Share

Bab 4

Author: Umio
Aku menghentikannya tepat waktu dan berkata dengan dingin, “Aku hanya bekerja. Aku perlu menghasilkan uang.”

Lalu aku menghempaskan Lidya ke lantai.

Tenagaku lebih kuat karena aku tidak perlu diet untuk mempertahankan penampilanku.

Lidya tercengang. Dia tidak menyangka ternyata aku bisa begitu dingin dan tidak berperasaan.

Sejak kecil, aku selalu mengalah padanya, karena keluarga kami saat itu masih relatif bahagia.

Setelah kedua orang tuaku bercerai, aku menjadi lebih dingin.

Setelah masalah Jimmy berlalu, aku pun menjadi semakin cuek.

Melihat aku berdiri tak bergeming, mau tak mau Lidya pun pergi.

Tak lama kemudian, aku mulai merasakan rintangan dalam segala hal.

Lidya melakukan segala upaya yang bisa dia lakukan untuk membuatku merasakan konsekuensi dari apa yang disebutnya “serakah.”

Ban mobilku dilepas. Aku tersandung saat sedang mendiskusikan masalah proyek. Aku turun ke bawah untuk makan siang, ketika aku kembali, seseorang menaruh sekumpulan ular di meja kerjaku.

Dikemas dalam kotak.

Ini adalah hal yang paling aku takutkan.

Para rekan kerjaku tahu siapa yang sedang menyiksaku, jadi mereka mengabaikan kejadian-kejadian ini. Lagipula, tidak ada orang yang ingin menyinggung tunangan cukong mereka.

Hanya atasanku yang tidak tahan melihatnya dan bertanya padaku apakah perlu memberi tahu Tuan Jimmy, agar dia berbicara dengan Lidya.

“Lagipula, semua ini hanya salah paham. Aku tidak menyangka seorang selebritas wanita kalau cemburu bisa begitu menakutkan.”

Sambil menyeka cairan lengket yang “secara tidak sengaja” diciprat ke rambutku dan menggelengkan kepala.

“Nggak perlu. Terima kasih, Bos.”

Aku pikir, lama kelamaan Lidya pasti akan mengerti kalau aku hanya bekerja mencari uang, tidak akan berinteraksi dengan Jimmy lagi.

Seminggu kemudian, aku dan atasanku melakukan perjalanan dinas bersama. Secara kebetulan, kami bertemu Jimmy dan timnya yang mengunjungi Kota Nevon untuk inspeksi kerja.

Malam itu, kami pun makan malam bersama Jimmy dan timnya.

Jimmy tampak sangat bahagia. Dia minum bersama setiap orang yang bersulang dengannya, sampai akhirnya wajah Jimmy terlihat memerah.

Dia tidak bisa minum terlalu banyak.

Aku ingat pernah suatu ketika dia tiba-tiba mengajak minum, aku membeli beberapa kaleng koktail. Dia memelukku dan mengoceh sepanjang malam, bahkan meminta aku untuk membacakan dongeng Seribu Satu Malam.

“Bu Julia, kenapa kamu tidak bersulang denganku?”

Aku melirik orang-orang di sekelilingku, mereka juga balas menatapku.

“Ya, kamu sudah mendapat begitu banyak proyek dari Tuan Jimmy. Bagaimana mungkin kamu tidak bersulang dengannya?”

Orang yang di sampingku ikut membujuk.

Jimmy meletakkan tangannya di dagu, menunggu dengan penuh minat.

Aku pun berdiri. “Sebagai gantinya, aku minum teh saja. Tuan Jimmy juga bisa minum teh, biar tidak mabuk.”

“Wah, sungguh perhatian sekali.”

Bibir Jimmy sedikit melengkung, senyumnya agak nakal.

Malam itu, asistennya datang mencariku dan mengatakan kalau Tuan Jimmy mabuk, bersikukuh meminta asistennya datang menjemputku, agar aku bisa menjaganya.

Aku langsung menolak.

Saat tengah malam, teleponku berdering. Di balik telepon, dia memohon padaku dengan suara memeras.

“Julia, aku sakit perut. Datanglah kemari dan temani aku.”

Setelah kembali ke Kota Amedo, Jimmy memberikan sebuah proyek baru padaku.

Perencanaan dan pelaksanaan acara pembukaan mall baru dari salah satu anak perusahaan Sutejo Grup, dan acara-acara selanjutnya yang berjalan selama sebulan.

Senilai empat miliar.

Aku bisa mendapatkan komisi sebesar empat ratus juta, belum termasuk komisi tambahan lainnya.

Acara pun disusun dengan cepat. Pagi itu, lokasi acara berjalan sesuai rencana, sudah banyak orang yang tiba di lokasi.

