Zahra masih belum bisa memejamkan matanya begitu pun dengan Albi.
Akhirnya Albi lah yang memutuskan untuk berkirim pesan menyapa Zahra terlebih dahulu.
" PING " Albi mengirim pesan pada Zahra dan mengetes sudah tidur atau belum.
Ternyata Zahra belum tidur juga terdengar dari bunyi pesan WA masuk.
" PING juga " balasan dari Zahra.
" Tadi nyariin kesini ada apa ? Aku tadi keluar ada sesuatu yang penting !" Pesan dari Albi untuk Zahra.
" Tadinya mau nagih janji buat di traktir! Eh...tahunya yang janjiinya sedang keluar ! Ya,udah balik kanan lagi aja !" Jawaban pesan dari Zahra yang di baca Albi.
'' besok sore aja ! Gimana ? Itu juga kalau kamu nya gak sibuk !" Pesan dari Albi.
''ya,udah entar aku samperin ke sana deh! Bakal ngilang lagi gak !" Tanya Zahra kembali.
" Nggak lah ! Kan sudah bikin janji !" Jawab Albi kembali.
Di dalam hatinya Zahra ingin sekali bertanya kemarin kemana kok lama sekali ? Padahal dirinya menunggu di warung seberang jalan selama satu jam.
Walaupun Zahra di Landa rasa kepo yang dalam tapi ia urungkan niatnya karena bagaimanapun itu menyangkut pribadi diri sendiri.
Melihat keponakannya masih asyik berselancar di dunia maya.sang paman pun dengan sengaja berdiri di belakang Zahra tanpa sepengetahuan Zahra.
" Hmmm" suara paman mengagetkan Zahra.
" Belum tidur ? Nongkrong online bareng siapa ?" Tanya sang paman.
" Oh...itu..." Zahra menjawab tapi bingung kata-kata apa yang harus di keluarkan oleh mulutnya.
" Ya,sudah paman juga gak mau tahu ini !" Jawab sang paman karena melihat keponakannya yang sedang bingung.
" Paman , kapan pulang lagi ke Sulawesi ?'' tanya Zahra menutupi kegugupannya yang tadi karena ketahuan bareng sedang nongkrong online.
" Bukan,pulang ! Pertanyaanmu itu harus di ralat ! Kalau pulang ! Ya,ke tanah Jawa ini ! Kalau ke Sulawesi itu harusnya " pergi " ! " Sang paman mencoba membenarkan kalimat yang Zahra ucapkan.
'' hehe..." Zahra hanya bisa tertawa kecil karena apa yang telah di ucapkan ya memang salah.
" Dua hari lagi ! Kenapa ?" Tanya sang paman.
" Kok,cepet amat !" Zahra protes.
" Tugas ....! Gak bisa di tinggal juga mau persiapan buat pembukaan calon TNI yang baru ! Kan harus rapat dulu pembentukan panitianya !gak gampang itu !" Sang paman menuturkan penjelasannya.
" Kalau jadi TNI bayar gak ?" Tanya Zahra kembali.
" Gratis ... Semua fasilitas di sediakan pemerintah !"
" Lulusan nya harus SMA ya !" Tanya Zahra lagi.
" SMP juga bisa ! Masuknya golongan Tamtama !"
" Terus kalau lulus dan berhasil dengan mendapatkan predikat terbaik biasanya akan di kasih hadiah !" Sang paman menuturkan penjelasannya.
" Ada yang orang tua nya di bangunin rumah ! Maksudnya renovasi ! Ada juga yang di buatkan usaha orang tuanya ! Kenapa tanya - tanya mau daftar jadi Kowad kamu ?" Sang paman pun merasa curiga karena pertanyaan Zahra yang aneh dan tiba-tiba ia bertanya tentang TNI.
"Ternyata gak butuh modal ya ! Kirain harus bayar pendaftaran dulu !" Zahra baru mengetahuinya.
"Modalnya cuman tekad,keberanian,dan bekal do'a orang tua insya Allah pasti berhasil "
" Kenapa ? Mau di cariin jodoh yang profesinya TNI ya !" Tanya sang paman yang menaruh rasa curiga.
" Nggak ! Cuman pengen tahu aja !" Jawab Zahra kemudian berlalu meninggalkan sang paman.
