali tangannya membuka layar ponsel.

Ia melihat Email terlebih dahulu lalu melihat pesan masuk di aplikasi WA dan ternyata ada beberapa pesan yang belum sempat ia baca.

" Ada pesan dari Albi " Zahra berbicara dalam hati .

Di bacanya satu per satu pesan dari Albi hingga ia sampai pada pesan terakhirnya.

" Harus buat janji dulu ya 😏😏😏" pesan Zahra untuk Albi.

" Me vs Sari " Zahra bermolog sendiri.

" Ah,sudahlah...itu urusan dia !" 

Ada rasa yang membuat dirinya merasa kesal karena Albi sekarang ini ternyata punya teman baru yang bernama Sari.

Albi tidak sengaja mengetik kata Sari yang seharusnya ia ketik adalah kata Bi Sari hingga menimbulkan salah sangka seperti ini.

Zahra menganggap kata Sari adalah teman wanitanya Albi.

Albi dan Ridwan kini sedang di sibukkan dengan melihat resep dari aplikasi ponselnya.

Mereka berdua sibuk melihat bahan-bahan yang terkadang di mengerti Ridwan dan yang lainnya sulit Ridwan mengerti karena yang Ridwan tahu hanya masakan rumahan biasa.

" Ah...pusing saya lihat menu di hp " Ridwan tak mengerti dengan nama bahan-bahannya.

" Bikin yang simpel aja lah " sarannya lagi.

" Bikin apa ?" Tanya Albi.

" Tadi kitabeli cabe,tomat,sama bawang kan ! Bikin sambal aja "

" Terus tadi ada kol ,itu bisa buat lalab nya" 

" Plus goreng tahu dan ikan asin "tambah Albi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status