Tiga hari lamanya Bi Ijah tak berjualan seperti biasanya.
"Hei...mau kemana lagi " Ridwan bertanya karena melihat Albi yang tergesa-gesa
" Nyari angin " jawab Albi sambil berlalu menutup pintu.
" Teman gak ada akhlak ... Nyari angin sendiri ! Gak di ajak lagi ! Asem deh ngobrol sendiri !" Gerutu Ridwan yang kesal karena tak pernah di ajak keluar.
Albi berjalan kaki ke tempat Bi Ijah namun sayang hatinya bergetar dan langkah kakinya terhenti saat para warga,baru saja memulai acara tahlilan.
" Siapa yang meninggal ? " Tanyanya dalam hati.
" Jangan...jangan..." Antara yakin dan ragu ia menjawab pertanyaan dirinya sendiri.
Albi pun ikut duduk bersama para warga dan ikut membacakan surat Yasin.
Setelah acara selesai barulah Albi mendengar obrolan para warga.
" Mudah-mudahan amal ibadahnya di terima " salah satu warga tulus mendoakan.
" Aamiin "jawab Albi walaupun dalam hatinya masih bertanya.
" Siapa penerus Bi Ijah ya nantinya yang jualan gorengan ?" Salah satu warga berbicara dan Albi mulai tersadar.
Hatinya hancur sehancur-hancurnya ! Bahwa sumber informasinya harus pergi meninggalkan ia seorang yang masih belum mengetahui informasi lain.
Setelah semua warga bubar.Albi memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah sambil ikut membereskan karpet yang telah di gulungnya.
Albi kemudian menyapa salah satu anak Bi Ijah yaitu Sari yang terlihat wajah dan perawakan nya mirip dengan Almarhumah.
" Maaf,saya baru datang ! Saya sendiri baru tahu tadi pas hendak berkunjung kesini ternyata keadaannya sudah seperti ini. Maaf...." Albi turut berbelasungkawa walaupun dalam hatinya ia kehilangan sumber informan.
" Sudah gak papa ... Namanya juga takdir ! Hidup dan mati sudah kehendaknya ! Semua tinggal menunggu gilirannya saja !" Sari memberikan kekuatan pada dirinya sendiri.
" Anda sendiri siapa ?" Tanya Sari pelan.
" Saya Albi yang tempo hari berkunjung dan mengajak ngobrol Bi Ijah sampai malam karena ada sesuatu hal yang harus saya ketahui kebenarannya" Albi memperkenalkan dirinya.
" Oh...nak Albi " Sari mengerti dengan apa yang Albi ucapkan.
" Sekarang sudah besar ya ... Pangling saya !" Sari tak menyangka bisa bertemu dengan Albi yang sempat di bicarakan oleh Almarhumah.
" Wajah kamu mirip dengan ibumu ya ! Tapi kalau saat tersenyum lebih mirip pada bapakmu !" Sari melihat wajah Albi.
" Maaf,apa mbak kenal keluarga saya !" Tanya Albi untuk memastikan.
"Tentu saja kenal ! Saya dan ibumu teman sepermainan sejak kecil dan teman satu kelas saat duduk di bangku SD" Sari menceritakan kedekatannya pada Albi.
"Saat SD kami sekolah bersama tapi saat SMP kami berpisah sekolah karena ibumu lebih memilih sekolah negeri sedangkan saya saat itu tidak bisa masuk sekolah negeri karena nem dan nilai saya kecil " Sari menceritakan saat dirinya masih remaja.
" Ibumu termasuk anak yang pandai ! Semua mata pelajaran dapat dengan mudah di cerna nya ! Tapi,sayang hanya karena kedatangan anak baru dari golongan orang kaya ! Rangking ibumu tergeser padahal dari segi otak gak ada istimewanya !ya,begitulah kalau uang yang berbicara ! Rangking saja bisa di geser dengan sempurna !" Sari bercerita panjang lebar.
" Dulu kalau mau masuk ke sekolah negeri itu ya, harus yang pinter-pinter tidak seperti sekarang jarak di jadikan salah satu syarat untuk bisa masuk sekolah negeri ! Ya,mending kalau otaknya sepadan dan bisa menangkap pelajaran dengan baik !" Tambahnya lagi.