" Lebih baik menghindar dari pada terus di introgasi !" Zahra berbicara dalam hati.
Zahra pun kembali ke kamarnya.
Malam kini mejadi peristirahatan tubuh mereka yang di selimuti dengan mimpi.
_-_-_-_-_-
Zahra masih di sibukkan dengan kegiatannya sebagai mahasiswa sedangkan Albi di sibukkan dengan tenaganya yang harus mengangkut bata merah.
Tak ada kata penyesalan dalam hati Albi jika ini jalan yang di pilih dirinya!
Yang ia sesali adalah identitas dirinya yang telah berubah ! Sebagai seorang anak ia sadari betul bahwa dirinya belum berakti kepada kedua orang tua kandungnya dan kedua orang tua angkatnya.
Albi harus bisa menyelesaikan masalah ini tanpa harus menyakiti pihak mana pun . Karena bila sedikit saja ia salah melangkah maka yang namanya luka walaupun hanya tergores tapi sakitnya di dalam hati akan terus berkibar sampai srpanjang hidupnya.
Sore hari Zahra sudah menunggu Albi di parkiran tempat kosan.
Zahra mengabari Albi lewat ponselnya dan mengirim pesan.
" Udah sampe " pesan yang di kirim Zahra pada Albi.
" Ok..." Jawab singkat Albi.
Albi pun menghpiri Zahra yang sedang duduk di atas motor maticnya.
" Jangan di sini !" Zahra merasa risih.
Albi pun memahami keinginan Zahra.
" Ya,udah ayo langsung !" Albi mengajak Zahra.
"Kemana ?" Tanya Zahra bingung.
" Traktir lah ! Aku juga lapar belum makan !" Jawab Albi polos.
" Turun dong neng !" Albi menyuruh Zahra untuk turun dari motornya.
" Masa iya, saya di boncengan kamu ! Gengsi dong !" Tambah Albi lagi.
" Hahaha..." Zahra kemudian tertawa sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya sesaat setelah Abi mengucapkan kata gengsi.
Mereka pun berlalu pergi ke luar area kos-kosan dan mulai mengitari jalan.
" Kamu tiap hari beli makan !" Tanya Zahra yang duduk di belakang motor.
"Iya...!" Jawab Albi.
" Kenapa gak ngirit ! Beli kan boros !"
" Mau gimana lagi ! Masak gak ada alat nya ! Kalaupun ada,gak bisa masaknya ! Ya...beli aja" jawab Albi sambil pandangan fokus ke jalanan.
" Harusnya beli Magicom dong kalau gitu ! Biar nasinya bikin sendiri ! Terus lauk pauk atau sayurnya beli " Zahra memberi saran.
" Bener juga ya ! Gak sempat mikir ke sana sih !" Albi mencerna saran Zahra.
" Iya deh ! Nanti balik traktir kamu sekalian antar aku beli itu barang ya !" Albi meminta Zahra untuk mengantarnya berbelanja.
" Ya ...mau makan kemana sih ? Kok harus jauh gini !" Tanya Zahra.
" Mau makan mie ayam ! Harganya murah,enak dan banyak yang beli di sana tapi kita makannya di pinggir jalan ! Ya,kalau gak suka cari tempat lain aja !" Albi takut kalau Zahra nggak mau.
"Hmmm jadi penasaran "jawab Zahra.
" Masih jauh gak !" Dua belokan lagi ! Kanan dan kiri " jawab Albi sambil tertawa.
"Eh...yang benar !" Zahra merasa kesal.
" Tuh...tempatnya rame kan ! Banyak yang ngantrinya !"
Albi pun memarkirkan motor matic milik Zahra dan mereka pun ikut mengantri seperti para penikmat pecinta mie ayam Mas Supar.
" Eh,...nak Albi ! Wah , tumben nih bawa pacar !" Sapa Mas Supar karena baru pertama kali melihat Albi membawa gadis.
Albi hanya menjawab dengan senyuman saja ! Walaupun di belakangnya sorot mata Zahra sedang tak bersahabat.
Zahra yang berdiri di belakang tubuh Albi seolah sedang menanti klarifikasi dari Albi.
