Share

Pembantaian Tatik Sekeluarga

   Malam itu, di kamar ruang rawat inap rumah sakit, Antok tampak sedang tertidur. Sesosok bayangan masuk kedalam kamar, langkah kakinya pelan berjalan mendekati Antok yang terbaring di ranjang/rusbang rumah sakit. Sosok pria itu memakai topi dan masker yang menutupi mulut hingga hidungnya.

Pria itu berdiri dihadapan Antok. Sorot matanya terlihat tajam menatap Antok. Lalu dengan cepat, Sosok pria itu mengambil bantal yang ada, melihat ada sosok pria berdiri didepannya Antok kaget berusaha meronta.

Pria yang ternyata Randi itu dengan cepat menutup bantal ke wajah Antok, dengan menekannya sekuat tenaga dengan tangannya memakai sarung tangan latex, Antok berusaha meronta ronta, tak bisa bernafas. Randi terus menekan bantal yang menutup wajah Antok.

Tak berapa lama, Antok terkulai lemah, tak bernafas, Randi melepaskan bantal , lalu cepat bergegas keluar dari ruang rawat inap tersebut.

Dokter dan perawat berlari memasuki kamar ruang rawat inap yang ditempati Antok. Dokter dengan sigap memeriksa kondisi Antok, mengeceknya.

Tak lama Dokter menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.

Antok tak dapat diselamatkan, Antok meninggal, Perawat menutup seluruh tubuh hingga wajah Antok dengan selimut rumah sakit yang ada diranjang itu.

   Malam itu , terlihat sepi. Suasana di lingkungan rumah Yana dan Randi memang selalu sepi jika sudah diatas jam 9 malam.

Sekelebat bayangan muncul diatas atap taman belakang rumah Yana yang berlantai dua, berjalan menuju pintu teras samping lantai atas rumah Yana, membuka pintunya dengan mudah.

Sosok itu ternyata Randi, Randi dengan mudah membuka kunci pintu samping rumah dilantai atas rumah Yana itu karena mempunyai kunci cadangan, dan selama ini Randi tau kalau pintu itu tidak pernah dikunci dari dalam rumah memakai slot kunci lagi.

Pintu terbuka, Randi melangkah pelan masuk kedalam rumah, lalu kemudian dengan langkah pelan, Randi berdiri tepat dibawah cctv yang tergantung disudut ruangan.

Randi memutar arah cctv ke posisi atas, ke atap rumah. Agar dirinya tak terekam cctv.

Kemudian, Randi melangkahkan kakinya dalam ruangan itu menuju satu kamar kosong . Randi masuk ke kamar yang tak pernah terkunci itu, didalam kamar kosong itu Randi melangkah ke dinding kamar.

Perlahan dia mencongkel bilik papan triplex yang menempel dan menutupi dinding itu, dia berhasil membuka papan triplex tipis yang menutup dinding rumah, terlihat dari lubang yang ditutupi itu kamar rumah almarhum Riyadi yang menempel menyatu tepat dengan dinding rumah Yana dan Randi.

Dulu saat sebelum Yana dan Randi membeli rumah mereka itu, Riyadi membangun sebuah kamar dilantai atas rumahnya untuk kamar anaknya, karena posisi kamar dirumah Yana ada jendela, mau gak mau Riyadi pun akhirnya menutup jendela dikamar rumah Yana.

Riyadi dengan mudah menutup jendela kamar itu dengan mudah karena Riyadi sebagai tukang bangun rumah ditugaskan pemilik rumah untuk merenovasi rumah tersebut sebelum di beli Yana dan Randi. Dan Randi tahu karena di kasih tahu Riyadi.

Randi melangkah perlahan masuk kedalam kamar, tampak Irfan tidur dikamar itu, dengan cepat Randi melangkah dan lantas menghujamkan pisau yang digenggamnya itu kedada Irfan, 7 tusukan menghujam di dadanya, bersimbah darah dan mati.

Randi lalu melanjutkan aksinya, pelan melangkah, membuka kunci pintu kamar dan keluar dari kamar itu.

