Pemandangan pertama yang Grace dapatkan adalah Julius tidur disampingnya dengan menggunakan pakaian lengkap, perlahan Grace menarik selimut menutupi tubuhnya yang tanpa busana tanpa membangunkan Julius. Tempat tujuan pertamanya adalah kamar mandi untuk membersihkan diri dari cairan yang berada di tubuhnya sehingga terasa lengket, menggunakan handuk baju saat keluar untuk berganti pakaian setelah selesai melihat ponselnya barangkali ada pesan yang masuk dan saat melihat pesan yang masuk segera dibalas.
Sepasang tangan melingkar di perut Grace saat memasak membuat tersenyum kecil pasalnya Julius selalu manja dengan Grace setiap bersama, dimatikan kompor untuk berbalik menghadap Julius yang menatap Grace dengan penuh cinta. Tatapan Julius yang dalam terkadang membuat Grace terbang tinggi karena tatapan orang yang sangat mencintai pasangannya, kecupan ringan di bibir sebagai semangat Julius menjalani hari ini. Julius melepaskan pelukannya dengan membelai wajah juga rambut Grace perlahan setelah kecupan ringan, hari Julius selalu berwarna ketika bersama Grace.
“Sarapan dulu kamu kan ada rapat pagi ini” Grace melepaskan diri dari pelukan Julius.
Julius mengangguk setelah mengingat jadwal rapatnya “aku mandi dulu setelah itu baru sarapan.”
Meninggalkan Grace untuk kembali melakukan aktivitasnya yaitu memasak, Julius sangat menyukai pemandangan di mana Grace memasak di dapurnya berasa tempat tinggalnya hidup kembali. Waktu yang tidak banyak membuat Julius menghentikan tatapan itu untuk mempersiapkan diri, Grace sendiri tidak menyadari jika Julius menatapnya karena sudah kembali fokus dalam memasak.
Tidak membutuhkan waktu lama Julius mandi karena saat keluar dari kamar mandi bertepatan dengan Grace meletakkan hasil masakannya di meja makan, sarapan sederhana selalu Grace siapkan untuk Julius beserta minuman kesayangannya yaitu kopi. Bersama Grace kebutuhan perut Julius selalu terpenuhi karena tidak akan dibicarakan untuk kelaparan atau tidak makan sama sekali, sebelumnya Julius hanya minum kopi sebagai pengganjal perutnya sampai makan siang datang. Grace membersihkan alat makan mereka sedangkan Julius membersihkan meja makan, sebelum memasak tadi Grace sempat membersihkan tempat panas mereka dengan memasukkan pakaiannya ke dalam keranjang pakaian kotor.
“Aku naik taksi aja” Julius menatap Grace bingung “aku ada ketemu sama klien yang beda jarak sama kantor kamu.”
“Ya sudah hati-hati kalau begitu” Grace mengangguk.
Julius mencium kening Grace lama setelahnya mencuri ciuman bibir sebelum melangkah ke tempat mobilnya berada, Grace memandang langkah Julius yang semakin menjauh. Memastikan mobil Julius pergi meninggalkannya membuat Grace melangkahkan kakinya menuju salah satu mobil yang ada di sana. Membuka pintu langsung disambut sosok pria yang tersenyum manis pada Grace memberikan kecupan singkat di bibir sebelum menjalankan mobil meninggalkan tempat parkir.
Dalam perjalanan dipenuhi dengan suara lagu dan beberapa kali kedua insan saling berbicara mengenai banyak hal, Ramond nama pria itu yang dikenal Grace selama beberapa tahun ini. Hubungan mereka bisa dibilang hanya pertemanan lebih tepatnya teman ranjang dan Ramond salah satu mesin ATM berjalan Grace di mana siap menghidupi dalam keadaan apa pun, jika ditanya barang-barang yang melekat pada tubuh Grace semua dari Ramond. Mereka bertemu jauh dari pertemuan dengan Julius, mengenai perasaan pada Julius sebenarnya Grace tidak tahu tapi posisi penting yang Julius miliki serta dana yang dimasukkan dengan nominal yang tidak sedikit membuat Grace mendekatinya.
“Tempat siapa?” Grace menatap Ramond saat bertanya masih dengan fokus menyetir “kamu gak berbuat macam-macam, kan?.”
Grace tersenyum “mana berani aku seperti itu.”
Ramond tersenyum mendengar jawaban Grace sedangkan yang ditanya bernafas lega dengan berharap tidak membuat curiga atas jawabannya, pertama kali Ramond menjemput di apartemen Julius. Selama ini mereka bertemu di luar rumah atau saat tidak bersama Julius, Ramond juga mengenal sahabat-sahabatnya di tempat kerja terutama Yusuf. Grace sedikit bersyukur Yusuf bukan tipe yang membuka rahasia orang lain atau menusuk teman dari belakang, jika disuruh memilih jujur Grace lebih memilih Yusuf dibandingkan kedua pria ini, meski Yusuf tidak memiliki uang sebanyak pria yang mendekatinya tapi hati Yusuf sangat baik dan sempat ada sedikit Rasa pada Yusuf. Perasaan pada Yusuf dihentikan oleh Grace karena hidup membutuhkan uang jadi pastinya jika bersama Yusuf di mana harus siap diajak hidup susah, hal ini yang tidak bisa Grace lakukan.