Albi hanya diam tak banyak berkata-kata dan mendengarkan Sari yang terus bercerita hingga sebuah panggilan telepon menghentikan aktivitas mengobrol mereka.
" Maaf,sebentar ... " Albi meminta izin dengan sopan.
"Angkatlah ! Siapa tahu penting !" Sari mempersilahkan Albi untuk mengangkatnya.
" Ya...ada apa ?" Jawab Albi pada penelepon dirinya.
"Di mana ? Aku di depan kostan kamu nih !" Suara seorang gadis yang memaksa Albi untuk segera berada di hadapannya.
" Aku lagi gak di tempat ! Ayo katakan ada perlu apa ?" Suara Albi yang memaksa bertanya pada Zahra.
" Ya,sudah kalau masih sibuk ! Tadinya mau kasih tahu solusi terbaik !" Zahra langsung menutup sambungan telepon.
Kini Albi di hadapkan dengan dua situasi yang membingungkan dirinya sendiri ! Keduanya sama-sama pentingnya.
Meninggalkan Bi Sari sebagai informan pengganti Almarhumah Bi Ijah atau segera menemui Zahra yang akan memberikannya solusi !
Sari menyadari gelagat Albi yang tampak kebingungan ! Sari sebenarnya tahu bahwa Albi masih penasaran dengan cerita keluarga ibunya.
" Jika penting...pergilah !"Sari mempersilahkan Albi.
" Tapi..." Albi masih bingung.
" Penting mana sekarang ? Saya yang sudah ibu-ibu atau perempuan yang barusan menelepon kamu !" Sari sengaja membuat Albi untuk memilih.
" Dia..."Albi belum menyelesaikan kalimatnya tapi Sari langsung mengusirnya.
" Sudah...sudah...pilih yang tadi menelepon kamu saja !"Sari sengaja mengusir Albi secara halus.
"Oh...iya maaf Ya,Bi " jawab Albi dengan sopan.
Albi pun pergi meninggalkan kediaman Almarhumah Bi Ijah.
Albi kembali berjalan kaki menuju tempat kostan nya.
Dan kini Zahra yang sedang merasa kesal dan sebal pada Albi.
Sudah hampir tiga puluh menit lamanya Zahra menunggu kedatangan Albi.
" Sibuk apa sih dia ?" Zahra langsung pergi meninggalkan kostan dengan melajukan motornya.
" Iya sih .... Tampang mah dia menang ! Makannya gak pernah betah diam di kostan " Zahra berbicara sambil melajukan motornya.
Ada rasa kesal bercampur cemburu pada diri Zahra.
Walaupun Zahra sedang menjalin hubungan dengan Nico teman satu kampusnya tapi setelah bertemu Albi hatinya mulai berpaling.
"Siapa sih gue ! Gak mungkin juga Albi suka sama aku " Zahra membanting kan dirinya ke kasur.
Albi baru sampai di kamar kostan ya dan bertanya pada Ridwan.
" Tadi,ada yang kesini nyariin aku gak ?" Tanya Albi.
" Gak ada " jawab Ridwan yang sedang mendengarkan musik di hp nya.
Albi pun mengambil hp pemberian Zahra dan segera menghubunginya kembali.
Suara dering hp terlihat jelas di layar ponsel Zahra tertera nama Albi memanggilnya.
Zahra membalas mengacuhkan Albi.
Berkali-kali Albi menghubungi kembali nomor Zahra namun nyatanya orang yang di hubungi sedang memasang mode silent untuk orang yang bernama Albi.
Albi pun berusaha mengirim pesan pada Zahra.
" Maaf,agak lama nunggu tadi ! Kendaraan saya cuman punya kedua kaki pemberian dari Tuhan "
Albi melihat kembali pesan yang telah di kirimnya namun,sayang masih centang Hitam tanda belum di baca.
"Besok saja kita ketemu " Albi mengirim pesan.
Albi bukanlah seseorang yang peka dengan orang-orang di sekitarnya.
Bahkan saat Bi Sari mengatakan bahwa dirinya lebih condong mirip pada ibunya Ningsih namun di saat tersenyum ia lebih mirip pada bapaknya.
Barulah Albi menyadari dengan fisiknya.
