Share

8.Bersama

"Alhamdulillah...kenyang " Albi bersendawa.

" Mau tambah lagi ?" Tanya Albi sambil menaruh mangkuknya.

Mereka berdua menyantap mie ayam buatan mas Supar di pinggir jalan.

Hanya sandal yang bisa di jadikan alas untuk duduk .

Albi mengira Zahra enggan atau menolaknya makan di tempat seperti ini karena dari tampilannya terlihat Zahra bukanlah anak dari kalangan biasa.

"Ini juga udah kenyang " jawab Zahra.

" Kamu sering kesini ?" Tanya Zahra sambil menaruh mangkuknya di bawah.

" Saat berstatus mahasiswa sih tiap hari kesini sampai sore terus pulang ke rumah magrib "

" Walaupun tempat ini rame banyak mobil dan motor melintas tapi aku ngerasa tenang aja di sini ..." Albi belum  menyelesaikan kalimatnya namun,Zahra sudah menyelanya.

" Tempat sebising ini kamu bilang tenang ! Atau jangan-jangan kamu salah minum obat " tanganZahra menempelkan di kening Albi.

Di rabanya kening Albi takut-takut suhu tubuh Albi tiba-tiba naik karena pola pikirnya yang terbalik.

"Hei...tenanglah ! Aku tidak sakit !" Albi menghentikan tangan Zahra.

"Di sini tenang !di mana orang- orang walaupun lewat atau banyak nya mobil dan Motor yang melintas semuanya seolah tak peduli ! Seperti itulah hidup ! Terbukti kan sekarang ! Kelima saudara ibuku seolah tak peduli dengan keadaan ibu dan ayahku yang sebenarnya hatinya rapuh yang penting tujuan dan kesenangan mereka tercapai walaupun kenyataannya ibu dan ayah kandungku menjadi korban keegoisan mereka ! Termasuk aku sendiri jadi korban juga !" Albi menjelaskan maksud kalimatnya yang terpotong oleh Zahra.

'' dapat informasi itu dari mana ?" Zahra bertanya dengan hati-hati takut kalau Albi menjadi tersinggung.

" Yang pasti sumber terpercaya !" Albi meyakinkan Zahra karena bagaimanapun Bi Ijah sekarang menjadi sumber informasinya dan Albi masih menutupi Bi Ijah.ini semua demi kebaikan bersama juga.

" Sebenarnya masih banyak informasi yang belum aku dapatkan !tapi karena sudah malam makannya saya undur diri takut yang punya rumah marah !" Albi menjelaskan lagi.

" Jadi pas aku nyamperin ke kostan ! Kamu pergi cari informasi itu ! Salut deh !" Zahra mengacungkan kedua jempol nya.

" Banyak sebenarnya yang ingin aku ketahui lagi ! Dari sini aku sadar tindakan apa yang harus aku lakukan mengingat kalau sampai aku melaporkan pada pihak berwajib maka,keluarga sendiri yang akan jadi korbannya juga ! Aku tak setega mereka ! Aku masih memiliki hati nurani ! Walau bagaimanapun dan apapun yang telah mereka perbuat sangat merugikan ayah,ibu dan juga aku sendiri mungkin jika hanya memikirkan ego sendiri tentu sudah aku laporkan ! tapi, aku masih berpikir positif untuk bisa menjaga semuanya agar tetap stabil !" Albi merasa putus asa.

" Nak Albi sudah beres makannya ?" Tanya Mas Supar yang melihat Albi sedang  mengobrol serius dengan teman perempuannya.

" Oh...iya maaf ! Hehe...jadi kelupaan deh simpan mangkuknya !" Jawab Albi karena kelupaan.

" Walah...gak papa toh nak Albi ! Biar saya saja ! Baru kelihatan lagi di sini ! " Tanya Mas Supar karena biasanya Albi setiap hari terlihat di sini.

" Punya kesibukan baru mas..." Jawab Albi karena tak mungkin juga ia mengatakan bahwa dirinya sudah pensiun jadi mahasiswa.

"Semoga berhasil nak Albi " Mas Supar memberikan do'a.

" Aamiin" jawab Albi.

Mas Supar pun mengambil mangkuknya dan berlalu meninggalkan Albi yang masih asyik melanjutkan ngobrolnya.

" Terus...sekarang rencanamu apa ?" Tanya Zahra ingin memastikan.

" Masih cari informasi saja sampai tuntas !" Jawab Albi.

" Kalau rencana kedepan ?" Tanya Zahra lagi.

