"Alhamdulillah...kenyang " Albi bersendawa.
" Mau tambah lagi ?" Tanya Albi sambil menaruh mangkuknya.
Mereka berdua menyantap mie ayam buatan mas Supar di pinggir jalan.
Hanya sandal yang bisa di jadikan alas untuk duduk .
Albi mengira Zahra enggan atau menolaknya makan di tempat seperti ini karena dari tampilannya terlihat Zahra bukanlah anak dari kalangan biasa.
"Ini juga udah kenyang " jawab Zahra.
" Kamu sering kesini ?" Tanya Zahra sambil menaruh mangkuknya di bawah.
" Saat berstatus mahasiswa sih tiap hari kesini sampai sore terus pulang ke rumah magrib "
" Walaupun tempat ini rame banyak mobil dan motor melintas tapi aku ngerasa tenang aja di sini ..." Albi belum menyelesaikan kalimatnya namun,Zahra sudah menyelanya.
" Tempat sebising ini kamu bilang tenang ! Atau jangan-jangan kamu salah minum obat " tanganZahra menempelkan di kening Albi.
Di rabanya kening Albi takut-takut suhu tubuh Albi tiba-tiba naik karena pola pikirnya yang terbalik.
"Hei...tenanglah ! Aku tidak sakit !" Albi menghentikan tangan Zahra.
"Di sini tenang !di mana orang- orang walaupun lewat atau banyak nya mobil dan Motor yang melintas semuanya seolah tak peduli ! Seperti itulah hidup ! Terbukti kan sekarang ! Kelima saudara ibuku seolah tak peduli dengan keadaan ibu dan ayahku yang sebenarnya hatinya rapuh yang penting tujuan dan kesenangan mereka tercapai walaupun kenyataannya ibu dan ayah kandungku menjadi korban keegoisan mereka ! Termasuk aku sendiri jadi korban juga !" Albi menjelaskan maksud kalimatnya yang terpotong oleh Zahra.
'' dapat informasi itu dari mana ?" Zahra bertanya dengan hati-hati takut kalau Albi menjadi tersinggung.
" Yang pasti sumber terpercaya !" Albi meyakinkan Zahra karena bagaimanapun Bi Ijah sekarang menjadi sumber informasinya dan Albi masih menutupi Bi Ijah.ini semua demi kebaikan bersama juga.
" Sebenarnya masih banyak informasi yang belum aku dapatkan !tapi karena sudah malam makannya saya undur diri takut yang punya rumah marah !" Albi menjelaskan lagi.
" Jadi pas aku nyamperin ke kostan ! Kamu pergi cari informasi itu ! Salut deh !" Zahra mengacungkan kedua jempol nya.
" Banyak sebenarnya yang ingin aku ketahui lagi ! Dari sini aku sadar tindakan apa yang harus aku lakukan mengingat kalau sampai aku melaporkan pada pihak berwajib maka,keluarga sendiri yang akan jadi korbannya juga ! Aku tak setega mereka ! Aku masih memiliki hati nurani ! Walau bagaimanapun dan apapun yang telah mereka perbuat sangat merugikan ayah,ibu dan juga aku sendiri mungkin jika hanya memikirkan ego sendiri tentu sudah aku laporkan ! tapi, aku masih berpikir positif untuk bisa menjaga semuanya agar tetap stabil !" Albi merasa putus asa.
" Nak Albi sudah beres makannya ?" Tanya Mas Supar yang melihat Albi sedang mengobrol serius dengan teman perempuannya.
" Oh...iya maaf ! Hehe...jadi kelupaan deh simpan mangkuknya !" Jawab Albi karena kelupaan.
" Walah...gak papa toh nak Albi ! Biar saya saja ! Baru kelihatan lagi di sini ! " Tanya Mas Supar karena biasanya Albi setiap hari terlihat di sini.
" Punya kesibukan baru mas..." Jawab Albi karena tak mungkin juga ia mengatakan bahwa dirinya sudah pensiun jadi mahasiswa.
"Semoga berhasil nak Albi " Mas Supar memberikan do'a.
" Aamiin" jawab Albi.
Mas Supar pun mengambil mangkuknya dan berlalu meninggalkan Albi yang masih asyik melanjutkan ngobrolnya.
" Terus...sekarang rencanamu apa ?" Tanya Zahra ingin memastikan.