Karena ketidak tahuannya selama ini ! Ternyata ia memiliki kedua orang tua yakni orang tua kandung dan orang tua angkat.
Dulu ia tak pernah peka dengan orang-orang di sekelilingnya hingga di sadarkan oleh cerita dari pembantu yang bekerja di rumah Hari dan Tia dan ia mendengarnya sendiri.
Albi tak pernah bisa memilih antara Bi Sari ataupun Zahra.Zahra masih dalam mode ngambeknya." Sekali-kali dia lah yang cari saya ! " Zahra membalikkan ponsel miliknya agar tak terlihat lagi nama Albi.Keesokkan paginya Albi masih sibuk memeriksa pesan atau panggilan masuk dari Zahra.namun,tak ada satupun balasan chat atau panggilan balik dari Zahra.Kini Albi sendiri yang merasa bingung." Gak biasanya dia seperti ini ! Apa aku salah ya !" Albi sejenak berpikir." Ah...sudahlah " Albi menaruh kembali ponsel ke dalam sakunya." Ayo..." Ajak Ridwan setelah memakai sepatunya.Saran dari Zahra untuk membuat nasi sendiri kini Albi terapkan sendiri dalam hidupnya.Ia pun berbagi nasi dengan Ridwan teman sekamarnya.Awalnya Albi kesulitan menakar air untuk menanak nasi karena
Zahra tak mau berburuk sangka pada Albi dan ia pun memutuskan untuk membalas chat dari Albi. "Hari Minggu jangan kemana - mana !" Pesan untuk Albi. Ada rasa bahagia pada diri Albi karena Zahra membalas pesannya walaupun dalam hatinya ia masih mempertanyakan tentang solusi dari permasalahan yang di hadapinya kini. "Hari Senin sampai Sabtu jangan ganggu aku !" Pesan nya lagi untuk Albi. " Ok " jawab Albi singkat. Zahra menganggap agar Albi bisa bersama Sari teman barunya dan dengan dirinya hanya di waktu hari Minggu saja. Ada renncana yang ingin segera ia praktekan pada Albi. " Mudah-mudahan berhasil " gumam Zahra. " Harus berhasil " Zahra berbicara dalam hati untuk menyemangati dirinya. Ia bukanlah sosok gadis yang gampang menyerah sebelum mencapai target yang
Sepasang suami isteri yang tak lain Hari dan Tia berkunjung dengan pintu yang terus di gedor-gedor seperti tak ada akhlak seolah Ningsih dan Wawan sedang menyembunyikan harta Karun miliknya.Ningsih tidak berjalan ke arah pintu utama di mana Hari dan Tia masih menggedor-gedor pintu rumahnya.Ia lebih memilih masuk ke dapur dan menyembunyikan di dalam wadah tempat beras yang di berikan Albi lewat Zahra" Sebentar..." Jawab Ningsih sopan sambil berjalan dan membukakan pintu." Saya tidak mau berbasa basi mana Albi ?" Tanya Tia dengan angkuh.Hari memaksa berjalan memasuki rumah tanpa permisi pada tuan rumahnya.Sorot matanya terus mengitari sekeliling tempat itu dan hasilnya masih tetap nihil.Hingga Hari merasa curiga pada Zahra yang sedang berkunjung ke rumah itu." Siapa kamu ?" Matanya kini menyoroti Zahra.Z
" sekarang Rika ! Rika memiliki paras yang cantik ! Karena parasnya yang cantik ia bertingkah layaknya ratu yang ingin di layani ! "" Ibumu membantu keuangan keluarga tetapi nama Rika yang mencuat ke permukaan bahwa seolah-olah Rika lah yang memenuhi kebutuhan nenekmu !"" Pekerjaan Rika waktu itu apa Bi ?" Tanya Albi." Rika bekerja sebagai SPG di salah satu pusat perbelanjaan ! Gajinya yang di bawah UMR tapi punya banyak duit aneh kan ?"Mimik wajah Albi juga heran bertanya-tanya dalam hati namun ia lebih memilih diam dan fokus pada Bi Sari yang sedang bercerita."Dulu boss nya tempat bekerja mempercayakan toko miliknya pada Rika dan Rika memanfaatkan kesempatan itu untuk berbuat curang ." Hal ini terjadi lantaran keegoisan nenekmu yang minta di belikan ini dan itu sehingga pikiran busuk pun muncul di benak Rika !"" Rika memang berha
