Share

Bab 3

Author: Umio
Selama dua tahun, aku tidak pernah merasa risih padanya, Jimmy tahu hal ini.

Awalnya, emosi Jimmy memang labil.

Aku mengambil cuti untuk menghabiskan waktu bersamanya setiap hari. Dia tidak mengucapkan apa-apa, begitu pula aku. Aku hanya berdiam diri di sisinya, menyadari setiap kebutuhannya.

Dia sering mengusirku, memaki aku munafik.

Di saat yang sama, dia juga mengamuk kesal sampai uratnya kelihatan. Melihat kondisinya yang seperti itu, aku sangat takut dia akan melukai dirinya sendiri.

Jadi, setelah dia memecahkan piring di lantai lagi, aku pun menciumnya.

Sampai aku menyadari tubuhnya menegang dan lehernya memerah, aku baru melepaskan diri dan berhenti menciumnya.

“Munafik, ‘kah?”

“Coba rasakan, apakah begini masih munafik?”

Aku terengah-engah, menarik tangannya yang lebih besar itu ke badanku.

Napasnya tersengal-sengal dan tidak teratur.

“Kamu telah menyia-nyiakan semua makanan yang aku siapkan. Sudahlah, kita nggak usah makan lagi.”

Aku menutupi rasa canggungku dengan sedikit amarah.

Dia memelukku, menundukkan kepala dan menciumku.

Malam itu, lampu di kamar tidur menyala hingga fajar menyingsing.

Setelah acara selesai, secara kebetulan aku melihat Lidya mengejar Jimmy, mencoba menjelaskan padanya.

Jimmy menarik Lidya ke dalam pelukannya, mengatakan kalau dia hanya menggoda Lidya.

“Aku tidak merasakan kamu risih padaku.”

Rasanya itu seperti memanjakan, seperti berlebihan.

“Akh, menyebalkan!”

Lidya menghentakkan kakinya dan bersikap genit, lalu melemparkan tatapan puas ke arahku yang berada tidak terlalu jauh dari mereka.

Untuk menghindari kritikan Lidya, aku memilih untuk tetap berada di kantor sebisa mungkin dan menghindari urusan koordinasi pekerjaan dengan Sutojo Grup.

Namun hari ini, atasanku mengatakan kalau Tuan Jimmy secara khusus memintaku mengerjakan proyek baru.

Berdiri di depan pintu kantornya, aku agak tertegun.

Sinar matahari tampak bersinar terang menembus jendela setinggi langit-langit. Jimmy sedang memejamkan mata dan beristirahat. Saat dia membuka mata, ruang waktu terasa seperti tumpang tindih.

Perasaanku seperti kembali ke masa lalu. Setiap kali pulang kerja, Jimmy akan duduk diam di bawah sinar matahari terbenam dan menungguku pulang.

“Bu Julia, aku ingin kamu mengawasi proyek pemasaran baru untuk Sutejo Grup.”

Aku terdiam, lalu menolak dengan sopan. “Tuan Jimmy, aku baru saja bergabung dengan perusahaan kami. Proyek sebesar ini...”

“Aku sudah meninjau acara-acara yang kamu jalankan sebelumnya. Proyek sebesar ini sebenarnya tidak sulit bagimu.”

Jimmy berbicara ceplas ceplos. Setelah selesai mengatakannya, dia menatapku dengan tatapan tajam, seakan-akan aku tidak boleh menolaknya.

Siapa sangka pemuda dengan tatapan polos ini kini bisa memikat orang lain hanya dengan sekali pandang?

Ekspresinya yang santai itu jutru penuh tekad bulat, seolah-olah dia sedang memberitahuku kalau aku harus menerima proyek ini hari ini.

“Apalagi, kamu juga nggak punya terlalu banyak uang. Di usiamu ini, wajar saja kalau mendambakan ketenaran dan kekayaan. Lagi pula, kamu juga tidak punya kualifikasi untuk hidup bermalas-malasan dan tidak melakukan apa-apa.”

Kata-katanya lugas dan tepat sasaran. Aku memang berasal dari keluarga miskin dan mendambakan ketenaran dan kekayaan. Di saat yang sama, aku juga memiliki kemampuan untuk mengerjakan proyek ini.

Satu-satunya hal yang menjadi pertimbanganku hanyalah kerumitan dalam hal lain saja.

Sejak saat itu, segalanya menjadi tidak terkendali.

Aku ditunjuk secara langsung untuk bertanggung jawab menangani semua urusan yang berkaitan dengan Sutejo Grup dengan perusahaan kami.

Meskipun proyek-proyek itu bukan direncanakan aku secara pribadi, aku tetap bertanggung jawab. Akibatnya, aku pun mendapatkan komisi terbanyak.

Jimmy tidak lagi mencariku secara individual, melainkan lewat asisten pribadinya yang bertindak atas namanya, untuk menanyakan tingkat kesulitan pekerjaanku dan menawarkan bantuan tambahan untuk membantuku menyelesaikan pekerjaan.