" Masih cari informasi saja sampai tuntas !" Jawab Albi.
" Kalau rencana kedepan ?" Tanya Zahra lagi.
" Belum tahu juga " pikiran Albi buntu.
" Sebenarnya ada sih solusinya tapi itu pun kalau kamu setuju juga !"Zahra berbicara sambil pergi meninggalkan Albi.
" Maksudnya ?" Albi pun menyusul Zahra yang sudah siap memakai helemn ya.
" Bereskan dulu penyelidikanmu itu ! Baru aku kasih tahu " jawab Zahra sambil memasukan kunci motornya.
" Solusinya jangan ada yang tersakiti " Albi mengingatkan Zahra.
" Tenang...ini jalur aman !"jawab Zahra.
Mereka berdua pun berlalu menaiki motor dan meninggalkan Mas Supar yang sedang sibuk-sibuknya melayani para pembeli.
" Bikin penasaran aja ! Apa solusinya ?" Tanya Albi sambil mengendarai motor Zahra.
" Fokus sana ke jalan raya ! Jangan tanya-tanya dulu !" Zahra enggan memberikan solusinya dulu sekarang.
" Sekarang sama nanti apa bedanya ! Sekarang ngomong...nanti juga ngomong ...!Albi merasa kesal.
" Ini jalan raya...bukan tempat ngobrol paham ! Nanti celaka !" Zahra memberi nasehat.
" Ya...gini ngomong sama cewek ribet ! Tinggal bilang apa susahnya juga !" Albi merasa sedang di kerjai oleh Zahra.
" Sssttt. Udah diam " Zahra enggan ribut dengan Albi.
Mereka berdua pun sampai tepat di depan kostan yang Albi tempati.
Albi pun turun dari motor Zahra kemudian Zahra mengambil alih motornya dan langsup tancap gas meninggalkan Albi yang masih penasaran.
" Hei...tunggu " Albi masih penasaran dengan solusi dari Zahra.
" Dasar cewek ...ribet !"
" Ya...gitu cewek ribet ! Ngapel gak ngajak lagi !" Ridwan yang tiba-tiba datang menenteng keresek hitam.
" Bukan ngapel !"jawab Albi dan terburu-buru masuk.
" Berarti belum jadian dong !" Ridwan merasa aneh.
" Baru pedekate ya..." Tanya Ridwan lagi yang kini sudah siap untuk membuka bungkusan nasi yang di belinya tadi.
" Diam...berisik " Albi langsung membuka jaketnya dan menaruhnya.
" Idih...si akang lagi PMS ya..." Ridwan dengan sesuka hatinya menjawab.
Albi hanya memelototi Ridwantanda dirinya sedang tidak ingin berdebat.
Keesokan pagi seperti biasa Albi melakukan aktivitas seperti biasa walaupun dalam benaknya masih tersimpan memori tentang solusi yang akan di berikan Zahra nantinya.
" Kenapa hari ini Bi Ijah gak mampir kesini ya !" Tanya Albi dalam hati.
" Tukang gorengan belum datang ya..."Albi bertanya pada rekannya hanya ingin memastikan.
" Belum...gak jualan kali !" Jawab sang teman.
"Oh..."
"Kenapa kangen ya !"Ridwan berkata sambil menaik turunkan halisnya.
" Iya ... Banget" jawab Albi genit sambil tertawa bersama.
Saat jammakan siang Albi masih mengingat ucapan Zahra untuk berhemat dan menyuruhnya untuk membuat nasi sendiri.
Ia pun teringat dengan ayah dan ibu kandungnya.
Dalam hatinya ia ingin sekali memberi mereka uang dari hasil keringatnya sendiri ! Tapi,bagaimana caranya ya ? Mengingat Hari dan Tia pasti akan bolak-balik ke tempat ayah dan ibunya.
Sore hari setelah kegiatan pekerjaannya selesai.Albi pun berniat untuk pergi berbelanja Magicom seperti yang di sarankan Zahra.
Dengan begitu dirinya akan bisa berhemat dan uangnya bisa di kirimkan untuk kedua orangtuanya ! Walaupun dalam hatinya ia masih bingung bagaimana caranya !
Kini ia berada di sebuah toko dan Albi sedang memilih Magicom dari berbagai merek yang ditawarkan penjual toko tersebut.