Pagi menjelang menuntun Albi dan Ridwan untuk segera melakukan Alktivitas seperti biasanya. Albi lebih awal pergi ke tempat kerjanya karena ingin membuat barble dari kaleng yang nantinya akan di isi Semen dan di beri gagang besi di tengah-tengahnya sebagai penyangga dan genggaman tangannya. Jika tak ada alat mewah untuk fitnes maka Albi lebih memilih untuk memakai bahan-bahan yang ada di sekitarnya. Semua rekan kerjanya tak ada yang tahu rencana Albi untuk masuk menjadi anggota TNI . Albi sendiri mempunyai tujuan sendiri jika kelak ia lolos dan di terima resmi sebagai TNI. Sebelum para rekannya datang Albi lebih memilih mengaduk-ngaduk semen yang sudah di beri air. Kemudian Albi memasukkannya ke dalam kaleng kosong bekas susu berukuran sedang dan tak lupa ia memasukkan besi berukuran sedang ke dalam kaleng tersebut yang sebelumnya suda
Hari Sabtu biasanya para pekerja buruh bangunan seperti Albi dan Ridwan di perbolehkan pulang lebih awal satu jam oleh mandor mereka. Albi tidak ingin melewatkan kesempatan ini ! Ia lebih memilih untuk pergi ke rumah Bi Sari memperbanyak informasi sebanyak mungkin agar ia tidak salah langkah dalam mengambil tindakan. " Assalammu'alaikum " Albi mengucapkan salam sambil mengetuk pintu terlebih dahulu. " Wa'alaikum salam " jawab Azizah anak Bi Sari. " Mau cari siapa ya ? " Tanya Azizah dengan sopan. " Mau cari Bi Sari !" Jawab Albi dengan ramah juga . " Oh,ibu...mari masuk !" Azizah mempersilahkan tamu ibunya masuk. " Sebentar sayapanggilkan ibu dulu ya " Azizah berkata seraya pergi meninggalkan Albi untuk menemui ibunya yang sedang memasukkan anak ayam ke kandangnya di belakang rumah. " Bu...ada yang car
"apa ibuku pernah menerima uluran tangan dari Andi adiknya ?" Tanya Albi untuk memastikan. " No....tidak ! Jika ibu dan ayahmu mendapatkan uluran tangan Andi pasti hidupnya tidak seperti sekarang ini ! Kamu pasti lebih paham apa yang bibi maksud !" " Setiap meminta bantuan pun Andi tak pernah mengulurkan tangannya ! Padahal kalau dari segi keringat danjada lebih banyak pengorbanan ibu dan ayahmu !" " Lalu,apakah nenek juga mendapatkan jatah bulanan dari Andi ?" Tanya Albi lagi. " Entahlah siapa yang benar dalam hal ini mengingat tabi'at nenekmu yang selalu mengadu dombakan !" " Andi bilang selalu memberi uang lewat tranferan ATM melalui Tia isteri dari Hari tapi,kata nenekmu Andi tak pernah mengirimi uang ! Kalau masalah ini hanya tuhan yang tahu !" " Banyak perkelahian batin di dalam keluarga besar ibumu ! Hal ini tak lain karena camp
" diam...dan dengarkan bibi yang bicara sekarang !" Albi menuruti semua kata-kata Bi Sari. " Tuti..." Bi Sari sedang mengingatnya . " Jujur...bibi kesal juga !" " Kenapa Bi ?" Tanya Albi. " Dia bermain licik saat pendaftaran sekolah !" Jawab Bi Sari. " Azizah jadi korbannya !" '' korban ? Maksudnya ?" Albi masih belum paham. " Tuti sama seperti Andi melakukan jalur belakang seperti Andi !" " Padahal seharusnya nama Azizah yang tertera di sana !" " Dari segi kualifikasi nilai dan jarak jelas Azizah menang ! Karena dari nilai Azizah melebihi Tuti dan dari segi jarak lebih dekat jarak rumah Azizah karena saat itu bibi masih menumpang di rumah mertua yang kebetulan jaraknya hanya 1 Km jauhnya !" " Padahal sudah ada