Share

Chapter 03

Cahaya perak terpancar begitu terang, saking terangnya membuat mata siapapun yang melihatnya akan merasa silau.

Namun, seolah tahu jika Viole kesulitan membuka matanya, cahaya perak itu meredup perlahan, hingga ke titik kedua iris mata hitam gadis itu tidak lagi merasa silau.

Cahaya terang perak terus bersinar lembut seperti mentari, menerangi tempat Viole berada. Lalu sebuah suara misterius muncul, berbisik halus di telinganya.

“Hai anak manusia berparas elok,”

Mendengar suara itu, seketika membuat mata Viole yang sebelumnya sayu, langsung melebar. Dirinya tidak salah dengar bukan? Apakah itu suara nyata atau khayalannya saja?

‘Jangan-jangan malaikat maut?’ batin Viole menduga suara itu adalah suara malaikat.

Kemudian, suara itu terdengar kembali. Namun kali ini ia terkekeh. Suara kekehannya seperti menertawakan nasib Viole yang sangat tidak beruntung.

Hal itu membuat Viole tersenyum kecut dalam angan. Bahkan malaikat maut pun menertawakan hidupnya yang sangat tidak lucu ini.

‘Menyedihkan,’ batin Viole mengatai dirinya sendiri.

"Ya, kamu sangat menyedihkan," balas suara misterius itu.

‘Serah lu aja deh Tuan Malaikat Maut,’

"Bisakah kamu mengulangi perkataanmu?”

Mendengar suara misterius itu meminta untuk mengulangi perkataannya, memunculkan suatu pertanyaan di benak Viole. Mungkin suara itu bukanlah suara malaikat maut, melainkan hantu?’

Namun Viole segera menepis pemikirannya sendiri tentang hantu, menurutnya hantu itu tidak ada. Didengar dari pertanyaan yang ia lontarkan sebelumnya, Viole merasa suara itu tidak paham dengan bahasa slank, sama seperti Zanquen.

Hal itu secara tidak langsung mengonfirmasi bahwa suara itu kemungkinan besar adalah makhluk dunia ini.

‘Kamu bukan malaikat, kamu siapa?’ tanya Viole pada suara itu.

Bukannya menjawab, suara itu malah terkekeh lagi. Kekehannya bahkan lebih lama dan keras dari sebelumnya. Kemudian berganti menjadi tertawa terbahak-bahak.

‘Nakutin banget, kaya Psikopath.’ batin Viole mendengar suara tawa itu sangat mengerikan.

Kemudian bersamaan dengan berhentinya suara tawa yang mengerikan dari suara misterius itu, alas lunak tempat Viole terbaring bergetar, seperti dilanda gempa bumi.

Kedua iris mata hitam Viole melirik sekitar. Lelehan air liur lengket mulai keluar dari sekitaran dinding yang berwarna merah muda itu. Nampak di mata Viole, air liur itu mengalir hingga mengenai gigi geraham di bagian ujung, tempat asal cahaya perak ini berasal.

"Menjijikkan tahu!" bentak sang misterius.

Mendengar suara itu membentak, terdengar pula nada bentakannya seolah ia sangat benci dengan air liur. Dugaan Viole jika suara itu berasal dari makhluk dunia ini pun semakin kuat.

Mungkin dia makhluk yang berukuran sangat kecil, dan bernasib sama dengannya, berakhir dimakan oleh si monster.

Kemudian, suatu perasaan heran terbersit di benak Viole. Kenapa dirinya sedari tadi tidak dikunyah oleh monster ini? Atau jangan-jangan, monster ini tidak langsung mengunyah mangsanya?

Dilihat dari banyaknya air liur yang keluar, apakah mungkin, jika monster ini meluruhkan mangsanya dengan air liur sebelum dikunyah?

‘Itu artinya, air liur ini asam dong?!’

Namun tebakan Viole segera terbantahkan ketika air liur dari langit-langit menetes tepat di kakinya.

Begitu menyentuh kulit, air lengket itu terasa dingin. Jika mengandung asam, kulitnya akan terasa sangat panas hingga meluruhkan daging sampai ke tulangnya.

‘Bukan asam, terus kenapa ni monster ngebiarin gua di dalam mulutnya?’ pikir Viole heran bercampur bingung.

Sementara itu, suara misterius merasa diabaikan oleh Viole. Gadis itu bahkan tidak mengulangi apa yang diminta, dan malah terus memandang langit-langit.