Albi seolah tak peduli dengan sorotan mata tajam Zahra yang sedang menuntut penjelasan ! Ia lebih memilih segera mengambil dua porsi mangkok mie ayam dan berlalu untuk segera mengambil tempat duduk.
" Makan dulu ! Jangan tanya "
"Alhamdulillah...kenyang " Albi bersendawa." Mau tambah lagi ?" Tanya Albi sambil menaruh mangkuknya.Mereka berdua menyantap mie ayam buatan mas Supar di pinggir jalan.Hanya sandal yang bisa di jadikan alas untuk duduk .Albi mengira Zahra enggan atau menolaknya makan di tempat seperti ini karena dari tampilannya terlihat Zahra bukanlah anak dari kalangan biasa."Ini juga udah kenyang " jawab Zahra." Kamu sering kesini ?" Tanya Zahra sambil menaruh mangkuknya di bawah." Saat berstatus mahasiswa sih tiap hari kesini sampai sore terus pulang ke rumah magrib "" Walaupun tempat ini rame banyak mobil dan motor melintas tapi aku ngerasa tenang aja di sini ..." Albi belum menyelesaikan kalimatnya namun,Zahra sudah menyelanya." Tempat sebising ini kamu bilang tenang ! Atau jangan-jangan kamu salah minum ob
Tiga hari lamanya Bi Ijah tak berjualan seperti biasanya. "Hei...mau kemana lagi " Ridwan bertanya karena melihat Albi yang tergesa-gesa " Nyari angin " jawab Albi sambil berlalu menutup pintu. " Teman gak ada akhlak ... Nyari angin sendiri ! Gak di ajak lagi ! Asem deh ngobrol sendiri !" Gerutu Ridwan yang kesal karena tak pernah di ajak keluar. Albi berjalan kaki ke tempat Bi Ijah namun sayang hatinya bergetar dan langkah kakinya terhenti saat para warga,baru saja memulai acara tahlilan. " Siapa yang meninggal ? " Tanyanya dalam hati. " Jangan...jangan..." Antara yakin dan ragu ia menjawab pertanyaan dirinya sendiri. Albi pun ikut duduk bersama para warga dan ikut membacakan surat Yasin. Setelah acara selesai barulah Albi mendengar obrolan para warga. " Mudah-mudahan amal
Albi tak pernah bisa memilih antara Bi Sari ataupun Zahra.Zahra masih dalam mode ngambeknya." Sekali-kali dia lah yang cari saya ! " Zahra membalikkan ponsel miliknya agar tak terlihat lagi nama Albi.Keesokkan paginya Albi masih sibuk memeriksa pesan atau panggilan masuk dari Zahra.namun,tak ada satupun balasan chat atau panggilan balik dari Zahra.Kini Albi sendiri yang merasa bingung." Gak biasanya dia seperti ini ! Apa aku salah ya !" Albi sejenak berpikir." Ah...sudahlah " Albi menaruh kembali ponsel ke dalam sakunya." Ayo..." Ajak Ridwan setelah memakai sepatunya.Saran dari Zahra untuk membuat nasi sendiri kini Albi terapkan sendiri dalam hidupnya.Ia pun berbagi nasi dengan Ridwan teman sekamarnya.Awalnya Albi kesulitan menakar air untuk menanak nasi karena
Zahra tak mau berburuk sangka pada Albi dan ia pun memutuskan untuk membalas chat dari Albi. "Hari Minggu jangan kemana - mana !" Pesan untuk Albi. Ada rasa bahagia pada diri Albi karena Zahra membalas pesannya walaupun dalam hatinya ia masih mempertanyakan tentang solusi dari permasalahan yang di hadapinya kini. "Hari Senin sampai Sabtu jangan ganggu aku !" Pesan nya lagi untuk Albi. " Ok " jawab Albi singkat. Zahra menganggap agar Albi bisa bersama Sari teman barunya dan dengan dirinya hanya di waktu hari Minggu saja. Ada renncana yang ingin segera ia praktekan pada Albi. " Mudah-mudahan berhasil " gumam Zahra. " Harus berhasil " Zahra berbicara dalam hati untuk menyemangati dirinya. Ia bukanlah sosok gadis yang gampang menyerah sebelum mencapai target yang