“Selamat kerja dan jangan nakal.”
Ramond menatap Grace lembut mendekatkan diri ke arahnya mencium bibirnya sekilas sebelum pergi, Grace semakin menekan ciuman Ramond seakan tidak ingin melepaskan ciuman atau lebih dari sekedar perasaan bersalah karena membohonginya. Pandangan mereka berdua bertemua di mana dapat terlihat arti dari tatapan mereka berdua, Ramond menghembuskan nafas panjang agar pikiran itu hilang. Grace yang paham buru-buru memperbaiki penampilan sebelum keluar dari mobil agar orang lain tidak berpikir curiga pada dirinya meski Grace tidak pernah peduli dengan pandangan orang lain.
“Nanti bisa ijin bertemu customer?” Grace menatap Ramond bingung “aku lagi pengen sebagai gantinya nanti aku masukin dana di sana untuk nutupin targetmu, bagaimana?.”
“Sisa target sebulan?” Ramond mengangguk “banyak loh hampir ratusan juta.”
“Kamu gak percaya denganku?” Grace terdiam “bulan ini sisa tiga minggu asal kamu menuruti aku maka tiap minggu aku akan masukin dana dengan syarat saat aku butuh kamu harus siap.”
Grace menghembuskan nafas panjang “aku bilang Mbak Rachel dulu nanti dikabari.”
Ramond mengangguk menarik dagu Grace mencium bibirnya kembali namun kali ini hanya sekedar kecupan tidak lebih, jemari Ramond bergerak disekitar bibir Grace membersihkan lipstick yang berantakan. Grace sekali lagi merapikan diri sebelum keluar dari mobil Ramond, melangkah pasti ke gedung kantornya berada. Kantor tempat Grace bekerja dalam satu gedung dengan banyak perusahaan sehingga mengenal beberapa, hubungan tempat kerja Grace dengan tempat lain cukup bagus apa lagi pada tetangga sebelah ruangan kantor berada.
Saat masuk pemandangan pertama yang Grace dapat adalah Yusuf bersama sopir dan office boy berada di pantry, Yusuf yang membuka iPad miliknya sedangkan kedua pria tersebut duduk disekitar Yusuf dan mereka saling berbicara meski Yusuf tidak menatap ke arah mereka. Grace mengelengkan kepala melihat bagaimana interaksi mereka, memang Yusuf orang yang ramah dan semua orang suka dengannya. Banyak wanita yang mendekati tapi sayangnya tidak satu pun menarik perhatian karena tatapan cintanya hanya pada sang istri, itu membuat Grace iri pada istri Yusuf meski tidak cantik dan tidak bisa mempunyai anak tapi pria sebaik Yusuf bisa bertahan bersama dengannya.
“Grace” menatap sumber suara di mana Marcus berdiri di depan pintu masuk membuat Grace mendatanginya yang melebarkan tangan “kangen” mencium pucak kepala Grace lembut “sibuk hari ini?” Grace mengangguk pelan membuat Marcus menarik dagu dengan mencium bibirnya lembut.
“Kalau ciuman jangan di depan pintu halangi orang lewat saja kalian berdua ini, dan lagi apa gak malu dilihat sama orang?.”
