Share

Misi Rahasia : Istri Bayaran CEO Impoten
Misi Rahasia : Istri Bayaran CEO Impoten
Penulis: Harucchi

1. Pria Misterius

Penulis: Harucchi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-12 19:19:56

"Saya nggak tahu alasan kamu ingin mati. Tapi dengarkan saya dulu!" 

Persetan. Sara mengangkat satu kakinya—siap melompat dari ujung beton di atap gedung mall lima lantai. Susah-susah dia menyelinap ke atap, seorang pria asing malah memergoki upayanya mengakhiri hidup.

Detik berikutnya, tubuh Sara melayang. Bukan ke depan, melainkan ke belakang. Pria itu menarik tangannya dalam satu hentakan cepat.

"Aakh!" Badannya berakhir terhempas di atas tubuh pria itu. Napas mereka beradu di udara.

Sial! Sara bangkit duduk dengan hati berang. Amarahnya semakin memuncak setelah menyadari pergelangan tangannya dicengkram erat.

"Lepas! Kenapa kamu tarik saya? Mau kamu apa?" 

Pria itu bangkit duduk perlahan, nafasnya masih tak beraturan. "Nggak akan saya lepas. Saya perlu pastikan kamu nggak akan kembali melompat." Ujarnya dingin. 

Tatapannya tajam penuh intimidasi. Alis tebalnya menyorot dingin penuh tekanan. Tangannya mengunci erat lengan Sara, seolah tak ada cela.

Sara kembali meronta, "Kamu nggak tahu apa-apa! Nggak ada gunanya saya hidup!" Jeritnya dengan tenggorokan tercekat.

Namun pria berkemeja rapi itu bergeming, menatapnya lekat dan tajam. "Kamu ...." dia terdiam, matanya menelisik wajah dan penampilan Sara. " ... kamu harus ikut saya." Pria itu berdiri, tanpa melepas tangan Sara.

Sara yang tercengang tak mampu berkutik lantaran tangannya dicengkeram. "Tunggu! Lepaskan dulu!"

Pria semampai itu menyeret Sara menuruni tangga darurat, lalu masuk ke sebuah butik pakaian mahal di dalam mall. 

"Saya akan kasih kamu jalan keluar ... selain bunuh diri. Sekarang, ganti dulu pakaianmu." Ucapnya tegas lalu melepas tangan Sara.

Kening Sara berkerut. Walau bingung, sesungguhnya dia penasaran dengan maksud pria ini. 

Dengan bantuan pelayan toko, Sara dipilihkan dress elegan yang cantik. Anehnya, pria asing itu terus-terusan mengecek arloji, seolah dikejar waktu.

Di kamar ganti, Sara menunduk menatap seragam SPG yang dia kenakan sekarang. Dibentangkannya gaun putih gading yang dia terima. Matanya menilai, menebak untuk apa dia diminta memakai baju semewah ini. 

Gadis itu lalu mendengus dengan senyum getir. Apa dia akan dijual ke rumah bordil? 

Sara menghela napas. Sejujurnya, dia lelah. Berangkat kerja, dia ditindas senior-seniornya, pulang ke rumah, Paman dan Bibinya menyiksa dengan pukulan dan setumpuk pekerjaan rumah. 

Tubuh dan mentalnya seolah tak diberi jeda untuk istirahat.

Jikal ada hal yang membuat Sara ingin bertahan hidup, itu hanyalah Papa. Sara hanya ingin Papanya yang tidak bersalah dibebaskan dari penjara. Dia hanya ingin keadilan untuk Papanya yang dijebak, dan hukuman seumur hidup yang dijatuhkan atas suapan penguasa itu berakhir dihapuskan. 

Sayangnya, semua itu butuh uang yang sangat banyak.

Begitu Sara keluar dari ruang ganti, dia menemukan pria itu sedang balik menatapnya lekat. 

"Pak ... "

"Panggil saya Vincent. Kamu?"

"Sara. Kita mau ke mana?"

"Nanti kamu akan tahu."

Sara semakin terheran ketika dia diajak masuk ke dalam sebuah mobil mewah. Menilai dari penampilan rapi, merek jam tangan dan mobilnya, Vincent sepertinya berasal dari kalangan atas.