Saat itu, aku sedang mendiskusikan naskah dengan pembawa acara.

Acaranya sangat meriah, ada ratusan peserta yang hadir demi memenangkan undian berhadiah.

Selain itu, juga ada undian berhadiah selama acara siaran langsung. Saat itu, sudah ada puluhan ribu peserta yang berdatangan.

Semuanya berjalan lancar.

Tiba-tiba, entah sejak kapan Lidya datang, tahu-tahunya dia sudah berjalan ke atas panggung dan mengambil mikrofon dari sang pembawa acara.

“Terima kasih, Julia. Kamu sudah menyiapkan panggung dan siaran langsung. Kebetulan sekali, aku mau pinjam sebentar!”

Itu adalah Lidya.

Layar LED pun memutar rekaman CCTV hotel.

Di layar muncul adegan saat aku mengetuk pintu kamar Jimmy malam itu.

Semua orang menatapku, berbagai macam penghinaan dan serangan pun terlontar keluar.

“Dia terlihat jujur, tapi moral seseorang memang tidak bisa dinilai dari penampilannya.”

“Benar, dia terlalu ambisius, bahkan berani berebut pria dengan aktris.”

“Kalau aku sebagai Lidya, aku pasti akan memboikotnya dari industri ini.”

Wajah Lidya tampak berseri-seri tersenyum penuh dengan kemenangan, lalu mengarahkan jari telunjuknya ke arahku.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Mirip Tapi Bukan Orang yang Sama   Bab 9

    Cerita TambahanPOV JimmySetelah tidak bisa melihat, hidupku bagai sudah kehilangan tujuan.Lidya membawaku ke sebuah rumah dan berjanji akan selalu merawatku.Aroma parfum yang dia pakai begitu kuat hingga terasa begitu menusuk hidung. Setelah itu, dia pun memelukku dengan seadanya dan agak acuh tak acuh.Kemudian dia berkata kalau dia harus pergi syuting.Aku duduk sendirian di ruangan yang kosong itu cukup lama. Sampai menjelang senja, anak-anak yang ada di lantai bawah mulai bermain.Aku merasa lapar dan mulai meraba-raba dan mencari air minum.Pintu tiba-tiba terbuka.Saat wanita itu berjalan menghampiriku, rasanya aku ingin tertawa.Janji setia yang Lidya bilang, ternyata hanyalah sebuah kebohongan.Aroma yang tercium dari wanita ini sangat berbeda dengan Lidya.Hampir tidak berbau.Temperamen dan kepribadiannya juga sangat berbeda.Wanita ini agak pendiam, tetapi dia cukup teliti dan penuh perhatian saat menjagaku.Namun saat itu, aku tidak memiliki kesabaran untuk merasakan ke

  • Mirip Tapi Bukan Orang yang Sama   Bab 8

    Kemudian, dari ucapan ibuku, Jimmy tahu kalau aku akan ke luar negeri.“Tidak boleh pergi.”Dia menyerahkan semua pekerjaannya waktu dekat pada wakilnya, lalu mengikutiku pergi ke mana pun.Saat aku membeli secangkir kopi saja, dia juga menunggu di sampingku dan membantuku membayar uang kopi.“Tuan Jimmy, bukankah kamu sudah terlalu mengurusiku?”“Nona Julia, tidak perlu sungkan. Ini memang kewajibanku.”Bahkan pembeli lain yang berdiri di samping kami pun ikut tertawa. Aku buru-buru menariknya kembali ke tempat duduk.“Lidya tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja.”Aku menatap Jimmy dengan nada mengingatkannya.Dia mencibir.Sebenarnya, aku juga tidak akan memaafkan Lidya begitu saja.Ibuku juga merupakan ibu kandung Lidya juga. Kok dia bisa begitu tega menindas ibu?Setelah aku pulang, aku pun begadang semalaman dan menulis artikel panjang lebar, lalu aku membeli ratusan juta kuota pemaparan berita.Keesokan harinya, semua perbuatan Lidya di masa lampau pun terungkap di semua plat