Aku menolak semua bantuan yang tidak berhubungan dengan urusan proyek.

Namun sebuah kontrak perjanjian akhirnya dibantingkan di hadapanku.

Kemarahan Lidya tampak dibesar-besarkan.

“Julia, kamu benar-benar wanita sialan! Sudah kubilang kamu harus menjauhi Jimmy, apa kamu tuli?”

Meskipun kami saudara kembar, kepribadian Lidya lebih mirip ayahku.

Lima belas tahun yang lalu, ayahku rela meninggalkan istri dan anak-anaknya demi uang dan ketenaran, dia menikahi wanita bermarga Kumala dan masuk ke keluarga Kumala yang kaya dan berkuasa.

Dengan segala daya upaya, Lidya memohon pada ayah, dia mengatakan kalau dirinya akan mengganti nama belakangnya dan tidak akan pernah bertemu dengan ibu atau aku lagi. Ayah merasa iba dan semangatnya dalam mengejar kehidupan lebih baik”, jadi ayah pun membawa Lidya pergi bersamanya.

Setelah itu, kami tidak pernah bertemu lagi.

Hingga suatu hari kemudian, tuan muda Keluarga Sutojo yang pada saat itu bertunangan dengan Lidya, tiba-tiba menjadi buta.

Sebagai artis yang baru debut, Lidya takut berita negatifnya terbongkar, jadi dia tidak bisa meninggalkan Jimmy, tunangannya itu begitu saja. Karena itulah, dia datang mencariku dan memintaku menjaga pria itu dengan imbalan.

Tentu saja, setelah Jimmy bisa melihat kembali, hal yang paling Lidya inginkan adalah aku menghilang dari dunia ini.

Atau setidaknya, aku tidak muncul di hadapan mereka.

Jadi sekarang, kebencian Lidya pun meluap. Dia mencengkeram leherku dan tangannya hendak menamparku

“Kamu terlalu serakah!”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mirip Tapi Bukan Orang yang Sama   Bab 9

    Cerita TambahanPOV JimmySetelah tidak bisa melihat, hidupku bagai sudah kehilangan tujuan.Lidya membawaku ke sebuah rumah dan berjanji akan selalu merawatku.Aroma parfum yang dia pakai begitu kuat hingga terasa begitu menusuk hidung. Setelah itu, dia pun memelukku dengan seadanya dan agak acuh tak acuh.Kemudian dia berkata kalau dia harus pergi syuting.Aku duduk sendirian di ruangan yang kosong itu cukup lama. Sampai menjelang senja, anak-anak yang ada di lantai bawah mulai bermain.Aku merasa lapar dan mulai meraba-raba dan mencari air minum.Pintu tiba-tiba terbuka.Saat wanita itu berjalan menghampiriku, rasanya aku ingin tertawa.Janji setia yang Lidya bilang, ternyata hanyalah sebuah kebohongan.Aroma yang tercium dari wanita ini sangat berbeda dengan Lidya.Hampir tidak berbau.Temperamen dan kepribadiannya juga sangat berbeda.Wanita ini agak pendiam, tetapi dia cukup teliti dan penuh perhatian saat menjagaku.Namun saat itu, aku tidak memiliki kesabaran untuk merasakan ke

  • Mirip Tapi Bukan Orang yang Sama   Bab 8

    Kemudian, dari ucapan ibuku, Jimmy tahu kalau aku akan ke luar negeri.“Tidak boleh pergi.”Dia menyerahkan semua pekerjaannya waktu dekat pada wakilnya, lalu mengikutiku pergi ke mana pun.Saat aku membeli secangkir kopi saja, dia juga menunggu di sampingku dan membantuku membayar uang kopi.“Tuan Jimmy, bukankah kamu sudah terlalu mengurusiku?”“Nona Julia, tidak perlu sungkan. Ini memang kewajibanku.”Bahkan pembeli lain yang berdiri di samping kami pun ikut tertawa. Aku buru-buru menariknya kembali ke tempat duduk.“Lidya tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja.”Aku menatap Jimmy dengan nada mengingatkannya.Dia mencibir.Sebenarnya, aku juga tidak akan memaafkan Lidya begitu saja.Ibuku juga merupakan ibu kandung Lidya juga. Kok dia bisa begitu tega menindas ibu?Setelah aku pulang, aku pun begadang semalaman dan menulis artikel panjang lebar, lalu aku membeli ratusan juta kuota pemaparan berita.Keesokan harinya, semua perbuatan Lidya di masa lampau pun terungkap di semua plat

