Share

7.mengorek informasi 4

Zahra masih belum bisa memejamkan matanya begitu pun dengan Albi.

Akhirnya Albi lah yang memutuskan untuk berkirim pesan menyapa Zahra terlebih dahulu.

" PING " Albi mengirim pesan pada Zahra dan mengetes sudah tidur atau belum.

Ternyata Zahra belum tidur juga terdengar dari bunyi pesan WA masuk.

" PING juga " balasan dari Zahra.

" Tadi nyariin kesini ada apa ? Aku tadi keluar ada sesuatu yang penting !" Pesan dari Albi untuk Zahra.

" Tadinya mau nagih janji buat di traktir! Eh...tahunya yang janjiinya sedang keluar ! Ya,udah balik kanan lagi aja !" Jawaban pesan dari Zahra yang di baca Albi.

'' besok sore aja ! Gimana ? Itu juga kalau kamu nya gak sibuk !" Pesan dari Albi.

''ya,udah entar aku samperin ke sana deh! Bakal ngilang lagi gak !" Tanya Zahra kembali.

" Nggak lah ! Kan sudah bikin janji  !" Jawab Albi kembali.

Di dalam hatinya Zahra ingin sekali bertanya kemarin kemana kok lama sekali ? Padahal dirinya menunggu di warung seberang jalan selama satu jam.

Walaupun Zahra di Landa rasa kepo yang dalam tapi ia urungkan niatnya karena bagaimanapun itu menyangkut pribadi diri sendiri.

Melihat keponakannya masih asyik berselancar di dunia maya.sang paman pun dengan sengaja berdiri di belakang Zahra tanpa sepengetahuan Zahra.

" Hmmm" suara paman mengagetkan Zahra.

" Belum tidur ? Nongkrong online bareng siapa ?" Tanya sang paman.

" Oh...itu..." Zahra menjawab tapi bingung kata-kata apa yang harus di keluarkan oleh mulutnya.

" Ya,sudah paman juga gak mau tahu ini !" Jawab sang paman karena melihat keponakannya yang sedang bingung.

" Paman , kapan pulang lagi ke Sulawesi ?'' tanya Zahra menutupi kegugupannya yang tadi karena ketahuan bareng sedang nongkrong online.

" Bukan,pulang ! Pertanyaanmu itu harus di ralat ! Kalau pulang ! Ya,ke tanah Jawa ini ! Kalau ke Sulawesi itu harusnya " pergi " ! " Sang paman mencoba membenarkan kalimat yang Zahra ucapkan.

'' hehe..." Zahra hanya bisa tertawa kecil karena apa yang telah di ucapkan ya memang salah.

" Dua hari lagi ! Kenapa ?" Tanya sang paman.

" Kok,cepet amat !" Zahra protes.

" Tugas ....! Gak bisa di tinggal juga mau persiapan buat pembukaan calon TNI yang baru ! Kan harus rapat dulu pembentukan panitianya !gak gampang itu !" Sang paman menuturkan penjelasannya.

" Kalau jadi TNI bayar gak ?" Tanya Zahra kembali.

" Gratis ... Semua fasilitas di sediakan pemerintah !"

" Lulusan nya harus SMA ya !" Tanya Zahra lagi.

" SMP juga bisa ! Masuknya golongan Tamtama !" 

" Terus kalau lulus dan berhasil dengan mendapatkan  predikat terbaik biasanya akan di kasih hadiah !" Sang paman menuturkan penjelasannya.

" Ada yang orang tua nya di bangunin rumah ! Maksudnya renovasi ! Ada juga yang di buatkan usaha orang tuanya ! Kenapa tanya - tanya mau daftar jadi Kowad kamu ?" Sang paman pun merasa curiga karena pertanyaan Zahra yang aneh dan tiba-tiba ia bertanya tentang TNI.

"Ternyata gak butuh modal ya ! Kirain harus bayar pendaftaran dulu !" Zahra baru mengetahuinya.

"Modalnya cuman tekad,keberanian,dan bekal do'a orang tua insya Allah pasti berhasil " 

" Kenapa ? Mau di cariin jodoh yang profesinya TNI ya !" Tanya sang paman yang menaruh rasa curiga.

" Nggak ! Cuman pengen tahu aja !" Jawab Zahra kemudian berlalu meninggalkan sang paman.

" Lebih baik menghindar dari pada terus di introgasi !" Zahra berbicara dalam hati.

