Share

11. Latihan

Zahra tak mau berburuk sangka pada Albi dan ia pun memutuskan untuk membalas chat dari Albi.

"Hari Minggu jangan kemana - mana !" Pesan untuk Albi.

Ada rasa bahagia pada diri Albi karena Zahra membalas pesannya walaupun dalam hatinya ia masih mempertanyakan tentang solusi dari permasalahan yang di hadapinya kini.

"Hari Senin sampai Sabtu jangan ganggu aku !" Pesan nya lagi untuk Albi.

" Ok " jawab Albi singkat.

Zahra menganggap agar Albi bisa bersama Sari teman barunya dan dengan dirinya hanya di waktu hari Minggu saja.

Ada renncana yang ingin segera ia praktekan pada Albi.

" Mudah-mudahan berhasil " gumam Zahra.

" Harus berhasil " Zahra berbicara dalam hati untuk menyemangati dirinya. 

Ia bukanlah sosok gadis yang gampang menyerah sebelum mencapai target yang di inginkannya.

Tibalah hari Minggu di mana perjanjian yang berlaku untuk Albi dan Zahra.

Mereka bertemu bukan untuk pedekate melainkan Zahra ingin melihat langsung bagaimana reaksi Albi ?apa masih penasaran dengan solusi yang akan di berikan padanya .

" Tambah hitam..." Zahra melihat kulit Albi yang dulunya putih bersih kini menjadi warna kecoklatan.

" Ini...baru laki..." Jawab Albi bangga.

" Apa solusinya ?" Tanya Albi.

" Kirain ... Lupa ingatan !" Jawab Zahra.

" Langsung aja...pemanasan dulu !" 

" Solusi apaan ini ? Pakai acara pemanasan segala ?" Albi belum paham apa yang di rencanakan oleh Zahra.

" Bawel...! Atau bilang aja lupa gak tahu kalimat dari " pemanasan " Zahra sengaja mengoceh otak Albi.

" Pemanasan olahraga kan ?" Tanya Albi untuk memastikannya.

" Hmm...." Jawab Zahra singkat.

" Ok...otakku masih hafal nona ! Masa iya di uji seperti ini gak bisa !" Celetuk Albi sambil bersiap-siap.

Kini Zahra berlaga seolah mentor Albi.

" Semuanya di lakukan sebanyak sepuluh-sepuluh ya !" Perintah Zahra.

Setelah selesai melakukan pemanasan Zahra menyuruh Albi untuk berlari mengelilingi lapangan bola di dekat komplek yang ukuran luasnya tak sebanding dengan yang asli.maklum,lapangan ini hanya disediakan khusus untuk ukuran anak-anak saja !

" Baru sepuluh , kenapa berhenti !" Omel Zahra.

"Cape...bentar istirahat dulu !" Jawab Albi dengan suara ngos-ngosan di campur dengan keringat yang  mengucur di wajahnya.

" Enak aja ...gak bisa !" Zahra memerintah layaknya mentor.

" Solusi kok seperti ini " gerutu Albi sambil berlari lagi.

" Harus berapa keliling lagi ?" Tanya Albi sambil berteriak.

" Tiga puluh minimal dan lima puluh makaimal ! Tinggal pilih !" Jahra menjawab sambil berteriak juga.

" Di tawar ya,dua puluh lima aja !" Teriak Albi kembali di seberang lapang.

" Ok !" Jawab Zahra sambil berteriak.

" Ini baru permulaan !" Gumam Zahra dalam hati.

Setelah menyelesaikan putarannya sebanyak dua puluh lima kali persis yang telah di sepakati kedua belah pihak.kini Albi berhenti tepat di depan Zahra.

Badan Albi langsung berbaring di taman hingga rasa letihnya pun masih terasa.

Antara kasihan Zahra melihat Albi kemudian Zahra menyodorkan botol minuman air mineral pada Albi.

Namun,Albi dengan sengaja membuka botol tersebut tetapi airnya bukan untuk di minum sebagai pelepas dahaga namun,ia mengguyurnya tepat ke mukanya sendiri.

" Albi..." Zahra bangkit dari tempat duduknya dan memarahi Albi. 

" Hmmm...segar ..." Jawab Albi sambil terus mengusap wajahnya.

" Bukannya di minum ! Ini malah di guyur ke muka sih !" Zahra benar-benar merasa jengkel.

" Kenapa ? Mau coba basah-basahan ! Sini aku guyurin !" Albi sengaja mengerjai Zahra.

Kini tubuh Albi mendekat pada Zahra dan sontak saja Zahra merasa kaget dengan gertakan Albi.