Sara mengeratkan tangan pada sabuk pengaman, semakin curiga dia akan dijual sebagai pekerja seks. Vincent sendiri tidak membuka suara. Kendaraan yang dikemudikannya melaju sangat kencang, seakan dia takut terlambat menghadiri sesuatu. 

Tiba-tiba Vincent menyambungkan telepon menggunakan loudspeaker ponsel.

"Halo, Pak Vincent."

"Semuanya masih di sana?"

"Masih. Semua menunggu Pak Vincent."

"Bagus. Instruksi yang sebelumnya batal. Saya sudah menemukan orang yang tepat."

"Baik, Pak."

Panggilan ditutup. Sara semakin mengerutkan kening. "Kita mau melakukan apa?"

"Apapun yang saya lakukan, kamu cukup ikuti. Saya janji akan bayar mahal."

Sara menatap Vincent ragu. Segenap tanya berkecamuk di kepala. Sebenarnya apa yang akan dia lakukan?

Sara bisa saja kabur. Namun, diam-diam dia menaruh harapan, bahwa dia menemukan tempat lain yang lebih baik dari hidupnya yang sekarang, tanpa harus mati.

Mobil yang dikendarai Vincent sampai di sebuah mansion mewah, semakin meyakinkan Sara bahwa Vincent bukan orang sembarangan. Sebelum turun, pria itu meminta Sara merapikan riasan secara singkat.

Vincent lalu mengajak Sara menuju sebuah ruangan dengan meja makan besar di tengah, tampak beberapa orang sudah duduk bersiap makan.

Semua tercengang dengan kehadiran Vincent bersama Sara.

"Vincent? Katanya kamu lagi site visit ekspansi Aqua mall? Kamu ... sama siapa?" Seorang wanita paruh baya dengan kalung mutiara bersuara.

"Kakek, Deana, Mama, ini Sara ... calon istriku."

Wajah-wajah itu terperangah. Bahkan Sara sendiri membuka mulutnya tak menyangka. Ingin rasanya berteriak 'kamu gila?', tetapi Vincent memperingatkannya untuk menurut.

"Akhir bulan ini kami akan menikah, secara private." Vincent menggenggam tangan Sara. Di tengah ketidaknyamanan, Sara berusaha menahan diri untuk tidak memberontak.

Ini hanya sandiwara sejenak saja kan? 

"Lagipula, Deana juga menolak untuk rujuk. Kakek, seperti yang kakek minta, saya akan segera memiliki pernikahan yang utuh. Syarat pengalihan kepemilikan perusahaan sebentar lagi bisa saya penuhi."

Seorang kakek di ujung meja tertawa pelan. "Bagus. Kakek tunggu cerita kamu tentang Sara. Kalau mempertahankan pernikahan saja kamu gagal, bagaimana bisa kamu menjaga perusahaan besar?"

"Hentikan sandiwara konyolmu, Vincent! Kamu menyakiti Deana!"

"Nggak apa-apa, Ma. Kami memang nggak berniat rujuk...." Seorang wanita cantik yang duduk di sana beralih menatap Sara tajam. " ... setidaknya untuk sekarang."

Sara mendongak menatap Vincent ragu. Tanpa diduga, pria itu membalas tatapan Sara penuh kehangatan. Tangannya berpindah ke pundak Sara, mengusapnya lembut. Senyumnya membius pikiran Sara.

Sebuah kecupan selama dua detik mendarat di puncak kepala Sara. Sepasang mata gadis itu membelalak. Sesuatu berdesir dalam dadanya.

Untuk sejenak, Sara merasa seperti kembali memiliki 'rumah'. Namun gadis itu lekas tersadar, semua ini hanya kepalsuan semata.

***

Setelah melewati makan siang penuh ketegangan dan pandangan sinis, Sara memohon izin menggunakan toilet. Wanita cantik yang sejak tadi dipanggil Deana lalu bangkit, "Biar kuantar."

Di tengah langkah menuju toilet, perempuan itu bertanya tajam, "Kamu dipungut Vincent dari mana?"

Sara menghela napas berat, memilih tidak menjawab.

"Baju, tas dan sepatu kamu jomplang brand-nya. Kuakui kamu cantik. Tapi penampilan kamu kentara tambalan."