Zahra pun kembali ke kamarnya.

Malam kini mejadi peristirahatan tubuh mereka yang di selimuti dengan mimpi.

_-_-_-_-_-

Zahra  masih di sibukkan dengan kegiatannya sebagai mahasiswa sedangkan Albi di sibukkan dengan tenaganya yang harus mengangkut bata merah.

Tak ada kata penyesalan dalam hati Albi jika ini jalan yang di pilih dirinya!

Yang ia sesali adalah identitas dirinya yang telah berubah ! Sebagai seorang anak ia sadari betul bahwa dirinya belum berakti kepada kedua orang tua kandungnya dan kedua orang tua angkatnya.

Albi harus bisa menyelesaikan masalah ini tanpa harus menyakiti pihak mana pun . Karena bila sedikit saja ia salah melangkah maka yang namanya luka walaupun hanya tergores tapi sakitnya di dalam hati akan terus berkibar sampai srpanjang hidupnya.

Sore hari Zahra sudah menunggu Albi di parkiran tempat kosan.

Zahra mengabari Albi lewat ponselnya dan mengirim pesan.

" Udah sampe " pesan yang di kirim Zahra pada Albi.

" Ok..." Jawab singkat Albi.

Albi pun menghpiri Zahra yang sedang duduk di atas motor maticnya.

" Jangan di sini !" Zahra merasa risih.

Albi pun memahami keinginan Zahra.

" Ya,udah ayo langsung !" Albi mengajak Zahra.

"Kemana ?" Tanya Zahra bingung.

" Traktir lah ! Aku juga lapar belum makan !" Jawab Albi polos.

" Turun dong neng !" Albi menyuruh Zahra untuk turun dari motornya.

" Masa iya, saya di boncengan kamu ! Gengsi dong !" Tambah Albi lagi.

" Hahaha..." Zahra kemudian tertawa sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya sesaat setelah Abi mengucapkan kata gengsi.

Mereka pun berlalu pergi ke luar area kos-kosan dan mulai mengitari jalan.

" Kamu tiap hari beli makan !" Tanya Zahra yang duduk di belakang motor.

"Iya...!" Jawab Albi.

" Kenapa gak ngirit ! Beli kan boros !"

" Mau gimana lagi ! Masak gak ada alat nya ! Kalaupun ada,gak bisa masaknya ! Ya...beli aja" jawab Albi sambil pandangan fokus ke jalanan.

" Harusnya beli Magicom dong kalau gitu ! Biar nasinya bikin sendiri ! Terus lauk pauk atau sayurnya beli " Zahra memberi saran.

" Bener juga ya ! Gak sempat mikir ke sana sih !"  Albi mencerna saran Zahra.

" Iya deh ! Nanti balik traktir kamu sekalian antar aku beli itu barang ya !" Albi meminta Zahra untuk mengantarnya berbelanja.

" Ya ...mau makan kemana sih ? Kok harus jauh gini !" Tanya Zahra.

" Mau makan mie ayam ! Harganya murah,enak dan banyak yang beli di sana tapi kita makannya di pinggir jalan ! Ya,kalau gak suka cari tempat lain aja !" Albi takut kalau Zahra nggak mau.

"Hmmm jadi penasaran "jawab Zahra.

" Masih jauh gak !" Dua belokan lagi ! Kanan dan kiri " jawab Albi sambil tertawa.

"Eh...yang benar !" Zahra merasa kesal.

" Tuh...tempatnya rame kan ! Banyak yang ngantrinya !" 

Albi pun memarkirkan motor matic milik Zahra dan mereka pun ikut mengantri seperti para penikmat pecinta  mie ayam Mas Supar.

" Eh,...nak Albi ! Wah , tumben nih bawa pacar !" Sapa Mas Supar karena baru pertama kali melihat Albi membawa gadis.

Albi hanya menjawab dengan senyuman saja ! Walaupun di belakangnya sorot mata Zahra sedang tak bersahabat.

Zahra yang berdiri di belakang tubuh Albi seolah sedang menanti klarifikasi dari Albi.

Albi seolah tak peduli dengan sorotan mata tajam Zahra yang sedang menuntut penjelasan ! Ia lebih memilih segera mengambil dua porsi mangkok mie ayam dan berlalu untuk segera mengambil tempat duduk.

" Makan dulu ! Jangan tanya "

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status