Share

9.Mencari tahu

Tiga hari lamanya Bi Ijah tak berjualan seperti biasanya.

"Hei...mau kemana lagi " Ridwan bertanya karena melihat Albi yang tergesa-gesa 

" Nyari angin " jawab Albi sambil berlalu menutup pintu.

" Teman gak ada akhlak ... Nyari angin sendiri ! Gak di ajak lagi ! Asem deh ngobrol sendiri !" Gerutu Ridwan yang kesal karena tak pernah di ajak keluar.

Albi berjalan kaki ke tempat Bi Ijah namun sayang hatinya bergetar dan langkah kakinya terhenti saat para warga,baru saja memulai acara tahlilan.

" Siapa yang meninggal ? " Tanyanya dalam hati.

" Jangan...jangan..." Antara yakin dan ragu ia menjawab pertanyaan dirinya sendiri.

Albi pun ikut duduk bersama para warga dan ikut membacakan surat Yasin.

Setelah acara selesai barulah Albi mendengar obrolan para warga.

" Mudah-mudahan amal ibadahnya di terima " salah satu warga tulus mendoakan.

" Aamiin "jawab Albi walaupun dalam hatinya masih bertanya.

" Siapa penerus Bi Ijah ya nantinya yang jualan gorengan ?" Salah satu warga berbicara dan Albi mulai tersadar.

Hatinya hancur sehancur-hancurnya ! Bahwa sumber informasinya harus pergi meninggalkan ia seorang yang masih belum mengetahui informasi lain.

Setelah semua warga bubar.Albi memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah sambil ikut membereskan karpet yang telah di gulungnya.

Albi kemudian menyapa salah satu anak Bi Ijah yaitu Sari yang terlihat wajah dan perawakan nya mirip dengan Almarhumah.

" Maaf,saya baru datang ! Saya sendiri baru tahu tadi pas hendak berkunjung kesini ternyata keadaannya sudah seperti ini. Maaf...." Albi turut berbelasungkawa walaupun dalam hatinya ia kehilangan sumber informan.

" Sudah gak papa ... Namanya juga takdir ! Hidup dan mati sudah kehendaknya ! Semua tinggal menunggu gilirannya saja !" Sari memberikan kekuatan pada dirinya sendiri.

" Anda sendiri siapa ?" Tanya Sari pelan.

" Saya Albi yang tempo hari berkunjung dan mengajak ngobrol Bi Ijah sampai malam karena ada sesuatu hal yang harus saya ketahui kebenarannya" Albi memperkenalkan dirinya.

" Oh...nak Albi " Sari mengerti dengan apa yang Albi ucapkan.

" Sekarang sudah besar ya ... Pangling saya !" Sari tak menyangka bisa bertemu dengan Albi yang sempat di bicarakan oleh Almarhumah.

" Wajah kamu mirip dengan ibumu ya ! Tapi kalau saat tersenyum lebih mirip pada bapakmu !" Sari melihat wajah Albi.

" Maaf,apa mbak kenal keluarga saya !" Tanya Albi untuk memastikan.

"Tentu saja kenal ! Saya dan ibumu teman sepermainan sejak kecil dan teman satu kelas saat duduk di bangku SD" Sari menceritakan kedekatannya pada Albi.

"Saat SD kami sekolah bersama tapi saat SMP kami berpisah sekolah karena ibumu lebih memilih sekolah negeri sedangkan saya saat itu tidak bisa masuk sekolah negeri karena nem dan nilai saya kecil " Sari menceritakan saat dirinya masih remaja.

" Ibumu termasuk anak yang pandai ! Semua mata pelajaran dapat dengan mudah di cerna nya ! Tapi,sayang hanya karena kedatangan anak baru dari golongan orang kaya ! Rangking ibumu tergeser padahal dari segi otak gak ada istimewanya !ya,begitulah kalau uang yang berbicara ! Rangking saja bisa di geser dengan sempurna !" Sari bercerita panjang lebar.

" Dulu kalau mau masuk ke sekolah negeri itu ya, harus yang pinter-pinter tidak seperti sekarang jarak di jadikan salah satu syarat untuk bisa masuk sekolah negeri ! Ya,mending kalau otaknya sepadan dan bisa menangkap pelajaran dengan baik !" Tambahnya lagi.

Albi hanya diam tak banyak berkata-kata dan mendengarkan Sari yang terus bercerita hingga sebuah panggilan telepon menghentikan aktivitas mengobrol mereka.