Randi pelan melangkah menuruni anak tangga rumah itu, berjalan menuju kesalah satu kamar, kamar anak Riyadi yang cewek, Sulis. Randi masuk kedalam kamar itu, mendekati Sulis yang tidur nyenyak, dengan cepat Randi berjalan ke arah Sulis lalu menghujamkan pisau ke tubuh Sulis 7 kali, Sulispun mati bersimbah darah, Randi menghapus darah yang mengenai masker penutup wajahnya itu, lalu melangkah keluar kamar.

Randi berjalan masuk kedalam kamar Tatik, didalam kamar, Tatik, istri Riyadi, Ibu dari Antok tampak tertidur juga, dengan cepat Randi mendekati tubuhnya, menggorok leher Tatik dan menghujamkan pisau berkali kali ketubuh Tatik, Tatik sempat tersadar dan membuka matanya melihat mata Randi yang tampak menyeramkan terus menghujamkan pisau ketubuhnya.

Tatik mati tak berdaya dengan seluruh tubuhnya dibasahi darah segarnya. Randi berdiri menatap tubuh kaku Tatik yang ada diranjang, Randi menyeringai puas. Lalu, diambilnya darah Tatik yang mengalir ditubuhnya itu, mengoleskannya ke telapak tangannya yang memakai sarung tangan Latex.

Randi melangkah ke dinding kamar, menuliskan sesuatu di dinding kamar itu dengan darah Tatik.

"Hell...Lo " Tulis Randi, Lalu menulis dibawah tulisan itu lagi.

"Lo ke neraka, akibat mulut sampah lo ! " Tulis Randi di dinding itu dengan darah sebagai tintanya. Kemudian Randi cepat keluar kamar, melangkah menaiki tangga rumah, masuk ke kamar Irfan,  kembali menuju lubang yang terbuka dan masuk kedalam kamar rumah Yana. menutup lubang itu kembali dengan papan triplex yang dibukanya tadi.

Randi lalu melangkah menuju pintu samping ruangan itu, sebentar Randi berhenti, lalu memperbaiki kembali letak posisi cctv yang tergantung disudut ruangan ke posisi awal kembali. Randi membuka pintu, lalu keluar melangkah ke teras samping rumah dilantai atas rumah Yana itu.

Posisi di luar samping lantai atas rumah Yana tidak dipasangi cctv hingga ke atas atap taman, itu membuat Randi leluasa melangkah diatas atap, kemudian dari atap samping rumah, diatap taman rumahnya, Randi pun melompat turun kebelakang rumah, lalu berlari meninggalkan tempat itu.

   Malam yang hening dan sepi itu, hujan turun tiba tiba dengan derasnya, hujan deras itu mengiringi kematian Tatik sekeluarga malam itu.

   Dikamar Hotel yang gelap, Randi tampak berdiri menari nari mengikuti musik klasik yang dinyalakannya dari ponselnya. Menari nari memutar mutar tubuhnya dilantai kamar, tampak wajah Randi menunjukkan kepuasan dan kesenangan. Suara petir menggelegar malam itu bersama dengan turunnya hujan, seakan mengiringi suasana hati Randi malam itu.

   Di Rumah sakit 2 polisi tampak sedang menyelidiki kematian Antok, polisi polisi itu sedang berbicara dengan kepala perawat, perawat yang berjaga malam itu serta dokter yang memeriksa kondisi Antok di detik terakhir Antok meninggal.

Dua Polisi itu lalu masuk ke ruangan cctv yang ada didalam rumah sakit itu, meminta petugas cctv untuk mengecek rekaman cctv saat malam kejadian berlangsung.

Petugas mencari tanggal dan waktu rekaman kejadian, Polisi mengamati cctv.

Dari rekaman Cctv itu terlihat saat itu, Tatik, Irfan, Sulis melangkah keluar dari kamar ruang rawat inap Antok, setelah kepergian mereka ruangan disekitar koridor itu sepi, terlihat hanya ada satu dua perawat dan suster yang melangkah disekitar koridor rumah sakit itu.

Sesaat kemudian, saat rekaman cctv menunjukkan sesosok orang melangkah dikoridor itu dan masuk kekamar rawat inap Antok, Polisi perintahkan petugas untuk hentikan rekaman itu.

"Pause Pak, coba mundur sedikit." Ujar Polisi 1. Petugas menurut, lalu mempause rekaman itu, kemudian memutar ke gambar rekaman sebelumnya, saat sesosok pria muncul digambar mendekati kamar ruang rawat Antok, dan hendak membuka pintu kamar itu, Polisi menyuruh berhenti.