Tidak peduli dengan apa yang Sebastian katakan, pada dasarnya Grace sendiri tidak yakin jika anak ini adalah anak Sebastian. Menikah dengan Raditya adalah rencana yang paling masuk akal, membuat Raditya tidak mengetahui tentang anak yang dikandungnya adalah tujuan utama setidaknya anak ini memiliki ayah itu yang ada dalam pikiran Grace.“Kamu benar mau menikah sama aku?” suara Raditya membuyarkan lamunannya.Grace mengangguk “Pernikahannya nanti malam kenapa malah bertanya sekarang?”Raditya tersenyum mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Grace “Setidaknya aku tanya pendapat kamu karena kita menikah di rumah sakit.”“Bukan masalah besar.”Pernikahan mereka akan diselenggarakan malam ini, lebih tepatnya beberapa jam lagi. Grace sudah berganti pakaian kebaya dengan riasan minimalis, disampingnya ada Olla dan ibunya sendiri masih di ranjang pasien, sedangkan ayahnya berada tidak jauh dari ibunya. Gr
Grace tidak tahu harus berbuat apa saat melihat hasil pemeriksaan yang dilakukannya, tanda dua yang menyatakan bahwa dirinya sedang hamil. Tidak ada dalam bayangannya siapa benih yang ada didalam dan tidak mungkin mengatakan pada Raditya yang artinya bisa jadi pernikahan mereka akan terhenti, Grace membutuhkan Raditya untuk menutupi siapa ayah dari bayi yang ada didalam kandungannya saat ini.“Apa yang harus aku lakukan?” membelai lembut perutnya yang masih rata.Memilih keluar dari kamar mandi dan langsung membuang bukti begitu saja, satu hal Grace tidak ingin menikah dengan Sebastian. Raditya sendiri bukan pilihan tepat tapi mengharapkan Julius lebih tidak mungkin, Julius bisa saja langsung menikahinya saat tahu dirinya hamil tapi orang tuanya.“Darimana?” tanya Raditya yang secara tiba-tiba ada dihadapan Grace “Kenapa pucat?” membelai lembut pipi Grace yang hanya dijawab gelengan kepala “Pernikahan kita terjadi besok
Grace tahu keputusannya tidak benar-benar akan terjadi dalam waktu dekat, tapi nyatanya tidak demikian sang ibu sadar keesokan harinya. Raditya selalu berada disamping Grace bahkan sudah dekat dengan Olla, melebihi kedekatan Olla dengan Julius yang membuat Grace yakin dengan keputusannya.“Kalian benar akan menikah?” tanya sang ibu menatap penuh harap pada Grace dan Raditya.“Lagi persiapkan semuanya, Bu.” Raditya menjawab dengan nada lembutnya membuat Grace hanya diam.Menatap sang ibu yang sudah sadar cukup membuat Grace bersyukur tanpa henti, bahkan dirinya sudah memberikan kabar pada Julius mengenai kondisi ibunya saat ini. Julius sendiri tidak bisa datang disebabkan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan, penjelasan Julius membuat Grace bernafas lega setidaknya pria itu tidak datang saat dirinya menikah dengan Raditya nanti.“Bunda benar menikah sama Om Raditya?” Olla menatap Grace dengan tatapan ingin tahu &l
Percintaan mereka membuat Grace tidak bisa berpikir jernih, bahkan melupakan jika mereka tanpa menggunakan pengaman sama sekali dan lebih parah lagi baru saja melepaskan kontrasepsi. Menatap kamar yang baru saja menjadi saksi mereka berdua dalam melakukannya semalam, belaian yang Raditya lakukan masih diingat olehnya.“Ayo kita harus ke rumah sakit.” Raditya memegang lengan Grace yang membuatnya tersadar dari lamunan.Mengikuti langkah Raditya menuju rumah sakit yang langsung tersadar dengan kondisi ibunya, ketakutan kecil hadir membayangkan hal buruk yang terjadi pada ibunya. Genggaman tangan Raditya membuat Grace sedikit merasa tenang, bahkan tidak merasakan ketakutan besar atau bisa dikatakan merasa terlindungi. Grace menatap sang ayah yang berjalan mondar mandir depan pintu membuat Grace datang dan memeluknya erat, Grace hanya menepuk punggung ayahnya perlahan untuk menenangkan.“Ibu kamu tadi mengalami sedikit pendarahan dan harus dimasukk
Pertemuan dengan keluarga Raditya membuat Grace menggelengkan kepala karena bagaimana pun tidak ingin menjadi istri kedua, meski begitu keputusan Grace tetap sama yaitu melepas alat kontrasepsi setelah sekian lama.Keadaan ibunya sendiri belum mengalami perkembangan sama sekali dan Raditya lebih sering menemani dirinya dibandingkan Julius, entah bagaimana ceritanya keluarga Julius memintanya mengurus perusahaan yang ada di pusat. Julius mengatakan ini salah satu syarat agar hubungan mereka direstui, meski sebenarnya Grace tidak peduli sama sekali mengenai hal itu.“Kalau ibu sembuh nanti kita jalan – jalan.”Grace memandang Raditya dengan tatapan bingung “jalan – jalan kemana?”“Umroh.”Membelalakkan matanya mendengar perkataan Raditya “kita lihat saja nanti.”Tidak memberikan jawaban semestinya membuat Raditya hanya tersenyum, Grace memandang dengan tatapan aneh pada Raditya dimana
Perkataan Julius malam itu membuat Grace berpikir banyak dengan perlahan melangkah keluar dari rumah sakit menuju kesalah satu rumah sakit dimana dirinya memasang alat pengaman dengan ditemani Julius saat itu, Grace sudah sangat yakin melepaskan pengaman agar bisa hamil anak Julius dan hubungan mereka bisa melangkah jauh.Julius datang tidak lama kemudian dimana mereka saling menatap saat berada didepan ruang periksa, melangkah mendekat dengan langsung menggenggam tangan Grace. Grace sangat tahu apa yang ada dalam pikiran Julius saat ini dimana karena secara tiba – tiba berubah pikiran, tidak lama nama Grace dipanggil membuat mereka masuk kedalam dan dokter langsung meminta mereka masuk kedalam kamar untuk proses selanjutnya.“Kenapa kamu melakukan ini?”“Anak akan membuat orang tua kamu merestui kita.”Julius menghembuskan nafas pelan “tapi tidak perlu sejauh ini.”“Bukti bahwa aku mencintaimu dan si