" Maaf,sebentar ... " Albi meminta izin dengan sopan.

"Angkatlah ! Siapa tahu penting !" Sari mempersilahkan Albi untuk mengangkatnya.

" Ya...ada apa ?" Jawab Albi pada penelepon dirinya.

"Di mana ? Aku di depan kostan kamu nih !" Suara seorang gadis yang memaksa Albi untuk segera berada di hadapannya.

" Aku lagi gak di tempat ! Ayo katakan ada perlu apa ?" Suara Albi yang memaksa bertanya pada Zahra.

" Ya,sudah kalau masih sibuk ! Tadinya mau kasih tahu solusi terbaik !" Zahra langsung menutup sambungan telepon.

Kini Albi di hadapkan dengan dua situasi yang membingungkan dirinya sendiri ! Keduanya sama-sama pentingnya.

Meninggalkan Bi Sari sebagai informan pengganti Almarhumah Bi Ijah atau segera menemui Zahra yang akan memberikannya solusi ! 

Sari menyadari gelagat Albi yang tampak kebingungan ! Sari sebenarnya tahu bahwa Albi masih penasaran dengan cerita keluarga ibunya.

" Jika penting...pergilah !"Sari mempersilahkan Albi.

" Tapi..." Albi masih bingung.

" Penting mana sekarang ? Saya yang sudah ibu-ibu atau perempuan yang barusan menelepon kamu !" Sari sengaja membuat Albi untuk memilih.

" Dia..."Albi belum menyelesaikan kalimatnya tapi Sari langsung mengusirnya.

" Sudah...sudah...pilih yang tadi menelepon kamu saja !"Sari sengaja mengusir Albi secara halus.

"Oh...iya maaf Ya,Bi " jawab Albi dengan sopan.

Albi pun pergi meninggalkan kediaman Almarhumah Bi Ijah.

Albi kembali berjalan kaki menuju tempat kostan nya.

Dan kini Zahra yang sedang merasa kesal dan sebal pada Albi.

Sudah hampir tiga puluh menit lamanya Zahra menunggu kedatangan Albi.

" Sibuk apa sih dia ?" Zahra langsung pergi meninggalkan kostan dengan melajukan motornya.

" Iya sih .... Tampang mah dia menang ! Makannya gak pernah betah diam di kostan " Zahra berbicara sambil melajukan motornya.

Ada rasa kesal bercampur cemburu pada diri Zahra.

Walaupun Zahra sedang menjalin hubungan dengan Nico teman satu kampusnya tapi setelah bertemu Albi hatinya mulai berpaling.

"Siapa sih gue ! Gak mungkin juga Albi suka sama aku " Zahra membanting kan dirinya ke kasur.

Albi baru sampai di kamar kostan ya dan bertanya pada Ridwan.

" Tadi,ada yang kesini nyariin aku gak ?" Tanya Albi.

" Gak ada " jawab Ridwan yang sedang mendengarkan musik di hp nya.

Albi pun mengambil hp pemberian Zahra dan segera menghubunginya kembali.

Suara dering hp terlihat jelas di layar ponsel Zahra tertera nama Albi memanggilnya.

Zahra membalas mengacuhkan Albi.

Berkali-kali Albi menghubungi kembali nomor Zahra namun nyatanya orang yang di hubungi sedang memasang mode silent untuk orang yang bernama Albi.

Albi pun berusaha mengirim pesan pada Zahra.

" Maaf,agak lama nunggu tadi ! Kendaraan saya cuman punya kedua kaki pemberian dari Tuhan " 

Albi melihat kembali pesan yang telah di kirimnya namun,sayang masih centang Hitam tanda belum di baca.

"Besok saja kita ketemu " Albi mengirim pesan.

Albi bukanlah seseorang yang peka dengan orang-orang di sekitarnya.

Bahkan saat Bi Sari mengatakan bahwa dirinya lebih condong mirip pada ibunya Ningsih namun di saat tersenyum ia lebih mirip pada bapaknya.

Barulah Albi menyadari dengan fisiknya.

Karena ketidak tahuannya selama ini ! Ternyata ia memiliki kedua orang tua yakni orang tua kandung dan orang tua angkat.

Dulu ia tak pernah peka dengan orang-orang di sekelilingnya hingga di sadarkan oleh cerita dari pembantu yang bekerja di rumah Hari dan Tia dan ia mendengarnya sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status