  • Mirip Tapi Bukan Orang yang Sama   Bab 7

    Sampai sekarang, aku masih kesal.Walau aku tidak seharusnya marah.Jimmy memelukku erat-erat. “Anak bodoh, dulu kukira kamu pintar sekali, tapi aku tidak menyangka kamu bisa sebodoh itu.”Aku berusaha melepaskan diri dengan menumbuk punggungnya. “Lepaskan! Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan.”Jimmy memegang erat pergelangan tanganku dengan satu tangan dan mengeluarkan ponselnya dengan tangan lainnya.“Lihatlah.”Itu adalah tangkapan layar berita tentang cedera Lidya dua tahun lalu. “Aku tahu semua yang Lidya lakukan, bahkan sebelum aku bisa melihat.”“Selain itu, anak haram ayahku juga selalu ingin mencelakaiku. Waktu itu kamu dipukul, sebenarnya itu juga perbuatan mereka.”Aku mendongak dengan wajah tidak percaya. “Jadi matamu, juga ...?”Jimmy mengangguk. “Bahkan sebelum aku bisa melihat, kudengar mereka sudah merencanakan untuk mencelakaimu. Mereka ingin melenyapkan wanita yang selalu merawatku.”Itulah sebabnya, selama beberapa tahun ini, sering ada berita tentang Lidya terl

  • Mirip Tapi Bukan Orang yang Sama   Bab 6

    Dia memanggil namaku dengan lembut.“Julia Rustadi.”Dia berdiri sangat dekat denganku, begitu dekat hingga kami bisa merasakan napas masing-masing.Dalam suasana seperti ini, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.Penonton mulai berceloteh.“Kebalikan yang mengejutkan? Jadi, dialah yang selama ini bersama Jimmy?!”“Omong-omong, wanita ini berwajah persis seperti Lidya.”“Memang sih, sepertinya satu-satunya perbedaan mereka hanyalah memakai riasan dan tanpa riasan.”Lidya melihat gelagat tidak baik ini, dia melangkah maju dan meraih lengan baju Jimmy.“Jimmy, jangan percaya padanya. Akulah orang yang selalu berada di sisimu...”Jimmy mengabaikan ucapan Lidya, hanya menatapku saja.Aku merasa kalah.Emosi meluap di hatiku, “Ya, memang aku yang memberikannya padamu.”Dia tersenyum. “Tapi aku hanya meniru Lidya dan merawatmu selama dua tahun demi uang.”“Ini hanya sebuah transaksi antara aku dan Lidya.”“Harap Tuan Jimmy maklum. Jangan terjerat dengan masa lalu lagi.”Setelah mengatakan it

  • Mirip Tapi Bukan Orang yang Sama   Bab 5

    “Beginilah imbasnya kalau kamu merayu tunangan orang lain!”Di tempat itu, tidak seorang pun yang berani menarik Lidya turun dari panggung, karena dia adalah tunangannya Jimmy.Dia memberi isyarat agar para hadirin tenang, lalu dia melanjutkan tuduhannya lagi.“Coba pikirkan, seorang perencana acara yang masih muda dan baru saja kembali ke tanah air mampu mengambil alih hampir seluruh kegiatan promosi dan iklan milik Sutojo Grup, dengan nilai proyek kumulatif melebihi puluhan miliar, dari komisi serta keuntungan lainnya bernilai setidaknya ratusan juta...”“Dia membangun reputasi atas kerja keras dan ketekunannya di industri ini, menjadi panutan bagi banyak orang untuk ditiru dan dikagumi.”“Semua orang mengira dia jenius, tetapi ternyata dia hanya mengandalkan transaksi tubuhnya... Tapi Julia, kenapa kamu tidak berpikir, Jimmy begitu mencintaiku, bagaimana mungkin dia bisa jatuh hati pada wanita liar sepertimu?”“Kamu mengorbankan tubuh dan reputasimu demi ratusan juta, dan sekarang k

  • Mirip Tapi Bukan Orang yang Sama   Bab 4

    Aku menghentikannya tepat waktu dan berkata dengan dingin, “Aku hanya bekerja. Aku perlu menghasilkan uang.”Lalu aku menghempaskan Lidya ke lantai.Tenagaku lebih kuat karena aku tidak perlu diet untuk mempertahankan penampilanku.Lidya tercengang. Dia tidak menyangka ternyata aku bisa begitu dingin dan tidak berperasaan.Sejak kecil, aku selalu mengalah padanya, karena keluarga kami saat itu masih relatif bahagia.Setelah kedua orang tuaku bercerai, aku menjadi lebih dingin.Setelah masalah Jimmy berlalu, aku pun menjadi semakin cuek.Melihat aku berdiri tak bergeming, mau tak mau Lidya pun pergi.Tak lama kemudian, aku mulai merasakan rintangan dalam segala hal.Lidya melakukan segala upaya yang bisa dia lakukan untuk membuatku merasakan konsekuensi dari apa yang disebutnya “serakah.”Ban mobilku dilepas. Aku tersandung saat sedang mendiskusikan masalah proyek. Aku turun ke bawah untuk makan siang, ketika aku kembali, seseorang menaruh sekumpulan ular di meja kerjaku.Dikemas dalam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status