" Kamu ngerjain saya ya..?" Tanya Albi pasti dengan muka yang masih mendekat pada wajah Zahra.

" Bukan begitu..." Zahra mendorong badan Albi.

"Terus apa maksudmu ?" Albi sengaja mengguyurkan airnya lagi ke rambutnya tepat di depan Zahra.

" Kamu salah paham Bi..." Zahra langsung menyingkir.

" Terus apa maksudmu ?" Emosi Albi mulai kesal.

Zahra kemudian duduk kembali dan masih menyaksikan Albi yang sedang asyik memeras rambutnya yang mulai agak gondrong sedikit.

" Kamu harus masuk militer !" Zahra berbicara dengan tegas.

" Saran apa itu ? Bahaya identitas ku palsu semua ! Kamu tahu itu !" Albi berbalik badan dan berjongkok di hadapan Zahra.

"Sini aku bisikkan."Zahra berbicara sesuatu.

" Yakin .... Itu bisa " tanya Albi pasti.

" Yang penting sekarang lolos dulu !semangat untuk berlatih !" Zahra menyemangati.

" Fisik jangan lemah ! Pola makan di jaga ! Jangan begadang ! " Zahra mengingatkan Albi.

" Saya sekarang masak sendiri di ajari Ridwan temanku " jawab Albi.

" Teman yang waktu itu " tanya Zahra pelan.

" Hmmm..."jawab Albi singkat.

" Bisa bantu saya lagi ? Please !" Albi memohon pada Zahra.

" Apa ? " Tanya Zahra.

" Sebenarnya saya pingin kirim uang buat orang tua saya ! Tapi kalau saya yang mengunjungi mereka rasanya gak mungkin !kamu tahu sendiri kan !"

" Iya ... Aku paham " Zahra mengerti dengan situasi yang di hadapi Albi.

" Ini " Albi menyodorkan pecahan uang berwarna merah sebanyak sepuluh lembar pada tangan Zahra.

" Kamu masih pegang uang kan ?" Tanya Zahra tanpa bermaksud untuk menyinggung Albi.

" Tenang...sekarang pengeluaran buat makan sedang di usahakan tidak boros ! Karena nasi dan lauk-pauknya masak sendiri jadi keuangan bisa berhemat" Albi menjelaskan pada Zahra.

Albi mengetikkan sesuatu di ponselnya kemudian mengirimkannya ke Zahra.

" Itu alamatnya " 

" Hmmm...baiklah aku pamit dulu ya ! Takut ayah marah !" Zahra berpamitan pada Albi.

Zahra pun berlalu meninggalkan Albi.

" Terima kasih" teriak Albi yang melihat Zahra telah berlalu dengan menaiki motor maticnya 

Zahra melihat sepintas di kaca spionnya dan indera pendengarannya masih bisa menangkap yang Albi sampaikan.

Seperti janjinya pada Albi sebelum pulang ke rumah nya.Zahra pun mampir ke tempat alamat yang di berikan oleh Albi.

" Tok...tok Assalammu'alaikum" Zahra mengetuk pintu sambil mengucapkan salam.

" Wa'alaikum salam " jawab seorang wanita paruh baya dari dalam rumah.

" Cari siapa ya neng " tanya Ningsih dengan sopan.

" Bisa bicara di dalam " Zahra sengaja ingin berbicara pada ibu kandung Albi.

" Ayo,silahkan masuk " Ningsih mempersilahkan tamunya .

" Tenang,Bu saya kemari di suruh Albi untuk mengantarkan uang ini !" Zahra pun menyodorkan uang pemberian dari Albi 

" Albi dimana ?" Tanya Ningsih dengan berurai air mata.

" Albi baik-baik saja Bu , kata Albi ibu jangan khawatir dengan kondisi Albi " 

" Maaf,Albi belum bisa menemui ibu langsung ! Bukan maksud dirinya menjauh tapi dengan keadaan sekarang maka situasinya akan lebih memperparah keadaan Bu ... Mohon ibu lebih bersabar dan mengerti " Zahra mencoba menenangkan Ningsih.

" Sampaikan salam kangen saya untuk Albi " Ningsih berucap sambil berurai air mata.

" Ada yang ingin ibu sampaikan " tanya Zahra lagi sebelum pamit pulang.

" Do'a ibu menyertaimu nak ... Lakukanlah apa yang menurutmu baik !" Ningsih mengucapkan Do'a yang tulus untuk Albi.

Zahra pun kemudian mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi Albi.

Ningsih merasa senang dapat melihat putranya dari layar ponsel tapi saat asyik menatap putranya tiba-tiba terdengar suara yang nenggedor-gedor pintu rumahnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status