Sepasang suami isteri yang tak lain Hari dan Tia berkunjung dengan pintu yang terus di gedor-gedor seperti tak ada akhlak seolah Ningsih dan Wawan sedang menyembunyikan harta Karun miliknya.Ningsih tidak berjalan ke arah pintu utama di mana Hari dan Tia masih menggedor-gedor pintu rumahnya.Ia lebih memilih masuk ke dapur dan menyembunyikan di dalam wadah tempat beras yang di berikan Albi lewat Zahra" Sebentar..." Jawab Ningsih sopan sambil berjalan dan membukakan pintu." Saya tidak mau berbasa basi mana Albi ?" Tanya Tia dengan angkuh.Hari memaksa berjalan memasuki rumah tanpa permisi pada tuan rumahnya.Sorot matanya terus mengitari sekeliling tempat itu dan hasilnya masih tetap nihil.Hingga Hari merasa curiga pada Zahra yang sedang berkunjung ke rumah itu." Siapa kamu ?" Matanya kini menyoroti Zahra.Z
" sekarang Rika ! Rika memiliki paras yang cantik ! Karena parasnya yang cantik ia bertingkah layaknya ratu yang ingin di layani ! "" Ibumu membantu keuangan keluarga tetapi nama Rika yang mencuat ke permukaan bahwa seolah-olah Rika lah yang memenuhi kebutuhan nenekmu !"" Pekerjaan Rika waktu itu apa Bi ?" Tanya Albi." Rika bekerja sebagai SPG di salah satu pusat perbelanjaan ! Gajinya yang di bawah UMR tapi punya banyak duit aneh kan ?"Mimik wajah Albi juga heran bertanya-tanya dalam hati namun ia lebih memilih diam dan fokus pada Bi Sari yang sedang bercerita."Dulu boss nya tempat bekerja mempercayakan toko miliknya pada Rika dan Rika memanfaatkan kesempatan itu untuk berbuat curang ." Hal ini terjadi lantaran keegoisan nenekmu yang minta di belikan ini dan itu sehingga pikiran busuk pun muncul di benak Rika !"" Rika memang berha
Pagi menjelang menuntun Albi dan Ridwan untuk segera melakukan Alktivitas seperti biasanya. Albi lebih awal pergi ke tempat kerjanya karena ingin membuat barble dari kaleng yang nantinya akan di isi Semen dan di beri gagang besi di tengah-tengahnya sebagai penyangga dan genggaman tangannya. Jika tak ada alat mewah untuk fitnes maka Albi lebih memilih untuk memakai bahan-bahan yang ada di sekitarnya. Semua rekan kerjanya tak ada yang tahu rencana Albi untuk masuk menjadi anggota TNI . Albi sendiri mempunyai tujuan sendiri jika kelak ia lolos dan di terima resmi sebagai TNI. Sebelum para rekannya datang Albi lebih memilih mengaduk-ngaduk semen yang sudah di beri air. Kemudian Albi memasukkannya ke dalam kaleng kosong bekas susu berukuran sedang dan tak lupa ia memasukkan besi berukuran sedang ke dalam kaleng tersebut yang sebelumnya suda
Hari Sabtu biasanya para pekerja buruh bangunan seperti Albi dan Ridwan di perbolehkan pulang lebih awal satu jam oleh mandor mereka. Albi tidak ingin melewatkan kesempatan ini ! Ia lebih memilih untuk pergi ke rumah Bi Sari memperbanyak informasi sebanyak mungkin agar ia tidak salah langkah dalam mengambil tindakan. " Assalammu'alaikum " Albi mengucapkan salam sambil mengetuk pintu terlebih dahulu. " Wa'alaikum salam " jawab Azizah anak Bi Sari. " Mau cari siapa ya ? " Tanya Azizah dengan sopan. " Mau cari Bi Sari !" Jawab Albi dengan ramah juga . " Oh,ibu...mari masuk !" Azizah mempersilahkan tamu ibunya masuk. " Sebentar sayapanggilkan ibu dulu ya " Azizah berkata seraya pergi meninggalkan Albi untuk menemui ibunya yang sedang memasukkan anak ayam ke kandangnya di belakang rumah. " Bu...ada yang car