Sampai Albi menemukan Magicom berwarna hijau dan ia memutuskan untuk membelinya.
" Hijau....ok juga " Albi bermonolog dengan dirinya.
" Saran yang menyenangkan juga ! Gak sia-sia punya teman kaya dia ! Wajahnya terlihat judes sih tapi hatinya baik banget"
Tiga hari lamanya Bi Ijah tak berjualan seperti biasanya. "Hei...mau kemana lagi " Ridwan bertanya karena melihat Albi yang tergesa-gesa " Nyari angin " jawab Albi sambil berlalu menutup pintu. " Teman gak ada akhlak ... Nyari angin sendiri ! Gak di ajak lagi ! Asem deh ngobrol sendiri !" Gerutu Ridwan yang kesal karena tak pernah di ajak keluar. Albi berjalan kaki ke tempat Bi Ijah namun sayang hatinya bergetar dan langkah kakinya terhenti saat para warga,baru saja memulai acara tahlilan. " Siapa yang meninggal ? " Tanyanya dalam hati. " Jangan...jangan..." Antara yakin dan ragu ia menjawab pertanyaan dirinya sendiri. Albi pun ikut duduk bersama para warga dan ikut membacakan surat Yasin. Setelah acara selesai barulah Albi mendengar obrolan para warga. " Mudah-mudahan amal
Albi tak pernah bisa memilih antara Bi Sari ataupun Zahra.Zahra masih dalam mode ngambeknya." Sekali-kali dia lah yang cari saya ! " Zahra membalikkan ponsel miliknya agar tak terlihat lagi nama Albi.Keesokkan paginya Albi masih sibuk memeriksa pesan atau panggilan masuk dari Zahra.namun,tak ada satupun balasan chat atau panggilan balik dari Zahra.Kini Albi sendiri yang merasa bingung." Gak biasanya dia seperti ini ! Apa aku salah ya !" Albi sejenak berpikir." Ah...sudahlah " Albi menaruh kembali ponsel ke dalam sakunya." Ayo..." Ajak Ridwan setelah memakai sepatunya.Saran dari Zahra untuk membuat nasi sendiri kini Albi terapkan sendiri dalam hidupnya.Ia pun berbagi nasi dengan Ridwan teman sekamarnya.Awalnya Albi kesulitan menakar air untuk menanak nasi karena
Zahra tak mau berburuk sangka pada Albi dan ia pun memutuskan untuk membalas chat dari Albi. "Hari Minggu jangan kemana - mana !" Pesan untuk Albi. Ada rasa bahagia pada diri Albi karena Zahra membalas pesannya walaupun dalam hatinya ia masih mempertanyakan tentang solusi dari permasalahan yang di hadapinya kini. "Hari Senin sampai Sabtu jangan ganggu aku !" Pesan nya lagi untuk Albi. " Ok " jawab Albi singkat. Zahra menganggap agar Albi bisa bersama Sari teman barunya dan dengan dirinya hanya di waktu hari Minggu saja. Ada renncana yang ingin segera ia praktekan pada Albi. " Mudah-mudahan berhasil " gumam Zahra. " Harus berhasil " Zahra berbicara dalam hati untuk menyemangati dirinya. Ia bukanlah sosok gadis yang gampang menyerah sebelum mencapai target yang
Sepasang suami isteri yang tak lain Hari dan Tia berkunjung dengan pintu yang terus di gedor-gedor seperti tak ada akhlak seolah Ningsih dan Wawan sedang menyembunyikan harta Karun miliknya.Ningsih tidak berjalan ke arah pintu utama di mana Hari dan Tia masih menggedor-gedor pintu rumahnya.Ia lebih memilih masuk ke dapur dan menyembunyikan di dalam wadah tempat beras yang di berikan Albi lewat Zahra" Sebentar..." Jawab Ningsih sopan sambil berjalan dan membukakan pintu." Saya tidak mau berbasa basi mana Albi ?" Tanya Tia dengan angkuh.Hari memaksa berjalan memasuki rumah tanpa permisi pada tuan rumahnya.Sorot matanya terus mengitari sekeliling tempat itu dan hasilnya masih tetap nihil.Hingga Hari merasa curiga pada Zahra yang sedang berkunjung ke rumah itu." Siapa kamu ?" Matanya kini menyoroti Zahra.Z