  • Mirip Tapi Bukan Orang yang Sama   Bab 7

    Sampai sekarang, aku masih kesal.Walau aku tidak seharusnya marah.Jimmy memelukku erat-erat. “Anak bodoh, dulu kukira kamu pintar sekali, tapi aku tidak menyangka kamu bisa sebodoh itu.”Aku berusaha melepaskan diri dengan menumbuk punggungnya. “Lepaskan! Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan.”Jimmy memegang erat pergelangan tanganku dengan satu tangan dan mengeluarkan ponselnya dengan tangan lainnya.“Lihatlah.”Itu adalah tangkapan layar berita tentang cedera Lidya dua tahun lalu. “Aku tahu semua yang Lidya lakukan, bahkan sebelum aku bisa melihat.”“Selain itu, anak haram ayahku juga selalu ingin mencelakaiku. Waktu itu kamu dipukul, sebenarnya itu juga perbuatan mereka.”Aku mendongak dengan wajah tidak percaya. “Jadi matamu, juga ...?”Jimmy mengangguk. “Bahkan sebelum aku bisa melihat, kudengar mereka sudah merencanakan untuk mencelakaimu. Mereka ingin melenyapkan wanita yang selalu merawatku.”Itulah sebabnya, selama beberapa tahun ini, sering ada berita tentang Lidya terl

  • Mirip Tapi Bukan Orang yang Sama   Bab 6

    Dia memanggil namaku dengan lembut.“Julia Rustadi.”Dia berdiri sangat dekat denganku, begitu dekat hingga kami bisa merasakan napas masing-masing.Dalam suasana seperti ini, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.Penonton mulai berceloteh.“Kebalikan yang mengejutkan? Jadi, dialah yang selama ini bersama Jimmy?!”“Omong-omong, wanita ini berwajah persis seperti Lidya.”“Memang sih, sepertinya satu-satunya perbedaan mereka hanyalah memakai riasan dan tanpa riasan.”Lidya melihat gelagat tidak baik ini, dia melangkah maju dan meraih lengan baju Jimmy.“Jimmy, jangan percaya padanya. Akulah orang yang selalu berada di sisimu...”Jimmy mengabaikan ucapan Lidya, hanya menatapku saja.Aku merasa kalah.Emosi meluap di hatiku, “Ya, memang aku yang memberikannya padamu.”Dia tersenyum. “Tapi aku hanya meniru Lidya dan merawatmu selama dua tahun demi uang.”“Ini hanya sebuah transaksi antara aku dan Lidya.”“Harap Tuan Jimmy maklum. Jangan terjerat dengan masa lalu lagi.”Setelah mengatakan it

  • Mirip Tapi Bukan Orang yang Sama   Bab 5

    “Beginilah imbasnya kalau kamu merayu tunangan orang lain!”Di tempat itu, tidak seorang pun yang berani menarik Lidya turun dari panggung, karena dia adalah tunangannya Jimmy.Dia memberi isyarat agar para hadirin tenang, lalu dia melanjutkan tuduhannya lagi.“Coba pikirkan, seorang perencana acara yang masih muda dan baru saja kembali ke tanah air mampu mengambil alih hampir seluruh kegiatan promosi dan iklan milik Sutojo Grup, dengan nilai proyek kumulatif melebihi puluhan miliar, dari komisi serta keuntungan lainnya bernilai setidaknya ratusan juta...”“Dia membangun reputasi atas kerja keras dan ketekunannya di industri ini, menjadi panutan bagi banyak orang untuk ditiru dan dikagumi.”“Semua orang mengira dia jenius, tetapi ternyata dia hanya mengandalkan transaksi tubuhnya... Tapi Julia, kenapa kamu tidak berpikir, Jimmy begitu mencintaiku, bagaimana mungkin dia bisa jatuh hati pada wanita liar sepertimu?”“Kamu mengorbankan tubuh dan reputasimu demi ratusan juta, dan sekarang k

  • Mirip Tapi Bukan Orang yang Sama   Bab 4

    Aku menghentikannya tepat waktu dan berkata dengan dingin, “Aku hanya bekerja. Aku perlu menghasilkan uang.”Lalu aku menghempaskan Lidya ke lantai.Tenagaku lebih kuat karena aku tidak perlu diet untuk mempertahankan penampilanku.Lidya tercengang. Dia tidak menyangka ternyata aku bisa begitu dingin dan tidak berperasaan.Sejak kecil, aku selalu mengalah padanya, karena keluarga kami saat itu masih relatif bahagia.Setelah kedua orang tuaku bercerai, aku menjadi lebih dingin.Setelah masalah Jimmy berlalu, aku pun menjadi semakin cuek.Melihat aku berdiri tak bergeming, mau tak mau Lidya pun pergi.Tak lama kemudian, aku mulai merasakan rintangan dalam segala hal.Lidya melakukan segala upaya yang bisa dia lakukan untuk membuatku merasakan konsekuensi dari apa yang disebutnya “serakah.”Ban mobilku dilepas. Aku tersandung saat sedang mendiskusikan masalah proyek. Aku turun ke bawah untuk makan siang, ketika aku kembali, seseorang menaruh sekumpulan ular di meja kerjaku.Dikemas dalam

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status