"Pause Pak." Ujar Polisi 1.

Polisi dan petugas itu memperhatikan gambar dari rekaman cctv itu.

"Bisa diperbesar dan diperjelas gambarnya pak ?" Tanya Polisi 2 pada Petugas.

Petugas mengangguk, lalu menzoom in gambar itu hingga membesar dan terlihat jelas sosok yang terekam itu.

Terlihat sosok pria itu memakai topi dan masker yang menutupi wajahnya , memakai jaket kulit berwarna gelap. Kedua Polisi itu memperhatikan gambar tersebut.

"Kami minta rekamannya untuk kami selidiki lebih lanjut Pak." Ujar Polisi 1.

"Baik pak." Ujar Petugas diruang control cctv rumah sakit itu.

   Orang orang sekampung dilingkungan rumah Yana geger karena Tatik sekeluarga ditemui telah menjadi mayat. Mayat Tatik sekeluarga itu ditemui oleh saudaranya yang memang tinggal dilingkungan itu, hanya beberapa rumah dari rumah mereka.

Di Lingkungan itu memang dikelilingi oleh keluarga dan saudara saudara almarhum Riyadi, jadi tidak heran jika Riyadi dan keluarga semasa hidupnya petantang petenteng seperti jawara kampung dilingkungan itu pada tiap warga dimasa hidupnya karena merasa mereka warga asli dilingkungan itu dan dikelilingi oleh keluarga dan saudaranya.

Hingga mereka sering terlibat keributan dengan warga warga sekitar jika mereka tidak senang dengan warga itu.

Mayat Tatik, Irfan dan Sulis dibawa keluar dengan tandu oleh petugas  paramedis, memasukkannya ke dalam mobil ambulance, garis pembatas dari Kepolisian terpasang, polisi mengamankan warga warga untuk tidak mendekat.

"Kok makin kesini, makin sering pembunuhan terjadi dilingkungan kita ya, makin serem jadinya." Ujar Wiwin , warga lingkungan itu.

"Iya yaa, padahal udah setahun lebih gak pernah ada kejadian seperti ini lagi." Ujar Lastri, warga lain yang ada dilingkungan itu.

Tampak Erte Samsir sedang bicara dengan petugas polisi didepan rumah almarhum Riyadi.

"Apa malam itu diadakan ronda pak?" Tanya Polisi.

"Ya tiap malam ada ronda dari warga yang dapat giliran mengambil jimpitan kerumah rumah warga Pak, masing masing 4 orang mendapat giliran ronda tiap malam." Jelas Erte Samsir.

   Jimpitan itu artinya mengambil uang yang diletakkan tiap warga didepan rumah disebuah wadah untuk diambil petugas ronda sebagai uang kas erte setiap malamnya.

"Malam itu saya sendiri yang bertugas meronda bersama satu warga bernama Selamet Pak, karena yang dua berhalangan hadir." Ujar Erte Samsir.

"Seperti biasa kalo ronda, setelah mengambil jimpitan, kami pasti nongkrong di depan aula pertemuan erte dan menghitung uang hasil jimpitan, lalu kemudian pulang kerumah masing masing." Ujar Erte Samsir.

"Sampai jam berapa pak ?" Tanya Polisi lagi.

"Malam itu sampai jam satu malam pak, kami pulang karena mulai hujan." Jelas Erte Samsir.

Polisi mengangguk mengerti, dan mencatat semua keterangan dari erte Samsir tersebut.

"Baiklah Pak, untuk sementara cukup, terima kasih atas kerjasamanya, jika kami membutuhkan keterangan bapak, Bapak bersedia kan datang ke kantor ?" Ujar Polisi pada erte Samsir.

"Siap Pak, kapan saja saya siap jika dibutuhkan." Ujar Erte Samsir pada Polisi. Mobil ambulance pergi dari tempat itu membawa jenazah Tatik, Irfan dan Sulis di iringi para warga yang ramai menonton.

Setelah kepergian mobil ambulance, beberapa petugas polisi pun pergi dari situ, warga warga pun mulai membubarkan diri mereka.

Dirumah Riyadi, masih ada petugas polisi yang berjaga didepan rumah dan petugas Forensik yang ada didalam rumah Riyadi sedang memeriksa tempat kejadian perkara.