"Bisa langsung ke intinya?" Sara sudah memegang kenop pintu. Namun berhenti demi menunggu jawaban Deana.

"Walau kami sudah cerai, aku yakin Vincent masih mencintaiku. Kamu pasti cuma dibayar untuk sandiwara sesaat. Kuperingatkan. Dia punya masalah kejantanan. Jangan berharap apapun darinya."

Sara memutar bola mata, mana dia peduli. Dia toh akan dibuang setelah ini. Langkahnya lalu diayun masuk ke dalam toilet. Dari balik pintu toilet, saat dia sedang berkaca di depan wastafel, samar terdengar suara Deana.

"Halo. Aku mau kamu selidiki wanita bernama Sara yang hari ini dibawa pulang Vincent. Cari tahu latar belakangnya, dan apa yang dia inginkan."

Sara menyeringai tipis sebelum membuka kran wastafel. Mati. Itu yang dia inginkan.

Setelah keluar, Sara tidak lagi menemukan Deana. Justru dilihatnya Vincent sedang bersandar di salah satu dinding.

"Sara, ke sini sebentar." Vincent mengajaknya ke sebuah balkon dengan pemandangan kolam renang. 

"Sara." Pemuda itu berdiri di hadapan Sara.

"Satu miliar, dan menikah dengan saya. Atau kamu memilih kembali mengakhiri hidup? Pernikahan ini hanya sebatas status. Kamu nggak perlu penuhi kewajiban sebagai istri. Kamu setuju?"

Satu miliar. Sara bisa membayar pengacara mahal, membuka kembali kasus Papa, menyuap saksi yang dibungkam, dan akhirnya menjemput kebebasan Papa. Senyum, tawa, pelukan hangat Papa, semua itu ... bukan lagi mimpi?

"Deal. Satu miliar."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Misi Rahasia : Istri Bayaran CEO Impoten   5. Satu Pelukan Satu Hari

    "SARA!" Vincent sontak bangkit dari lantai, menghampiri Sara yang kini terkapar dengan kerangka lampu gantung menimpa punggungnya. Pecahan dan serpihan lampu kaca bertebaran di mana-mana. Jantungnya berdebar hebat selagi dia menyingkirkan kerangka lampu dan pecahan kaca dari atas punggung Sara hingga kemudian ....Sekujur tubuh Vincent rasanya menegang. Sara terpejam. Cairan merah menggenang, perlahan meluas dari balik lengan Sara. Dengan napas memburu, Vincent mengangkat Sara ke pangkuannya."Sara kamu dengar saya?"Kepala gadis itu terkulai, dadanya penuh noda merah. Tak mendapati respon apapun dari Sara, Vincent merasa darahnya berhenti mengalir.Beberapa pelayan dan asisten Vincent datang mendekat."Saya panggilkan ambulan, ya Pak?" Seorang asisten Vincent yang berjas rapi menyahut panik.Vincent menoleh cepat. Matanya merah dan nyalang, "Nggak sempat! Siapkan mobil. Sekarang!" ***Vincent duduk di sebuah sofa kamar rawat VVIP. Tangannya ditangkupkan di depan dahi selagi matan

  • Misi Rahasia : Istri Bayaran CEO Impoten   4. Tragedi

    "A-aku terlanjur menyukaimu!"Vincent menatap Sara dalam hening selama beberapa detik. Benaknya sibuk menebak, motif apa yang sedang disembunyikan perempuan ini.Karena sungguh, pengalamannya dengan Deana membuat Vincent tidak ingin lagi mudah percaya dengan ucapan wanita. Apalagi, Sara sudah berbohong soal Papanya. Bukan mustahil akan ada kebohongan lain setelahnya.Vincent meloloskan dengusan sinis. Dia bangkit dan melangkah mendekati Sara. Gadis itu sedikit mundur, tampak mencoba berdiri kokoh walau gemetar."Kamu pikir saya percaya?" Vincent menunduk menatap Sara, matanya memicing.Sara mengedip beberapa kali, terlihat ragu sebelum menjawab, "Memangnya aneh kalau ... aku menyukaimu?" Ucapnya pelan.Vincent melengos. Takjub gadis ini keras kepala dengan argumennya.Tentu saja dia merasa tidak masuk akal dengan pengakuan gadis ini. Sikap Sara sejak pertama bertemu sama sekali tidak menunjukkan kalau dia menyukai Vincent—tidak ada gelagat malu-malu maupun gugup, yang ada tatapan putu