“Kamu tidak mau keluar dari dalam sini?” tanyanya pada gadis itu.

Mendengar itu, Viole mengalihkan pandangannya ke arah cahaya perak itu berasal, ‘Aku ingin keluar, tapi tubuhku tidak bisa bergerak barang satu sentipun.’

Dirinya sengaja memakai bahasa baku, untuk memastikan sekali lagi bahwa suara itu memang makhluk dari dunia asing ini.

"Aku dapat membantumu keluar,”

Mendengar balasan dari suara misterius itu, Viole akhirnya mendapatkan jawaban. Dia memang makhluk dari dunia ini.

‘Benarkah?’ tanya Viole lagi.

"Iya. Akan tetapi ada syaratnya."

Mendengar tawaran bantuan bersyarat itu, membuat Viole tertawa dalam angan. Bagaimana bisa makhluk yang tidak berwujud, atau jikapun berwujud itu mampu membantunya? Bahkan dia saja juga terjebak di dalam sini.

‘Lelucon macam apa itu? Leluconmu sangat tidak lucu tahu,’

Suara misterius itu bicara lebih serius dari sebelumnya, “Lelucon apa? Aku serius! Aku dapat membantumu keluar!”

Mendengar jika suara itu tidak main-main dengan ucapannya, membuat Viole berpikir ulang. Benarkah dia mampu membantunya? Tapi dengan cara apa?

Di tengah berpikir, sesuatu yang terlewat baru disadari oleh Viole. Sejak tadi, dia dan suara misterius itu terus berbincang.

Padahal sangat jelas, dirinya tidak membuka mulut barang satu senti pun, juga tidak mengeluarkan suara. Itu artinya, dia bicara dalam hati dan suara itu dapat mendengarnya?

Sementara itu, sang suara misterius menunggu jawaban gadis yang tergeletak itu. Namun si gadis tidak kunjung memberi jawaban. Dia bahkan tidak menjawab ya atau tidak.

Hal itu memicu percikan kekesalan di benaknya. Berani sekali makhluk dari ras manusia mengacuhkan dirinya!

"Hei, anak manusia! Kamu mengacuhkan aku?!"

Viole yang sedari tadi sibuk dengan pikirannya, cukup terkejut mendengar suara misterius itu membentak dirinya.

‘Apakah kamu marah?’

"Tentu saja, bodoh! Kamu sedari tadi mengacuhkan aku! Berani sekali dirimu!"

Mendengar bentakan suara itu terkesan jika harga diri dari sang suara sangat tinggi, membuat Viole menjadi penasaran. Siapa sebenarnya dia?

‘Berani? Memangnya kamu siapa, sampai aku harus takut denganmu?’

Mendengar pertanyaan Viole dengan nada yang polos, malah membuat sang suara misterius merasa makin disepelekan oleh anak ras manusia itu. Dia bertanya siapa dirinya bukan? Baiklah, ini jawabannya!

Viole menunggu cukup lama. Namun, suara misterius itu tetap diam dan sama sekali tidak memberikan jawaban.

Tiba-tiba saja, cahaya perak yang sebelumnya bersinar seketika menghilang, meninggalkan kegelapan total yang menyelimuti seluruh tubuh serta indra penglihatan Viole.

Bersamaan dengan itu, rasa sesak mulai menyeruak di dada Viole.

‘Loh, loh?! Ini kenapa?!’ batinnya berseru panik.

Rasa sesak yang tiba-tiba datang ke paru-paru gadis itu membuatnya kesulitan bernapas. Udara yang ia hirup terasa panas dan tercampur dengan aroma khas kawah gunung berapi yang mulai tercium.

Aroma itu berasal dari arah depan Viole, dan ia menyadari bahwa dari dalam sana mengeluarkan gas belerang.

‘Ini bau belerang beracun? Kenapa tiba-tiba? Sebelumnya nggak ada kok!’ pikirnya semakin panik.

Semakin Viole menghirup udara berbau itu, hidungnya semakin terasa sakit, seperti ditusuk oleh pisau. Dadanya juga semakin sesak dan panas.

Napas Viole pun naik turun dengan cepat, dirinya benar-benar tidak bisa bernapas. Pandangannya yang tidak dapat melihat apapun, mulai kabur.

‘To … long a … ku.’ batinnya terbata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status