Share

Keluarga Esperion

Beberapa hari belakangan ini, Pitaloka mencoba untuk mencari identitas ketiga laki-laki yang muncul pada pertarungan kemarin. Ia penasaran karena selama ia menjalani misi pengintaian di kampus itu, ia belum pernah sama sekali melihat kehadiran ketiga laki-laki itu.

Kemampuan bela diri ketiga laki-laki itu membuatnya sedikit curiga. Ditambah lagi, laki-laki yang muncul paling akhir, sama sekali tidak memiliki hawa keberadaan. Membuatnya berpikir bahwa ketiga laki-laki itu memiliki hubungan dengan Fla.

Ia mendapatkan beberapa informasi tentang ketiga laki-laki itu. Namun informasinya benar-benar biasa. Membuatnya berpikir dua kali tentang siapakah sebenarnya ketiga orang itu.

Ia melamun di kursi yang ada di halaman kampus. Ia menatap ke arah langit sambil memikirkan tentang beberapa kemungkinan yang ada.

Sampai akhirnya lamunannya berakhir seketika saat ada teman dekatnya menepuk bahunya sambil tersenyum lebar.

Sea Angel. Seorang perempuan biasa dari kalangan bawah yang sangat dekat dengannya semenjak ia bergabung menjadi salah satu mahasiswa di universitas itu.

Tentu saja Pitaloka tidak menjalin hubungan dengan orang begitu saja. Pitaloka juga sudah mencari informasi lebih dalam tentang perempuan itu. Dan hasilnya perempuan itu hanyalah perempuan biasa yang telah kehilangan kedua orang tuanya.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Sea sambil duduk di sampingnya.

"Tidak ada. Oh, iya, maaf untuk kejadian kemarin. Kamu terlibat masalah karena ku," jawab Pitaloka dengan sebuah senyuman lebar.

"Tidak masalah. Lagian, aku tidak bisa meninggalkanmu saat tau kamu sedang dalam masalah."

"Aku senang mendengarnya. Namun, jika suatu saat nanti terjadi hal yang sama, aku ingin kamu berpura-pura tidak mengenalku dan larilah sejauh mungkin."

"Menurutku aku punya alasan yang cukup untuk tetap berdiri di sampingmu tidak peduli apa pun yang terjadi."

Sea dan Pitaloka tersenyum secara bersamaan dengan mata mereka yang saling memandang satu sama lain.

Pitaloka telah banyak membantu Sea. Jadi Sea berpikir bahwa juga harus membantu Sea, walau pun ia harus mempertaruhkan nyawanya.

"Oh, iya. Aku bawa kue. Kemarin ada perayaan kecil-kecilan di rumahku. Ambil saja kalau kamu mau," ujar Sea sambil menyodorkan sebuah wadah bekal yang berisikan sebuah potongan kue.

"Terima kasih. Tapi kalau boleh tau, kemarin ada perayaan apa?" tanya Pitaloka sambil mengambil wadah bekal milik Sea.

"Sebenarnya seminggu yang lalu, aku dan kakekku mendapatkan kabar bahwa kakak kandungku masih hidup. Lalu kemarin adalah hari pertamanya masuk ke universitas ini. Jadi membuat pesta kecil-kecilan untuk merayakan itu."

Pitaloka tertegun seketika saat mendengar hal itu. Menurut informasi yang ia terima, kakak Sea telah meninggal akibat kecelakaan pesawat bersama dengan kedua orang tuanya. Dan itu sudah sekitar sepuluh tahun lalu.

"Kakakmu? Orangnya yang mana?" tanya Pitaloka untuk mengulik sedikit informasi.

"Itu ... yang kemarin bikin Venus pingsan pakai buku," jawab Sea dengan wajah gembiranya.

Rasa penasaran dan curiga Pitaloka semakin menjadi-jadi saat itu juga. Orang yang telah ditanyakan meninggal semenjak sepuluh tahun yang lalu, kini tiba-tiba saja muncul sebagai kakak dari Sea. Membuatnya memiliki prasangka bahwa laki-laki itu datang ke kehidupan Sea karena ulah Fla. Dan Sea berserta kakeknya telah termakan ucapan para Fla, sehingga berpikir bahwa laki-laki itu adalah kakaknya yang telah dinyatakan meninggal sepuluh tahun yang lalu.

"Kalau boleh tau, siapa nama kakakmu?" tanya Pitaloka.

"Kazuha Namikaze," jawab Sea.

Seketika pembicaraan terhenti saat ada sebuah kegaduhan di gedung olahraga. Ada banyak sekali mahasiswa dan mahasiswi yang berlarian ke gedung olahraga untuk melihat apa yang terjadi.

Pitaloka menarik Sea untuk ikut bersamanya ke arah gedung olahraga. Ia ingin melihat dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi sampai ada banyak sekali orang datang ke gedung sekolah.

Ada banyak sekali orang yang berbaris memenuhi pintu masuk. Dengan segala usahanya, Pitaloka dan Sea berhasil berada di barisan paling depan.

Pitaloka tersenyum kecil saat melihat ada dua kubu yang sekarang sedang saling berhadapan. Sekarang ia mengerti kenapa semua orang tertarik dengan kejadian ini.

Kubu kanan adalah kubu keluarga Esperion. Keluarga terkenal dengan kekuasaan politik dan ekonomi yang sangat kuat.

Dan kubu kiri ada Venus berserta anak buahnya yang sepertinya tidak sengaja terlibat masalah dengan tuan putri dari keluarga Esperion.

Inori Esperion berserta pengawal pribadinya Howl hanya memandang rendah Venus berserta para pengawalnya karena mereka tau dengan kekuasaan dan kekuatan mereka sekarang, mereka bisa langsung menghancurkan kehidupan Venus.

Perdebatan makin memanas. Inori meminta Venus untuk bertekuk lutut di hadapannya sebagai permintaan maaf. Namun Venus tidak ingin melakukan itu, karena itu sama saja membakar harga dirinya sendiri.

Penonton yang makin datang juga semakin banyak. Yang tadinya barisan depan masih agak sedikit longgar, kini semakin sempit. Dan orang-orang di belakang pun saling dorong-mendorong supaya bisa mendapatkan posisi terbaik untuk menonton perdebatan yang sedang terjadi.

Sampai ada sebuah dorongan kuat yang mengenai bahu Sea. Sehingga Sea terdorong ke arah depan. Atau lebih tepatnya ke tengah-tengah Howl dan Venus.

Di saat yang sama Howl melayangkan pukulan dengan kekuatan penuh ke arah Venus. Tanpa menyadari ada Sea yang tanpa sengaja masuk ke wilayahnya.

"Sea!" teriak Pitaloka sambil berusaha menggapai tangan Sea supaya bisa menarik perempuan itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status