" Belum tahu juga " pikiran Albi buntu.

" Sebenarnya ada sih solusinya tapi itu pun kalau kamu setuju juga !"Zahra berbicara sambil pergi meninggalkan Albi.

" Maksudnya ?" Albi pun menyusul Zahra yang sudah siap memakai helemn ya.

" Bereskan dulu penyelidikanmu itu ! Baru aku kasih tahu " jawab Zahra sambil memasukan kunci motornya.

" Solusinya jangan ada yang tersakiti " Albi mengingatkan Zahra.

" Tenang...ini jalur aman !"jawab Zahra.

Mereka berdua pun berlalu menaiki motor dan meninggalkan Mas Supar yang sedang sibuk-sibuknya melayani para pembeli.

" Bikin penasaran aja ! Apa solusinya ?" Tanya Albi sambil mengendarai motor Zahra.

" Fokus sana ke jalan raya ! Jangan tanya-tanya dulu !" Zahra enggan memberikan solusinya dulu sekarang.

" Sekarang sama nanti apa bedanya ! Sekarang ngomong...nanti juga ngomong ...!Albi merasa kesal.

" Ini jalan raya...bukan tempat ngobrol paham ! Nanti celaka !" Zahra memberi nasehat.

" Ya...gini ngomong sama cewek ribet ! Tinggal bilang apa susahnya juga !" Albi merasa sedang di kerjai oleh Zahra.

" Sssttt. Udah diam " Zahra enggan ribut dengan Albi.

Mereka berdua pun sampai tepat di depan kostan yang Albi tempati.

Albi pun turun dari motor Zahra kemudian Zahra mengambil alih motornya dan langsup tancap gas meninggalkan Albi yang masih penasaran.

" Hei...tunggu " Albi masih penasaran dengan solusi dari Zahra.

" Dasar cewek ...ribet !" 

" Ya...gitu cewek ribet ! Ngapel gak ngajak lagi !" Ridwan yang tiba-tiba datang menenteng keresek hitam.

" Bukan ngapel !"jawab Albi dan terburu-buru masuk.

" Berarti  belum jadian dong !" Ridwan merasa aneh.

" Baru pedekate ya..." Tanya Ridwan lagi yang kini sudah siap untuk membuka bungkusan nasi yang di belinya tadi.

" Diam...berisik " Albi langsung membuka jaketnya dan menaruhnya.

" Idih...si akang lagi PMS ya..." Ridwan dengan sesuka hatinya menjawab.

Albi hanya memelototi Ridwantanda dirinya sedang tidak ingin berdebat.

Keesokan pagi seperti biasa Albi melakukan aktivitas seperti biasa walaupun dalam benaknya masih tersimpan memori tentang solusi yang akan di berikan Zahra nantinya.

" Kenapa hari ini Bi Ijah gak mampir kesini ya !" Tanya Albi dalam hati.

" Tukang gorengan belum datang ya..."Albi bertanya pada rekannya hanya ingin memastikan.

" Belum...gak jualan kali !" Jawab sang teman.

"Oh..." 

"Kenapa kangen ya !"Ridwan berkata sambil menaik turunkan halisnya.

" Iya ... Banget" jawab Albi genit sambil tertawa bersama.

Saat jammakan siang Albi masih mengingat ucapan Zahra untuk berhemat dan menyuruhnya untuk membuat nasi sendiri.

Ia pun teringat dengan ayah dan ibu kandungnya.

Dalam hatinya ia ingin sekali memberi mereka uang dari hasil keringatnya sendiri ! Tapi,bagaimana caranya ya ? Mengingat Hari dan Tia pasti akan bolak-balik ke tempat ayah dan ibunya.

Sore hari setelah kegiatan pekerjaannya selesai.Albi pun berniat untuk pergi berbelanja Magicom seperti yang di sarankan Zahra.

Dengan begitu dirinya akan bisa berhemat dan uangnya bisa di kirimkan untuk kedua orangtuanya ! Walaupun dalam hatinya ia masih bingung bagaimana caranya !

Kini ia berada di sebuah toko dan Albi sedang memilih Magicom dari berbagai merek yang ditawarkan penjual toko tersebut.

Sampai Albi menemukan Magicom berwarna hijau dan ia memutuskan untuk membelinya.

" Hijau....ok juga " Albi bermonolog dengan dirinya.

" Saran yang menyenangkan juga ! Gak sia-sia punya teman kaya dia ! Wajahnya terlihat judes sih tapi hatinya baik banget"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status