" sekarang Rika ! Rika memiliki paras yang cantik ! Karena parasnya yang cantik ia bertingkah layaknya ratu yang ingin di layani ! "" Ibumu membantu keuangan keluarga tetapi nama Rika yang mencuat ke permukaan bahwa seolah-olah Rika lah yang memenuhi kebutuhan nenekmu !"" Pekerjaan Rika waktu itu apa Bi ?" Tanya Albi." Rika bekerja sebagai SPG di salah satu pusat perbelanjaan ! Gajinya yang di bawah UMR tapi punya banyak duit aneh kan ?"Mimik wajah Albi juga heran bertanya-tanya dalam hati namun ia lebih memilih diam dan fokus pada Bi Sari yang sedang bercerita."Dulu boss nya tempat bekerja mempercayakan toko miliknya pada Rika dan Rika memanfaatkan kesempatan itu untuk berbuat curang ." Hal ini terjadi lantaran keegoisan nenekmu yang minta di belikan ini dan itu sehingga pikiran busuk pun muncul di benak Rika !"" Rika memang berha
Pagi menjelang menuntun Albi dan Ridwan untuk segera melakukan Alktivitas seperti biasanya. Albi lebih awal pergi ke tempat kerjanya karena ingin membuat barble dari kaleng yang nantinya akan di isi Semen dan di beri gagang besi di tengah-tengahnya sebagai penyangga dan genggaman tangannya. Jika tak ada alat mewah untuk fitnes maka Albi lebih memilih untuk memakai bahan-bahan yang ada di sekitarnya. Semua rekan kerjanya tak ada yang tahu rencana Albi untuk masuk menjadi anggota TNI . Albi sendiri mempunyai tujuan sendiri jika kelak ia lolos dan di terima resmi sebagai TNI. Sebelum para rekannya datang Albi lebih memilih mengaduk-ngaduk semen yang sudah di beri air. Kemudian Albi memasukkannya ke dalam kaleng kosong bekas susu berukuran sedang dan tak lupa ia memasukkan besi berukuran sedang ke dalam kaleng tersebut yang sebelumnya suda
Hari Sabtu biasanya para pekerja buruh bangunan seperti Albi dan Ridwan di perbolehkan pulang lebih awal satu jam oleh mandor mereka. Albi tidak ingin melewatkan kesempatan ini ! Ia lebih memilih untuk pergi ke rumah Bi Sari memperbanyak informasi sebanyak mungkin agar ia tidak salah langkah dalam mengambil tindakan. " Assalammu'alaikum " Albi mengucapkan salam sambil mengetuk pintu terlebih dahulu. " Wa'alaikum salam " jawab Azizah anak Bi Sari. " Mau cari siapa ya ? " Tanya Azizah dengan sopan. " Mau cari Bi Sari !" Jawab Albi dengan ramah juga . " Oh,ibu...mari masuk !" Azizah mempersilahkan tamu ibunya masuk. " Sebentar sayapanggilkan ibu dulu ya " Azizah berkata seraya pergi meninggalkan Albi untuk menemui ibunya yang sedang memasukkan anak ayam ke kandangnya di belakang rumah. " Bu...ada yang car
"apa ibuku pernah menerima uluran tangan dari Andi adiknya ?" Tanya Albi untuk memastikan. " No....tidak ! Jika ibu dan ayahmu mendapatkan uluran tangan Andi pasti hidupnya tidak seperti sekarang ini ! Kamu pasti lebih paham apa yang bibi maksud !" " Setiap meminta bantuan pun Andi tak pernah mengulurkan tangannya ! Padahal kalau dari segi keringat danjada lebih banyak pengorbanan ibu dan ayahmu !" " Lalu,apakah nenek juga mendapatkan jatah bulanan dari Andi ?" Tanya Albi lagi. " Entahlah siapa yang benar dalam hal ini mengingat tabi'at nenekmu yang selalu mengadu dombakan !" " Andi bilang selalu memberi uang lewat tranferan ATM melalui Tia isteri dari Hari tapi,kata nenekmu Andi tak pernah mengirimi uang ! Kalau masalah ini hanya tuhan yang tahu !" " Banyak perkelahian batin di dalam keluarga besar ibumu ! Hal ini tak lain karena camp