  • Misi Rahasia : Istri Bayaran CEO Impoten   3. Aku menyukaimu

    Ini mencurigakan.Walau pulang terlalu larut, tetapi ... tidak ada lemparan remote TV, atau jambakkan rambut seperti yang Sara duga. Dia sampai di gudang—alias kamarnya, dengan selamat walau diiringi suara tertawaan Paman dan Bibi sepanjang langkah. Usai menghela napas panjang, Sara menghempaskan tasnya ke lantai. Dia beralih ke tumpukan kardus di ujung ruangan—tempat dia menyimpan pakaian, hendak mengganti pakaian tidur.Namun, betapa terkejut Sara menemukan semua isi kardus itu kosong dan bersih. Semua pakaiannya tidak ada! Napasnya seketika memburu. Pikirannya melayang pada sikap Paman dan Bibi yang terlalu santai meski dia pulang terlambat. Rupanya, pakaian bersih Sara yang jadi sasaran. Ini bukan pertama kalinya.Langkahnya tergopoh menuju tempat di mana baju Sara pernah berakhir mengenaskan. Di dalam tempat sampah? Tidak ada. Di dalam WC? Tidak ada. Sara berlari ke halaman depan, mencari-cari jejak sisa pembakaran, namun tidak juga dia temukan.Tiba-tiba terdengar suara tawa B

  • Misi Rahasia : Istri Bayaran CEO Impoten   2. Misi Rahasia

    ["Dengar, Sara. Aku punya banyak koneksi dan kuasa. Papamu bisa bebas dengan mudah dari penjara kalau kamu bersedia lakukan sesuatu untukku. - Deana"]Kedua mata Sara membelalak. Napasnya tercekat. Dalam hitungan hari, Deana bisa tahu bahwa Papa Sara berada di penjara. Itu sudah cukup membuktikan bahwa Deana bukan orang sembarangan.Seorang asisten desainer mendekat dan membantu menyusun lekukan gaun Sara, kemudian sebuah pesan baru kembali masuk.["Aku tahu pernikahan kalian palsu. Vincent hanya pernah dan masih mencintaiku. Dulu, aku diceraikan karena dia sakit hati dengan kata-kataku setelah aku tahu kalau dia impoten. Dia laki-laki gagal, padahal aku hanya butuh keturunan darinya."]Sara menoleh ke belakang—melihat Vincent sedang berbincang akrab dengan desainer pakaian pengantin yang bekerjasama dengannya. Setelah memastikan Vincent masih sibuk, Sara mengetik pesan dengan tangan gemetar.["Apa maumu?"]Pesan balasan dari Deana masuk dalam hitungan detik.["Goda dia. Buat dia semb

  • Misi Rahasia : Istri Bayaran CEO Impoten   1. Pria Misterius

    "Saya nggak tahu alasan kamu ingin mati. Tapi dengarkan saya dulu!" Persetan. Sara mengangkat satu kakinya—siap melompat dari ujung beton di atap gedung mall lima lantai. Susah-susah dia menyelinap ke atap, seorang pria asing malah memergoki upayanya mengakhiri hidup.Detik berikutnya, tubuh Sara melayang. Bukan ke depan, melainkan ke belakang. Pria itu menarik tangannya dalam satu hentakan cepat."Aakh!" Badannya berakhir terhempas di atas tubuh pria itu. Napas mereka beradu di udara.Sial! Sara bangkit duduk dengan hati berang. Amarahnya semakin memuncak setelah menyadari pergelangan tangannya dicengkram erat."Lepas! Kenapa kamu tarik saya? Mau kamu apa?" Pria itu bangkit duduk perlahan, nafasnya masih tak beraturan. "Nggak akan saya lepas. Saya perlu pastikan kamu nggak akan kembali melompat." Ujarnya dingin. Tatapannya tajam penuh intimidasi. Alis tebalnya menyorot dingin penuh tekanan. Tangannya mengunci erat lengan Sara, seolah tak ada cela.Sara kembali meronta, "Kamu nggak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status