Salah satu petugas polisi yang berkeliling disekitar gang rumah Riyadi mendekati erte Samsir yang masih ada disitu.

"Pak Samsir, Apa Bapak tahu pemilik rumah itu?" Petugas Polisi bertanya pada erte Samsir sambil menunjuk rumah Yana yang tepat berada disamping rumah Riyadi.

"Oh, itu rumah bu Yana Pak, salah satu warga saya, cuma udah setahun ini rumah itu kosong karena beliau sekeluarga pindah ke daerah Jetak, suaminya merantau kerja di Jakarta." Jelas erte Samsir.

"Memang kenapa Pak ?" Tanya erte Samsir lagi.

"Saya cuma mau cek rekaman cctv yang ada dirumah itu, Saya lihat rumah itu dipasangi cctv dibagian luar rumah, mungkin dari rekaman cctv bisa ada hasil untuk kasus ini." Jelas Polisi pada erte Samsir.

"Oh, baik pak, coba saya hubungi bu Yana nya dulu ya, biar beliau datang ke sini." Ujar erte Samsir.

"Siap Pak." Ujar Polisi, Lalu erte Samsir mengambil ponselnya dan menelpon Yana.

Di Cafe nya, Yana tampak sedang menerima telepon dari Pak erte Samsir.

"Baik Pak erte, segera saya kesana." Ujar Yana menutup teleponnya.

"Aku kerumah lama dulu mas, erte Samsir nyuruh aku datang." Ujar Yana pada Herry yang ada disitu sedang merapikan makanan makanan dietalase Cafe.

"Ada apa ? Tumben tuh erte." Tanya Herry.

"Gak tau, kayaknya penting." Ujar Yana menggelengkan kepalanya.

"Aku pegi dulu mas." Pamit Yana pada Herry.

"Iya." Herry menjawab.

Yana lalu pergi , naik ke motornya, memakai masker dan helm, lalu menyalakan mesin motornya, untuk kemudian menjalankan motornya dan pergi meninggalkan Herry yang ada di Cafe itu.

Petugas Forensik yang bertugas ditempat kejadian perkara sudah selesai menjalani tugasnya, mereka keluar dari dalam rumah membawa semua peralatan mereka, masuk kedalam mobil mereka , Lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.

Erte Samsir dan Polisi tampak duduk di teras rumah Yana menunggu kedatangan Yana .

Tak berapa lama tampak motor Yana masuk ke gang lingkungan rumahnya.

"itu bu Yana Pak." Ujar erte Samsir pada Polisi, mereka lalu berdiri melihat kedatangan Yana.

Yana menghentikan motornya didepan Polisi dan erte Samsir, lalu melepaskan helm dan maskernya turun dari motor, melangkah mendekat.

Melihat ada Polisi disamping erte Samsir dan ada garis pembatas kepolisian disekitar rumah Riyadi, Yana bingung.

"Maaf lama nunggu Pak." Ujar Yana.

"Nggak kok bu." Jawab erte Samsir tersenyum.

"Sebenarnya ada apa ya Pak ?" Tanya Yana tidak mengerti yang terjadi.

"Maaf bu, saya dari kepolisian ingin meminta tolong kerjasama ibu dengan kami." Jelas Polisi.

"Dalam hal apa Pak ?" Tanya Yana pada Polisi.

"Boleh saya melihat rekaman cctv rumah ibu ?" Ujar Polisi pada Yana. Yana melirik erte Samsir.

"Bu Tatik sekeluarga mati dibunuh tadi malam bu, untuk itu Polisi datang menyelidiki kasus ini." Jelas erte Samsir pada Yana.

Yana yang mendengar Tatik sekeluarga dibunuh kaget tak percaya.

"Apaa ??"

"Jaa..di...Bu Tatik sekeluarga dibunuh ??" Tanya Yana kaget sekaget kagetnya tidak menyangka hal itu terjadi pada keluarga Riyadi.

"Iya bu, Polisi sedang menyelidikinya." Jelas erte Samsir pada Yana yang terdiam termangu tak percaya dengan apa yang terjadi, tampak dari wajahnya menunjukkan kebingungan dan kecemasan, Yana menarik nafasnya berat menatap erte Samsir dan Polisi yang bediri dihadapannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status